Sabtu, 10 Desember 2011

Info Post

Pohon Isai merupakan lambang visual dari silsilah keluarga Tuhan Yesus Kristus. Nama ini diambil dari nubuat Yesaya (11:1): "Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, ... "

Oleh Rena Duff

Silsilah bukanlah bahan yang menarik untuk dibaca jika hanya merupakan sederet nama-nama yang tidak dikenal, sama saja seperti membaca buku daftar nomor telepon. Jika kita mengenal kisah tentang orang-orang yang namanya tercantum di sana barulah silsilah itu menarik. Demikian pula dengan silsilah Yesus.

Hanya Matius (Mat 1:1-17) dan Lukas (3:23-38) yang memasukkan silsilah dan kisah kelahiran Yesus. Markus dan Yohanes mengawali Injil mereka dengan Yesus yang telah dewasa dan tidak mengatakan apa-apa tentang leluhur-Nya dan masa kanak-kanak-Nya. Matius dan Lukas menunjukkan bahwa Yesus adalah keturunan Daud melalui Yusuf, suami Maria. Kedua penginjil ini menegaskan bahwa Maria “mengandung dari Roh Kudus” (Mat 1:20; Luk 1:35) dan Yusuf yang juga merupakan keturunan Daud memberi nama “Yesus” sehingga dengan demikian tergenapilah pengharapan bahwa Mesias adalah anggota keluarga Daud.

Matius menulis silsilah-Nya pada awal Injilnya. Sebelum memulai kisah Yesus, ia lebih dahulu memberikan nama-nama leluhur Yesus. Karena itu Matius juga menceritakan kembali ringkasan sejarah Israel – sejarah keselamatan kita. Matius menelusuri keluarga Yesus melalui Abraham untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah anggota dari umat pilihan Allah dan penggenapan dari harapan mesianik. Abraham berasal dari bangsa kafir dan dalam diri Yesus, anak Abraham, semua bangsa-bangsa kafir akan diselamatkan. Dalam diri “anak Daud” ini, semua orang yang berada dalam kerajaan-Nya akan menjadi “Anak Allah yang diurapi”.

Matius dan Lukas menyajikan nama-nama dalam silsilah mereka dengan urutan yang berbeda. Matius mulai dengan Abraham dan memakai rumusan “memperanakkan” untuk menelusuri keturunan sampai kepada Yesus. Lukas mulai dengan Yesus dan mundur kembali kepada Daud, ke Abraham, ke Adam dan akhirnya Allah: ia memakai istilah “anak”.

Matius membagi silsilahnya menjadi tiga kelompok dari 14 keturunan. Beberapa ahli memperkirakan bahwa Matius memakai kelompok 14 karena itulah nomor yang diberikan kepada Raja Daud. Matius membagi sejarah Yahudi menjadi tiga: Masa Para Bapa Bangsa (kira-kira 750 tahun), masa Kerajaan (kira-kira 400 tahun), dan masa setelah pembuangan (kira-kira 600 tahun). Para ahli juga melihat bahwa ke-14 keturunan dalam tiap masa tersebut dibuat sistematis oleh penulis Injil karena untuk mengisi masa-masa tersebut diperlukan lebih banyak keturunan daripada yang dicatatnya.

Nama-nama yang terdaftar dalam Matius dan Lukas mempunyai perbedaan paling banyak dalam masa Bapa-bapa bangsa. Bagian terakhir dari kedua silsilah berisi nama-nama orang yang tidak dikenal kecuali Sealtiel, Zerubabel, Yusuf dan Yesus. Sungguh ironis bahwa setelah daftar nama sekian banyak pemimpin-pemimpin terkenal dari umat pilihan ini, terdapat nama orang-orang biasa yang tidak dikenal yang kemudian merupakan leluhur dari Raja yang paling agung dari semua raja.

