Rabu, 29 Juni 2011

Info Post
Apologi ini saya susun untuk menyanggah bagian pertama dari artikel berjudul "Gereja mana yang lebih dahulu berdiri, Katolik Orthodox atau Katolik Roma?" yang berbicara tentang Tahta-tahta Apostolik. Untuk menanggapi bagian kutipan dari versi Uskup Ortodoks, Kallistos Ware, tentang Skisma Timur; silahkan baca artikel Skisma Timur ini. Tulisan artikel tersebut dalam warna merah, tanggapan saya dalam warna hitam.
Gereja mana yang lebih dahulu berdiri, Katolik Orthodox atau Katolik Roma?
Tanggapan: Judul dari artikel ini kurang tepat. Keempat tahta Patriarkat ini berada dalam persatuan dengan Paus Roma saat abad-abad awal. Istilah “Ortodoks” belum dikenal sebagai nama Gereja, melainkan “Katolik” yang dikenal sebagai nama Gereja. Pada saat itu hanya ada Satu Gereja Universal yaitu Gereja Katolik yang merupakan persekutuan dari tahta-tahta Apostolik yang ada dengan St. Petrus dan Para Paus Pengganti St. Petrus di Roma. Gereja Ortodoks Oriental adalah persekutuan sejumlah tahta-tahta Apostolik dengan Patriark Ortodoks Oriental dari Alexandria, tetapi melepaskan persatuan dengan Paus Roma. Gereja Ortodoks Timur adalah persekutuan sejumlah tahta-tahta Apostolik dengan Patriak Ortodoks Timur dari Konstantinopel tetapi melepaskan persatuan dengan Paus Roma. Dengan demikian, kita harus memisahkan antara konteks tahta apostolik dengan konteks persekutuan tahta-tahta Apostolik. Tahta-tahta Apostolik ini dapat dikatakan telah eksis sejak abad pertama tetapi Gereja Katolik adalah satu-satunya persekutuan tahta-tahta apostolik yang telah eksis sejak abad pertama sebab tahta-tahta apostolik tersebut berada dalam persatuan dengan St. Petrus dan Para Paus Roma. Persekutuan tahta-tahta apostolik lain eksis setelah melepaskan persatuan dengan Paus Roma. Dua orang Bapa Gereja, Santo Siprianus dan Santo Ireneus mengajarkan persatuan dengan Gereja Roma:

"With a false bishop appointed for themselves by heretics, they dare even to set sail and carry letters from schismatics and blasphemers to the chair of Peter and to the principal Church [at Rome], in which sacerdotal unity has its source; nor did they take thought that these are Romans, whose faith was praised by the preaching Apostle, and among whom it is not possible for perfidy to have entrance." (Cyprian, Letter 59 (55), 14 to Cornelius of Rome, c. AD 252)
"Since, however, it would be very tedious, in such a volume as this, to reckon up the successions of all the Churches, we do put to confusion all those who, in whatever manner, whether by an evil self-pleasing, by vainglory, or by blindness and perverse opinion, assemble in unauthorized meetings; [we do this, I say,] by indicating that tradition derived from the apostles, of the very great, the very ancient, and universally known Church founded and organized at Rome by the two most glorious apostles, Peter and Paul; as also [by pointing out] the faith preached to men, which comes down to our time by means of the successions of the bishops. For it is a matter of necessity that every Church should agree with this Church, on account of its preeminent authority – that is, the faithful everywhere – inasmuch as the Apostolic Tradition has been preserved continuously by those who are everywhere.” (Irenaeus of Lyons (c. AD 175-189); Adversus Haereses 3:3:2)
Isi artikel admin page Ortodoks tersebut secara spesifik sebenarnya berbicara mengenai Tahta Apostolik yang ada. Jadi, judul yang tepat seharusnya, Tahta mana yang lebih dahulu berdiri dari kelima tahta ini?
