Selasa, 07 September 2010

Info Post
Dalam suatu artikel (silahkan klik) mengenai Katolik Timur di katolisitas.org, saya menemukan pernyataan sebagai berikut:

Note: Georgian Byzantine-Rite Catholics are not recognized as a particular Church (cf. canon 27 of the Code of Canons of the Eastern Churches). The majority of Eastern Catholic Christians in the Georgian Republic worship under the form of the Armenian liturgical rite.
Saya lantas tertarik untuk mencari informasi lebih jauh mengenai Gereja Katolik Byzantium Georgia  dan akhirnya saya mendapatkan sejarah singkat mengenai Gereja ini di sebuah artikel (silahkan klik) dari rumkatkilise.org. Berikut adalah hasil terjemahan dari artikel tersebut.


Sejarah Singkat Gereja Katolik Byzantium Georgia


 Oleh Pembaca Methodios Stadnik
(Dikompilasi oleh Pembaca Methodios Stadnik dari Oriente Cattolico dan sumber lainnya, termasuk korespondensi personal dari Bapa Christopher Zugger)


Selama abad ke-17, Ordo Teatine dan Kapusin mendirikan misi di Georgia. Kongregasi Propaganda Iman melalui Dekrit 13 Juni 1661 telah menugaskan Kapusin untuk berkarya di Georgia dengan tepat, dan mereka dapat melanjutkan karya mereka sampai penghentian mereka oleh Pemerintah Rusia pada tahun 1845.

Melalui karya dari ordo-ordo ini, sebuah komunitas kecil Katolik tumbuh, diperkirakan pada permulaan Perang Dunia Pertama mencapai 50.000 jiwa. Pada tahun 1848, kesepakatan berikutnya tercapai antara Paus Pius IX dan Tsar Nikolas I. Keuskupan ritus latin Tiraspol didirikan di mana semua orang Katolik dari Transkaukasia  berkumpul termasuk orang-orang Georgia.

Melalui sepanjang paruh kedua abad ke-19, beberapa umat Katolik Georgia menunjukkan keinginan mereka untuk mengikuti ritus timur asli mereka. Karena adalah hal ilegal di Rusia pada saat itu bagi umat Katolik untuk mengikuti Ritus Byzantine; sejumlah orang Georgia, diantara mereka terdapat juga beberapa Imam, memilih Ritus Armenia. Ada Keuskupan Artvin untuk orang-orang Armenia di wilayah Rusia di Transkaukasia, yang telah didirikan pada tahun 1850. Setelah konsesi Kebebasan beragama di tahun 1905, beberapa umat Katolik Georgia memilih untuk kembali kepada ritus Byzantine asli mereka.

Setelah proklamasi kemerdekaan Georgia pada tahun 1918, beberapa orang Georgia yang berpengaruh sedang mewujudkan niat mereka untuk memasuki persekutuan penuh dengan Roma, Sebuah inisiatif  Tahta Suci (oleh Fr. Antoni Deipuch, S.A.) dimulai pada 1919 dengan maksud mempelajari niat tersebut. Tapi segera setelah itu, perang sipil di bekas wilayah kekaisaran Rusia dan pendudukan Georgia oleh Uni Soviet menghambat hubungan dengan Roma. Selama beberapa tahun, tidak ada berita mengenai situasi umat Katolik yang berada di Georgia tahun 1914.

St George, gold, 15th cent.
Pada tahun 1861, Bapa Peter Karischiaranti sukses dalam mendirikan dua kongregasi religius di Konstantinopel yang didedikasikan kepada Pengandungan Tanpa Noda untuk orang-orang Georgia, satu untuk laki-laki dan satu untuk perempuan. Karena kemustahilan untuk memiliki kontak dengan Georgia sendiri setelah 1920, kongregasi-kongregasi ini pun mati. Satu dari anggota-anggota yang paling terkenal dari ordo-ordo ini adalah saintis dan cendikiawan Bapa Michael Tarchnishvili, yang meninggal di Roma tahun 1958. Beberapa umat Katolik Georgia terisolasi dari kampung halaman mereka dan menjadi pengungsi di Barat, terutama di Prancis, Belgia dan Turki.


Statistik umat Katolik Georgia


Pada tahun 1914, ada sekitar 50.000 umat Katolik Georgia, yang mana sekitar 40.000 orang adalah dari ritus Latin dan 10.000 orang dari ritus Timur (Byzantinum dan Armenia).

Secara yuridis, mereka berada di bawah yurisdiksi Keuskupan ritus Latin Tiraspol dengan kedudukannya berada di Saratov di Volga. Sejak saat itu telah ada sedikit berita (mengenai umat Katolik Georgia). Komunitas ini  dianggap bubar.