Dengan realistik Matius memasukkan nama-nama pendosa dalam daftarnya. Ia tidak menjauhkan sanak keluarga Yesus yang tidak begitu suci karena Allah tetap memilih untuk berkarya melalui mereka. Cinta kasih Allah memancar bagi yang baik maupun yang jahat, yang penting maupun yang biasa, dan juga atas mereka yang menolak-Nya maupun yang menjawab-Nya.

Silsilah Matius tidak hanya menyebut gelar dan sedikit penjelasan di samping nama-nama tertentu; ia juga memasukkan nama dari lima wanita dalam daftarnya. Kecuali Maria, wanita-wanita lain adalah orang asing atau menikah dengan orang asing. Melalui mereka, orang bukan Yahudi dimasukkan ke dalam leluhur Yesus, mengingatkan kita bahwa leluhur Yesus terdiri dari orang-orang di luar umat pilihan. Hal itu seakan-akan menunjukkan kepada kita bahwa bukan gelar, jenis kelamin, atau perbuatan besar kita yang menjadikan kita khusus di mata Allah, tetapi karena kita adalah makhluk yang dikasihi-Nya yang tercakup juga di dalam rencana-Nya.

Masuknya nama-nama wanita itu tidak hanya hal yang tidak lazim dalam silsilah Yahudi tetapi juga dalam silsilah-silsilah purba. Siapakah wanita-wanita yang disebut Matius ini? Bertentangan dengan harapan kita, mereka bukan selalu wanita-wanita saleh dan baik dari Bangsa Israel. Persamaan mereka adalah bahwa mereka semua adalah orang istimewa, tidak dikira, atau bahkan diselubungi skandal. Dengan menyebut mereka, Matius membuat kita berpikir dua kali – mungkin tiga – mungkin lebih -  tentang siapa yang pantas dipakai Allah.

Silsilah Matius mengingatkan kita bahwa Yesus adalah keturunan Pria dan Wanita, orang saleh dan pendosa, Yahudi dan bukan Yahudi, pemimpin dan pengikut. Maka silsilah itu dipenuhi dengan harapan dan janji bagi kita semua di masa kini. Yesus Kristus memasuki ras manusia untuk menyelamatkan setiap orang. Allah begitu mengasihi setiap manusia, laki-laki atau wanita, terkenal atau tidak dikenal, sehingga ia menjadi manusia, menderita, mati dan bangkit. Maka secara pasti kita pun dapat mengambil bagian dalam hidup kekal bersama-Nya jika kita mengikuti ajaran-Nya.

Matius dan Lukas tidak hanya berbeda dalam jauhnya latar belakang yang mereka berikan, tetapi ada pula bermacam perbedaan lain sehingga kita dapat melihat bahwa silsilah-silsilah itu didasarkan atas tujuan teologis dan bukan hanya keturunan biologis. Lukas mencatat 77 nama dalam 11 kelompok dari 7 nama, sedangkan Matius hanya mencatat 41 nama. Dalam naskah-naskah terdahulu jumlah nama dalam Lukas berkisar dari 63 sampai 78. Dalam daftar nama antara masa dari Abraham sampai ke Daud, Lukas juga mencatat bahwa lebih banyak nama-nama. Dengan memperhitungkan bahwa antara kedua generasi itu terdapat masa tenggang selama 750 tahun, kita bisa melihat bahwa Matius dan Lukas tidak menyebutkan beberapa nama-nama di mana hal ini sering terjadi pada zaman itu.

Matius menyebut nama Salomo dalam leluhur Yesus, sedangkan Lukas menyebut Natan (bukan Nabi Natan yang menasehati Daud), seorang anak Daud yang lain (2 Sam 5:14). Baik Natan maupun Salom adalah anak-anak Daud dan Batsyeba, dan meskipun mereka menurunkan cabang-cabang yang berbeda dalam keturunan Daud, keturunan ini menjadi sama lagi dalam nama Sealtiel, Zerubabel, Yusuf dan Yesus. Bahkan nama ayah Yusuf berbeda dalam Matius dan Lukas: Eli atau Yakub? Para ahli Kitab Suci memberikan alasan yang bermacam-macam bagi perbedaan ini. Salah satu penjelasan terbaiknya ada di artikel “Perbedaan Silsilah Tuhan Yesus” dari situs katolisitas.org.