Bagaimanapun juga, Roma memiliki Primasinya bukan karena lebih dahulu didirikan melainkan karena St. Petrus, St. Paulus, pengajaran Para Bapa Gereja dan lain-lain. Para Apologet Katolik juga tidak mengakui Roma sebagai tahta yang pertama didirikan tetapi Primasi Roma berada di posisi pertama dibanding yang lainnya.
Gereja Perdana terdiri dari 5 pusat kota kekristenan yang semuanya memiliki Paus/Patriarkh
Tanggapan:  
Gereja Perdana yaitu Gereja Katolik pada Konsili Nicea I (325) belum mengakui Konstantinopel sebagai salah satu Tahta Patriarkat. Konstantinopel (sebelumnya Thrace) kala itu masih menjadi tahta sufragan dari Tahta Metropolitan Heraclea yang mana keduanya ini berada di bawah yurisdiksi Patriarkat Alexandria [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p.29]. Ketika Kaisar Romawi saat itu, Konstantinus Agung, memindahkan ibukotanya ke Konstantinopel; posisi Konstantinopel semakin kuat dibanding tahta-tahta lain di timur. Makin menguatnya tahta Konstantinopel ini berkat pemindahan ibukota yang dilakukan oleh Kaisar Konstantinus Agung.

Tahun 381, 150 orang Uskup timur mengadakan konsili lokal di Konstantinopel untuk menghukum bidaah Macedonianisme (Penolakan terhadap keilahian Roh Kudus). Dalam Konsili ini juga kita melihat usaha-usaha klerus Konstantinopel untuk menaikkan status Tahta Konstantinopel. Kanon 3 Konsili Konstantinopel I (381) menyatakan Konstantinopel memiliki Primasi “setelah” Roma  tetapi kanon 3 ini bukan kanon yang ekumenis [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p.32-34]. Kanon ini ditolak keras oleh Roma dan Alexandria. Alexandria merasa dilangkahi oleh Konstantinopel sebab pada mulanya Alexandria adalah yang kedua. Roma menolaknya karena tidak sesuai dengan kanon 6 Konsili Nicea. Klerus-klerus Konstantinopel kembali mengajukan kanon 3 Konstantinopel I untuk dimasukkan dalam Kanon 28 Konsili Kalsedon tetapi tidak lagi “Privileges setelah Roma” melainkan “Privileges yang setara dengan Roma”.
Because it is new Rome, the bishop of Constantinople is to enjoy the privileges of honour after the bishop of Rome. (Canon 3, Constantinople I) 
"...we do also enact and decree the same things concerning the privileges of the most holy Church of Constantinople, which is New Rome. For the Fathers rightly granted privileges to the throne of old Rome, because it was the royal city. And the one hundred fifty most religious Bishops gave equal privileges to the most holy throne of New Rome, justly judging that the city is honored with the Sovereignty and the Senate and enjoys equal privileges with the old imperial Rome...." (Canon 28, Chalcedon)
Patriarkh Anatolius dari Konstantinopel dengan mengakui otoritas Paus St. Leo Agung dari Roma meminta Paus St. Leo I untuk mengonfirmasi kanon 28 tersebu:
As for those things which the universal Council of Chalcedon recently ordained in favor of the church of Constantinople, let Your Holiness be sure that there was no fault in me, who from my youth have always loved peace and quiet, keeping myself in humility. It was the most reverend clergy of the church of Constantinople who were eager about it, and they were equally supported by the most reverend priests of those parts, who agreed about it. Even so, the whole force of confirmation of the acts was reserved for the authority of Your Blessedness. Therefore, let Your Holiness know for certain that I did nothing to further the matter, knowing always that I held myself bound to avoid the lusts of pride and covetousness  -- Patriarch Anatolius of Constantinople to Pope Leo, Ep 132 (on the subject of canon 28 of Chalcedon).
