Jumat, 04 Maret 2011

Info Post

Inkarnasi mempunyai unsur rangkap. Putera Allah menjadi manusia dan mengambil sesuatu dari kita, sedangkan kita menerima sesuatu dari yang ilahi. Dengan inkarnasi Allah masuk ke dalam kelompok manusiawi. Ia menjadi salah satu dari kita. Yang Tidak Terbatas menampakkan diri dalam keterbatasan tubuh manusiawi; Yang Mahakuasa memperlihatkan diri dalam kelemahan tubuh manusia; yang tidak berubah dan abadi menaklukan diri pada undang-undang mengenai tempat dan waktu dan masuk ke dalam sejarah manusia. Ia mengambil kodrat kita yang sudah bernoda dosa. (Rom 8:3)


Pada pihak lain, inkarnasi juga merupakan suatu peningkatan kodrat manusiawi, sehingga ia dapat mengambil bagian pada yang ilahi atas cara yang khusus. Kita dapat berbesar hati, bahwa Ia, Putera Allah, adalah seorang dari kita, anggota umat kita. Yang lebih penting lagi ialah bahwa Inkarnasi itu sendiri adalah titik mula penebusan kita. Tuhan berbelaskasihan terhadap manusia; Ia mengundang mereka untuk mengambil bagian dalam hal-hal ilahi. Umat manusia adalah satu kesatuan dan semua orang mempunyai hubungan yang riil antara satu dengan yang lain. Dengan demikian kita dapat melihat di dalam inkarnasi itu penyucian seluruh umat manusia. 

Kita berhadapan dengan suatu misteri yang tidak dapat dimengerti. Kita melihat pertentangan-pertentangan yang tidak mungkin didamaikan. Tuhan mempunyai kodrat manusiawi yang sebenarnya. Tuhan melakukan perbuatan manusiawi ; manusia konkrit yang dilihat dan didengar oleh orang sejamanNya, yang berbicara dan makan dengan mereka adalah Tuhan. Tuhan tetap tinggal Tuhan dan tidak berubah. Tanpa perubahan dari pihak Tuhan dan tanpa percampuran dari kedua kodrat itu, keilahian mengambil kodrat manusiawi dan mempersatukan diri dengannya.

Sumber: Aku Percaya art 3.I.1, RP. H. Embuiru, SVD.