Meskipun para penulis Injil menggunakan bahan-bahan historis (terutama 1 Tawarikh 1-9, Rut 4, Kejadian 5 dan 11), mereka tidak membuat silsilah-silsilah mereka seperti orang zaman sekarang. Pada abad pertama, silsilah merupakan kombinasi antara fakta sejarah dan pernyataan masyarakat. Silsilah adalah sejarah keturunan seseorang atau suatu kelompok (keluarga, suku, atau bangsa) dari satu leluhur. Tujuan dalam membuat silsilah adalah untuk mengetahui nenek moyang atau identitas seseorang. Maka dalam zaman Alkitab, orang lebih tertarik dan mengetahui leluhur mereka dari pada kita sekarang, tetapi mereka membuat silsilah itu dengan cara yang tidak selalu sesuai dengan kriteria sejarah kita. Lukas tidak memberi komentar pada tiap nama dalam silsilah Yesus kecuali pada Yosef dengan memberikan penjelasan untuk menghindari pertentangan tentang Yesus dikandung oleh perawan, “menurut anggapan orang, Ia (Yesus) adalah anak Yusuf.” (Luk 3:23). 

Beberapa nama dalam silsilah Lukas dicatat dalam sejarah Israel, tetapi beberapa nama lain sama sekali tidak dikenal, mengingatkan kita kepada orang-orang tidak dikenal yang juga mengambil bagian dalam Yesus. Lukas memakai cara Yunani dan Romawi dalam membuat silsilah dengan mempertautkan asal mula seseorang yang terkenal dengan seorang dewa, ia menyebut Yesus sebagai keturuan Adam “Anak Allah’ (Luk 3:38). 

Dengan menelusuri silsilah Yesus sampai sebelum Abraham, Bapa Bangsa Yahudi, kepada Adam, maka Lukas menunjukkan kepada orang Kristen non-Yahudi bahwa mereka juga termasuk anggota keluarga Yesus. Lukas menunjukkan bahwa hubungan dengan Yesus tidak hanya milik orang Israel tetapi semua umat manusia. Cara Lukas membuat silsilah yang dimulai dengan generasi masa kini dan diurut ke belakang sampai sekarang masih dipergunakan.

Lukas menempatkan silsilah-silsilahnya setelah mengisahkan kelahiran dan pembaptisan Yesus. Peristiwa-peristiwa luar biasa tentang dikandungnya Yesus, kelahiran-Nya, dan masa kanak-kanak serta pembaptisan-Nya menyoroti Yesus sebagai Putera Allah. Lukas mengimbangi hal ini dengan silsilahnya untuk mengingatkan kita bahwa Yesus juga adalah manusia sepenuhnya.

Silsilah Yesus, Sang Mesias, merupakan silsilah kita karena dengan pembaptisan, kita menjadi saudara-saudari Yesus. Silsilah teologis dan spiritual ini mengingatkan kita bahwa melalui raja-raja dan budak-budak, orang saleh dan pendosa, nabi dan penjahat, karya keselamatan Allah dinyatakan. Dan mereka mengingatkan kita bahwa setiap orang mempunyai peranan sebagai anak Allah di dunia. Setiap orang harus memutuskan “untuk memikul salib setiap hari” dan mengikuti Yesus atau mengikuti jalan kita sendiri dengan mengabaikan-Nya. Semoga damai dan sukacita masa Adven menyertai anda yang sedang menelusuri leluhur Yudeo-Kristian anda bulan ini.


Rena Duff adalah editor dari buletin renungan bulanan God’s Word Today
God’s Word Today Dec 1996.

Pax et Bonum