Paus St. Leo Agung yang diakui oleh Ortodoks sebagai santo juga menolak tambahan ini karena bertentangan dengan Kanon 6 Konsili Nicea. Berikut tulisannya kepada Patriarkh Anatolius dari Konstantinople:
"And so after the not irreproachable beginning of your ordination, after the consecration of the bishop of Antioch, which you claimed for yourself contrary to the regulations of the canons, I grieve, beloved, that you have fallen into this too, that you should try to break down the most sacred constitutions of the Nicene canons: as if this opportunity had expressly offered itself to you for the See of Alexandria to lose its privilege of second place, and the church of Antioch to forego its right to being third in dignity, in order that when these places had been subjected to your jurisdiction, all metropolitan bishops might be deprived of their proper honour." (Pope Leo to Patriarch Anatolius of Constantinople)
"The rights of provincial primates may not be overthrown nor metropolitan"bishops be defrauded of privilege based on antiquity. The See of Alexandria may not lose any of that dignity which it merited through S. Mark, the evangelist and disciple of blessed Peter...The church of Antioch too, in which at first the preaching of the blessed Apostle Peter the Christian name arose.must continue in the position assigned to it by the Fathers. (Leo, Ep. 56)
Dan ini tulisan Paus St. Leo terhadap Kaisar Marcianus mengenai keinginan Konstantinopel untuk menaikkan status tahtanya:
"Let the city of Constantinople have, as we desire, its high rank, and under the protection of God's right hand, long enjoy your clemency's rule. Yet things secular stand on a different basis from things divine; and there can be no buliding save on that rock which the Lord has laid for a foundation." (Leo, Ep. 54) 

Penambahan kanon ini sendiri dilakukan ketika para Legatus (Utusan) Paus St. Leo tidak hadir dalam salah satu sesi konsili Kalsedon yang menghasilkan kanon 28 tersebut, yaitu pada tanggal 31 Oktober 451 [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p. 37]. 1 November 451, Para Legatus Paus St. Leo Agung ( Lima orang; Lucentius, Basil, Paschasius dari Lilybaeum, Bonifasius dan Julian dari Cos [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p. 36] ) mengadakan sesi baru untuk memeriksa hal yang terjadi selama mereka absen dari sesi terakhir. Para Legatus memprotes kanon 28 tersebut karena bertentangan dengan Kanon 6 Nicea. 

Terjadi debat antara Aetius Sang Diakon Agung Konstantinopel dengan Uskup Lucentius Sang Legatus Paus St. Leo. Uskup-uskup wilayah Illyrian, Uskup Eusebius dari Ancyra, Metropolitan Galatia dan yang lainnya menolak menandatangani kanon 28 ini [ Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p. 40]. Konsili tersebut sudah selesai dan menghasilkan 27 kanon. Konsili Kalsedon mengakui Konsili Konstantinopel I sebagai ekumenis hanya pada dekrit dogmatiknya, sedangkan dekrit non-dogmatiknya seperti Kanon 3 tidak diakui sebagai kanon ekumenis. Meskipun demikian, Roma akhirnya seiring waktu mengakui Konstantinopel sebagai yang kedua setelah Roma. Paus Innosensius III memberikan tempat kedua kepada Patriark Latin Konstantinopel pada Konsili ekumenis Lateran IV tahun 1215. Dan pada Konsili ekumenis Florence, tempat kedua tersebut diberikan kepada Patriark Yunani Konstantinopel tetapi bukan dalam konteks doktrin melainkan disiplin gerejawi. Anyway, setidaknya pembaca mengetahui bagaimana usaha-usaha klerus-klerus Konstantinopel untuk menaikkan status tahta mereka. ^_^
1. Yang pertama kali berdiri adalah Kepausan Antiokhia (Orthodox Syria / Antiokhia), yang didirikan oleh Rasul Petrus pada tahun 37 M, Rasul Petrus mengangkat St. Evodius sebagai Penggantinya di Antiokhia pada tahun 53 M.
