Sabtu, 12 November 2011

Info Post

Anakku, ada sebuah lirik dari sebuah himne indah yang sering kalian nyanyikan, yang menggambarkan kepadamu apa itu maksud “Kehidupan Kekal”; berikut ini liriknya:
“Yang baik bersama Allah di atas surga akan selalu berbahagia; orang-orang fasik dalam api neraka akan terbakar selamanya.”
Kebahagiaan surga, adalah untuk melihat, mencintai dan merasakan Allah selama-lamanya.

Penampakan Kanak-kanak Yesus
Santo Bonifasius, Uskup Lausanne, adalah seseorang yang menderita penyakit panjang dan menjengkelkan. Suatu malam, saat ia berbaring di tempat tidurnya, ia mengeluh kepada Ratu kita yang terberkati (Santa Perawan Maria), yang ia cintai dengan seluruh kasih sayang hatinya, bahwa ia merasa sangat sedih dan letih.

Perawan yang terberkati dengan segera menampakkan diri kepadanya, menggendong Kanak-kanak Ilahi Yesus di lengannya, membungkusnya dengan lampin, sebagaimana Dia dulu berada di kandang domba di Betlehem. Wajah dari Kanak-kanak Suci juga tertutup [oleh lampin tersebut].
Uskup yang baik itu penuh dengan sukacita akan penampakan yang indah itu: tetapi dia paling menginginkan untuk melihat wajah manis Penebus kita.

Yesus, mengetahui pikiran-pikiran yang terlintas di benak uskup itu, mengangkat tangan-Nya, dan membuka kain yang menyembunyikan wajah-Nya yang kudus, dan St. Bonifasius dapat melihatnya.
Orang kudus itu terpesona akan keindahan surgawi itu dan dalam keadaan ekstase ia berseru; “ Oh! Jika di surga tidak ada apapun selain Wajah Kudus ini, itu sungguh bernilai selagi menderita seluruh kesengsaraan ini di dunia supaya kita dapat menatap wajah yang begitu mulia.”

Sementara dia terus berdoa, dia penuh dengan Roh, dan dibawa ke dalam Firdaus dan melihat kerubim, betapa mereka terbakar dengan cinta Allah. Kemudian, dia dibawa ke setiap paduan suara malaikat, dan kepada para nabi, dan melihat berbagai macam martabat mereka. Lalu kemuliaan Para Rasul ditunjukkan ke hadapannya. Kemudian dia tiba ke paduan suara para martir dan melihat kemuliaan mereka.

Setelah itu, dia sampai ke paduan suara para pengaku Iman yang meneguhkan Gereja Allah melalui kata-kata dan teladan mereka, dan dia merenungkan kemuliaan mereka. Kemudian dia sampai pada paduan suara para perawan yang mengikuti Anak Domba kemanapun Ia pergi; dia memandang martabat mereka dan dipenuhi dengan kegembiraan akan kemegahan dan keindahan mereka.

Lalu, di atas mereka semua, dia melihat Bunda Allah tak bernoda, dimahkotai dengan kemuliaan yang tak terucapkan, dan dia melihat juga [bahwa] dengan cinta kasih Bunda Maria dihormati oleh Putera-Nya, dan dengan penuh hormat dia dihormati oleh seluruh yang terberkati.

Terakhir, ia tiba di hadapan Kemuliaan Allah, dimana dia melihat Putera di dalam Bapa dan Bapa di dalam Putera dan Roh Kudus berasal dari keduanya, dan betapa Allah dimuliakan oleh orang-orang kudus-Nya.

Ketika ia kembali sadar setelah ekstase ini, dan mencoba menggambarkan apa yang ia lihat, “Saya tidak dapat menggambarkannya”, katanya; “tidak ada lidah manusia yang dapat menggambarkannya, tidak ada pikiran fana yang mampu memahaminya. Kemuliaan di Surga tidak dapat dibayangkan di bumi.”

Source: Lives of the Cistercian Fathers.
 
Namun, anakku, seperti rumahmu, rumah yang Allah buat untukmu. Kalian, untuk selamanya, bukan hanya sebagai seorang penonton dari seluruh keindahan tersebut, tetapi juga untuk berbagi di dalamnya, dan menjadi salah satu dari persekutuan terberkati tersebut (maksudnya: Paduan suara para martir, pengaku iman, dsb). Oh! Betapa mulia masa depan yang disiapkan untuk kalian, anakku, jikalau engkau baik sekarang ini dan tetap baik selama-lamanya. Kalian sekarang melihat apa arti “Kehidupan Kekal”.

Keimanan Santo Thomas More
Thomas More adalah Kanselir Tertinggi Inggris pada masa pemerintahan Raja Henry VIII. Dia adalah seorang yang sungguh-sungguh Katolik dan meskipun bersemangat dalam melayani rajanya, ia lebih bersemangat lagi untuk melayani Allah.