Di barat, sebuah paroki masih eksis di Konstantinopel.

Informasi sebelumnya diekstraksi terutama dari Oriente Cattolico, yang terakhir kali diterbitkan pada 1974. Sejak saat itu, beberapa informasi tambahan tentang wabah penyakit dan kondisi umat Katolik Georgia telah menjadi terang.

Eksark Katolik Byzantium Georgia, Bapa Shio Batmanishviii, dan dua orang Imam Katolik ritus Latin Georgia dieksekusi oleh otoritas soviet di tahun 1937 setelah ditahan di Penjara Solovki dan Gulag-gulag utara dari tahun 1923. Bapa Makar, Imam Yesuit ritus Byzantium Georgia dan rekan Bapa Walter Ciszek, diperkirakan telah menemui nasib serupa. Ada bukti bahwa beberapa umat dan Imam Katolik Byzantium Georgia dan Katolik Armenia Georgia dikirim ke gulag-gulag (gulag adalah kamp kerja paksa) di Kazakhstan dan Siberia. Paroki di Konstantinopel ditutup di tahun 1974 setelah kematian Imam mereka.

Berdasarkan riset Bapa Christopher Zugger (dalam korespondensi pribadi dengan penulis pada tanggal 21 Januari 1999), di tahun 1918 ada sekitar 8000 Katolik Byzantium Georgia dan sekitar 20 Imam, Bruder dan Suster dari Ordo Pengandungan tanpa Noda di Konstantinopel. Selama masa penganiayaan, sejumlah imam paroki ditelanjangi di jalan-jalan, disiksa, dan kemudian ditembak. Beberapa yang lain mungkin dapat menemukan pengungsian di Paroki-paroki Latin. Seorang Imam Rusia-Jerman asli, Bapa Emmanual, mampu untuk menjaga Paroki Tbilisi buka sampai tahun 1960-an. Umat Paroki Tbilisi adalah Georgia, Armenia, Orang dari Kutub, dan beberapa Rusia-Jerman yang selamat dari deportasi tahun 1941. 

Baru-baru ini, Katedral Katolik Roma Pengangkatan Perawan Maria Yang Terberkati didedikasikan ulang setelah beberapa tahun penggunaannya sebagai gymnasium selama penindasan komunis.

Banyak orang Georgia yang adalah Katolik Armenia telah tabah melalui periode penindasan komunis dan beberapa komunitas mereka sedang tumbuh lagi. Siapa saja yang tertarik mengenai sejarah  Katolik Georgia yang lebih detail sebaiknya mencari buku Bapa Christopher Zugger yang akan segera terbit berjudul “The Forgotten”.

Kita hanya dapat berdoa supaya damai Kristus akan segera datang kepada seluruh orang Georgia, baik yang di kampung halaman maupun dalam diaspora (diaspora adalah keadaan terpaksa atau terdorong meninggalkan tanah air sendiri). 

Kita juga berdoa supaya saudara-saudari Katolik Byzantium Georgia dan Katolik Armenia Georgia mungkin mengingat kembali pengorbanan mereka karena cinta mereka kepada Penyelamat kita yang telah bangkit yaitu Yesus Kristus, berdoa untuk persatuan Gereja yang adalah Tubuh Mistik-Nya, berdoa supaya mereka boleh menemukan damai dalam Dia dan tahu bahwa pengorbanan mereka tidak sia-sia. 

Kita juga berdoa supaya semua orang Georgia dapat mengalami cinta dan damai dari Kristus dan dapat menikmati – dalam ketenteraman dan harmoni -- negeri indah yang Tuhan telah berkati dan yang menginspirasi perasaan menyentuh berikut dari puteri salah seorang putera Georgia yang paling terkenal dan mantan Seminarian Ortodoks.

Ateni
"Pegunungan di sekitar menurun ke arah jurang dan desa Ateni. Tempat itu menawarkan anggur emas yang indah dan sebuah gereja dengan arsitektur Georgia klasik dan lukisan dinding abad kesebelas. Hatiku berbalik ketika pertama kali saya melihat gereja ini di tengah kebun-kebun anggur dan desa di antara kebun buah persik. Ini seperti sebuah mangkuk tanah yang berlimpah dengan kubah biru langit dan lebih banyak sinar matahari daripada tempat lain di bumi. " Svetlana Alliluyeva, Twenty letters to a Friend, New York, 1967, p. 202



11th century mural in Ateni Church


Sebuah situs dengan pemandangan yang lebih banyak dari church at Ateni (http://www.parliament.ge/~nino/gori/ateni.html) yang menginspirasi pemikiran Svetlana Alliluyeva ini.