Tanggapan: Sungguh tepat bahwa St. Petrus membangun suksesi Apostolik Tahta Antiokia. Tetapi sekalipun demikian, Primasi St. Petrus tetap berada di Roma karena Roma yang berhak mewarisinya karena Roma adalah suksesor aktualnya. St. Petrus menyerahkan tahta Antiokia kepada St. Evodius, setelah itu dia menjadi Uskup Roma hingga akhirnya meninggal sebagai martir di Roma. Tambahan, karena pada saat itu belum dikenal istilah “ortodoks syria” jadi penambahan dalam kurung tersebut kurang pas untuk dimasukkan. Berikut kutipan-kutipan dari St. Ignasius, Uskup Antiokia dan Theodoret, Uskup Cyrus (Cyrus berada di bawah yurisdiksi Antiokia).
"Ignatius, also called Theophorus, to the Church that has found mercy in the transcendent Majesty of the Most High and... which presides in the chief place of the Roman territory, a church worthy of God, worthy of honor... presiding in love, maintaining the law of Christ, and bearer of the Father's name: her [and her members -- EBB] do I therefore salute... who imperturbably enjoy the full measure of God's grace and have every foreign stain filtered out of them." + St. Ignatius of Antioch (c. AD 98-117) (Letter to the Romans, preface)
"I therefore beseech your holiness to persuade the most holy and blessed bishop (Pope Leo) to use his Apostolic power, and to order me to hasten to your Council. For that most holy throne (Rome) has the sovereignty over the churches throughout the universe on many grounds." -Theodoret, Bishop of Cyrus in Syria (450) (Theodoret, Tom. iv. Epist. cxvi. Renato, p. 1197).
2. Pada tahun 38 M, Rasul Andreas mengangkat Rasul Stachys sebagai Uskup Agung di Konstantinopel (Ortodoks Byzantine), Rasul Stachys adalah Patriarkh kedua di Konstantinopel setelah St. Andreas.
Tanggapan: Menurut Pater Francis Dvornik, klaim ini baru muncul pada abad ke-9 dalam usaha Klerus mereka untuk menghubungkan tahtanya kepada St. Andreas [Byzantium and The Roman Primacy]. Pater Adrian Fortescue menyatakan bahwa klaim ini ditemukan dalam sebuah karya pemalsuan yang diatributkan kepada Dorotheus, Uskup Tyrus [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p.29]. Perlu diketahui bahwa Uskup Konstantinopel yang paling pertama benar-benar dikenal adalah Metrophanes I yang menjadi Uskup Konstantinopel pada tahun 323-337 [Adrian Fortescue, The Orthodox Eastern Church p.29].
Hasil pencarian saya juga tidak menemukan testimoni para Bapa Gereja mengenai apakah St. Stachys ditahbiskan oleh St. Andreas atau Rasul yang lain. Sejarah Gereja karya Eusebius dari Caesarea menyebutkan nama-nama Uskup perdana dari keempat Patriarkat lain tetapi tidak ada daftar-daftar Uskup-uskup perdana dari Konstantinopel bahkan St. Stachys pun tidak sekali pun disebutkan.
3. Pada tahun 43 M, Rasul Markus memberitakan Injil hingga Alexandria (Ortodoks Koptik/Alexandria) beliau digantikan oleh St. Ananius sebagai Patriarkh kedua di Alexandria pada tahun 68 M.
Tanggapan: Tidak ada keberatan berarti di sini kecuali penambahan dalam kurung tersebut. Alasan ini sama dengan tanggapan terhadap Tahta Antiokia.

4. Konsili pertama di Yerusalem (Kis. 15) menetapkan teladan untuk menyelesaikan perselisihan Gereja di konsili dan permasalahan di dalam jemaat (mengenai pengajaran yang benar). Yakobus memimpin sebagai episkop/uskup. (Kepatriarkhan Yerusalem, Orthodox Yerusalem) pada tahun 50 M, beliau digantikan oleh St. Simeon I pada tahun 63 M.