Ketika Henry memberontak melawan Gereja, Henry memasukkan Thomas ke dalam penjara dan terkadang menjatuhi hukuman mati kepada orang-orang yang tidak mengakuinya sebagai Kepala Gereja Inggris.

Ketika Henry memberitahu Sir Thomas More mengenai peraturan ini yang telah ia buat, [yaitu] meminta rakyatnya untuk tunduk kepada otoritasnya dalam hal-hal spiritual, Sir Thomas sekaligus menjawab bahwa ia tidak akan pernah sekalipun mematuhinya. Thomas berkata, “karena hal itu melawan hukum Allah”.

Raja Henry sangat kecewa terhadap penolakan Thomas, bukan hanya karena dirinya sendiri memiliki respek besar kepada Thomas, tetapi karena dia tahu pengaruh besar dari teladan Thomas akan mempengaruhi orang-orang lain. Jadi Henry mencoba, pertama-tama memberi janji, dan kemudian memberi ancaman-ancaman untuk membuat Thomas patuh.

Tapi itu semua sia-sia, karena hamba Raja Surga yang setia ini dengan tegas menyatakan bahwa dia memilih segera mati daripada mengabaikan kewajibannya kepada Allah.

Jawaban ini membuat Raja menjadi marah besar dan dia memerintahkan Thomas untuk segera dimasukkan ke dalam penjara.

Anda memang memiliki kekuasaan atas hidup saya dan atas seluruh yang saya miliki yang berlalu bersama kehidupan,” jawab Thomas si Pemberani ,” Tetapi lebih dari itu, kamu tidak memiliki kuasa atas apapun.”

Raja menjatuhi dia hukuman mati. Tetapi [Raja] berkehendak memberi Thomas sebuah kesempatan untuk menyelamatkan hidup Thomas, ia pergi kepada Margaretha, istri Thomas, dan membujuk Margareta untuk pergi kepada Thomas suaminya dan mencoba untuk mempengaruhinya dengan alasan-alasan menarik yang paling memiliki pengaruh terhadap hati manusia.

“Oh, suamiku,” dia berkata kepada Thomas, “Taatilah perintah Raja seperti yang lain telah lakukan, dan hidupmu akan terhindar [dari kematian].”

“Dan berapa lama, istriku tersayang,”  Thomas menjawab, “berapa lama yang kamu pikirkan bahwa saya akan hidup jika saya melakukan apa yang kamu minta?”

“Selama setidaknya 20 tahun,” istrinya berkata.

“Baik, jika kamu telah berkata 20 tahun, hal itu akan menjadi sesuatu hal lain: tetapi hal itu sungguh menjadi sesuatu yang sangat malang untuk hidup bahkan bertahun-tahun dan mengalami resiko kehilangan Allahku dalam keabadian! Oh tidak, Istriku sayang, Saya pikir kamu akan berkata lebih bijak kepada saya dibandingkan itu. Saya tidak akan setuju untuk tidak taat kepada Allahku dengan cara seperti itu. Saya berjanji kepadanya lagi dan lagi bahwa saya akan melayani-Nya dengan setia sepanjang hari saya dan mencintai-Nya dengan sepenuh hati dan oleh karena rahmat-Nya saya akan melakukannya.”

Sir Thomas More meninggal di tiang gantungan pada 6 Juli 1535.

Source: Dari riwayat hidup St. Thomas More

Anakku, Surga adalah rumahmu. Di surga, tinggallah Bapamu dan Bunda Maria-mu yang tercinta dan seluruh malaikat dan orang kudus. Karena surga, kamu diciptakan dan Surga menjadi tempat tinggal kamu selamanya jikalau kamu baik sekarang. Apakah yang lebih menguntungkan daripada sering memikirkan mengenai Surga sekarang yang kamu dapat lebih yakin untuk mencapainya ketika kamu meninggal?

St. Ignasius memikirkan surga.
St. Ignasius dari Loyola kadang-kadang menghabiskan waktu semalaman memikirkan rumahnya di Surga. Ketika ia berada di Roma, dia sering pergi ke bagian tertinggi dari rumah tempat ia tinggal dan menjaga matanya tertuju kepada Surga. Kemudian ia memikirkan rumah bahagia yang Allah siapkan bagi para hamba-Nya dan penghargaan yang tak terbatas akan diterima oleh mereka yang mencintai-Nya; dan dia sering terdengar berseru; “Oh, betapa keji dan tidak berharga yang dunia ini berikan kepada saya ketika “saya memikirkan sukacita-sukacita Surga”!

Oleh Pater. D. Chisholm
Imam Keuskupan Aberdeen.