Tanggapan: Tidak ada keberatan berarti di sini kecuali penambahan dalam kurung tersebut (Alasan ini sama dengan tanggapan terhadap Tahta Antiokia.) dan fakta bahwa pada awal mulanya Yerusalem bukanlah tahta kepatriarkan. 
5. Linus ditahbiskan menjadi Uskup Pertama di Roma. (Kepausan Roma, Katolik Roma) pada tahun 66 M. Pengangkatan Linus menjadi Kontroversi, beberapa catatan "Apostolik Succesion" menyatakan Linus diangkat oleh Paulus, namun Katolik Roma percaya bahwa Linus diangkat oleh Petrus, untuk memperlihatkan bahwa Roma adalah Tahta Suci dari St. Petrus.
Tanggapan:
Pengangkatan Linus sebenarnya tidak menjadi kontroversi kecuali bagi mereka yang sengaja menganggapnya kontroversi atau bagi mereka yang kebingungan. Pandangan dari si admin page Ortodoks tersebut adalah Uskup pengganti seorang Rasul harus ditahbiskan oleh Rasul yang sama tersebut. Sedangkan yang paling benar adalah Uskup suksesor menduduki Tahta yang sama dengan yang pernah diduduki oleh Rasul tersebut dan memiliki privilege yang sama dengan Rasul tersebut sekalipun supaya masuk ke dalam bilangan Para Uskup dia ditahbiskan oleh Rasul atau Uskup dari Keuskupan lain. Admin page Ortodoks tersebut gagal untuk membedakan antara konteks Tahbisan  dengan konteks Suksesi Apostolik.
Contoh: Tahta Keuskupan Agung GROGOL mengalami kekosongan karena uskup meninggal. Paus menunjuk seorang Imam sebagai Uskup Pengganti untuk Keuskupan Agung GROGOL tersebut. Nah, Imam tersebut ditahbiskan menjadi Uskup Agung GROGOL oleh Uskup dari Keuskupan Agung SLIPI. Uskup yang baru ini memang ditahbiskan oleh Uskup dari Keuskupan lain tetapi ia ditahbiskan untuk menduduki tahta Keuskupan Agung GROGOL dan dengan demikian dia adalah suksesor dari Uskup sebelumnya di Keuskupan Agung GROGOL. Dia bukan suksesor dari Uskup Agung SLIPI sekalipun untuk menjadi Uskup dia ditahbiskan oleh Uskup Agung SLIPI.
Contoh nyata: St. Ambrosius dilahirkan sekitar tahun 340. Ia putera seorang Gubernur Romawi di Gaul. Ketika ayahnya meninggal dunia, ibunya membawa keluarganya kembali ke Roma. Ibunya dan kakaknya - St. Marcellina - membesarkan Ambrosius dengan baik. Ambrosius menjadi seorang pengacara yang hebat. Kemudian ia diangkat menjadi gubernur kota Milan serta daerah sekitarnya. Tetapi melalui suatu peristiwa yang aneh Ambrosius sang Gubernur menjadi Ambrosius sang Uskup. Pada masa itu, umat biasa mengusulkan kepada paus nama orang yang mereka pilih sebagai uskup. Sungguh amat mengejutkan Ambrosius ketika penduduk kota Milan memilihnya. Ia berusaha menghindar, tetapi tampaknya hal itu memang kehendak Tuhan. Oleh karenanya, Ambrosius menjadi imam dan kemudian uskup kota Milan.

Nah, Uskup Milan yang sebelumnya sudah meninggal, lalu siapa yang menahbiskan St. Ambrosius menjadi Uskup? Apakah Uskup Milan yang sebelumnya itu bangkit lalu menahbiskan St. Ambrosius atau Uskup dari keuskupan lain yang menahbiskan St. Ambrosius?

 
Berdasarkan tulisan St. Ireneus di atas,  apakah St. Paulus menjadi Uskup  juga di Roma?  Seperti yang kita ketahui bahwa St. Paulus adalah Uskup tetapi bukan Uskup Diosesan melainkan Uskup Misionaris yang tidak memiliki tahta keuskupan yang tetap. St. Paulus juga tidak menjadi Uskup Diosesan Roma. St. Ireneus memang menyatakan bahwa Gereja Roma “dibangun dan diatur” oleh St. Petrus bersama St. Paulus tetapi hal ini tidak berkontradiksi dengan pernyataan bahwa St. Petrus yang pertama kali mendirikan Tahta Apostolik Roma. Tahta Apostolik yang didirikan oleh St. Petrus ini dibangun dan diatur oleh St. Petrus sendiri bersama St. Paulus. Uskup Agung Baltimore bernama Francis Patrick Kenrick dalam bukunya The  Primacy Of The Apostolic See Vindicated, menyatakan bahwa St. Petrus pertama kali datang ke Roma dibanding St. Paulus (Archbishop Kenrick of Baltimore, The  Primacy Of The Apostolic See Vindicated p. 81). Kenrick mengutip tulisan Theodoret dari Cyrus sebagai berikut:
Theodoret, commenting on the passage of St. Paul, in which he expresses, his desire to confirm the Romans in the faith, observes : "Because the great Peter was the first to instruct them in the evangelical doctrine, he necessarily said ' to confirm you ;' for he says : I do not mean to propose to you a new doctrine, but to confirm that which has been already delivered, and to water the trees that have been planted. " (Theodoret of Cyrus, Com. in c. 1, ad Rom)
St. Paulus sendiri menyatakan hal demikian dalam surat kepada umat di Roma 15:20
Rom 15:20 Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain.
Eusebius dari Caesarea menyebutkan bahwa:
"[In the second] year of the two hundredth and fifth Olympiad [A.D. 42]: The apostle Peter, after he has established the church in Antioch, is sent to Rome, where he remains as a bishop of that city, preaching the gospel for twenty-five years" (The Chronicle [A.D. 303]).
St. Hieronimus juga menyebutkan bahwa:
"Simon Peter, the son of John, from the village of Bethsaida in the province of Galilee, brother of Andrew the apostle, and himself chief of the apostles, after having been bishop of the church of Antioch and having preached to the Dispersion . . . pushed on to Rome in the second year of Claudius to overthrow Simon Magus, and held the sacerdotal chair there for twenty-five years until the last, that is the fourteenth, year of Nero. At his hands he received the crown of martyrdom being nailed to the cross with his head towards the ground and his feet raised on high, asserting that he was unworthy to be crucified in the same manner as his Lord" (Lives of Illustrious Men 1 [A.D. 396]).
So, St. Petrus dapat diyakini telah mendirikan tahta Roma sejak tahun 42 M.

Admin page Ortodoks tersebut mengklaim St. Petrus bukan Uskup Pertama di Roma melainkan Linus karena yang ditahbiskan pertama di Roma adalah Linus. Jikalau sang admin mau konsisten dengan konsepnya, seharusnya dia menyatakan bahwa Uskup Pertama di Konstantinopel adalah St. Stachys karena yang ditahbiskan pertama kali di Konstantinopel adalah St. Stachys bukan St. Andreas. Situs patriarchate.org juga menyebutkan Stachys sebagai “first bishop of the city of Byzantium”. Sebenarnya perlu dipahami juga bahwa istilah “Uskup” dapat memiliki dua makna yaitu gembala suatu keuskupan dan pengganti Para Rasul. St. Petrus adalah Uskup Pertama Roma dalam konteks dia sebagai gembala keuskupan Roma yang pertama. Sedangkan Linus adalah Uskup pertama Roma dalam konteks dialah yang pertama kali menjadi pengganti Rasul St. Petrus di Roma. Tetapi, Katolik tetap mengakui bahwa Linus adalah Paus kedua setelah St. Petrus.


Pax et Bonum