Minggu, 14 Oktober 2012

Info Post

Kami Mati Karena Mewartakan Injil
Surat St. Petrus Baptista, OFM menjelang Kemartirannya


Dari antara saudara-saudara yang ada di sini, kami berenam ditangkap dan dipenjarakan beberapa hari lamanya, bersama tiga orang Jepang dari Serikay Yesus, seorang dari antaranya telah mengucapkan profesi, yaitu Paulus Miki, dan umat Kristiani lainnya. Kami semuanya berjumlah dua puluh empat orang. Sekarang kami sedang di dalam perjalanan dalam bulan musim dingin yang hebat. Kami diiring dengan pasukan berkuda dengan pengawalan yang ketat. Selama hari-hari itu ada lebih dari dua ratus orang yang ditugaskan mengawal kami. Kendati demikian, kami amat terhibur dalam Tuhan; dan dengan sukacita kami berjalan terus karena dalam putusan hakim terhadap kami; dinyatakan bahwa kami harus disalibkan karena kami menentang perintah raja dan kami mewartakan hukum Allah; dan yang lainnya karena kami itu orang Kristiani. Yang ingin mati untuk Kristus, kini mendapat kesempatan. Maksud saya, umat Kristiani di wilayah ini diperkokoh imannya, seandainya saudara-saudara se-Ordo hadir di sini. Tetapi mereka harus ingat baik-baik bahwa kami tidak dapat hidup lebih lama lagi di Jepang dalam jubah kami, selama raja ini berkuasa; sebab ia akan memindahkan mereka ke alam baka, ke mana ia akan menghantam kami juga.
Putusan yang dijatuhkan terhadap kami itu tertulis di papan yang dibawa di depan kami. Di situ dikatakan bahwa kami dijatuhi hukuman karena kami telah mewartakan hukum Nauan (yaitu hukum Kristiani) melawan perintah Taycosama (Sang Penguasa); dan sesampai di Nagasaki, kami akan disalibkan. Kami sangat bersuka cita dan merasa terhibur dalam Tuhan sebab kami akan kehilangan nyawa demi mewartakan hukum-Nya.

Di sini kami ada enam Saudara Dina (Fransiskan) dan delapan orang Jepang; semuanya dijatuhi hukuman mati: sebagian sebagai pewarta kabar suka cita, dan sebagian yang lain sebagai umat Kristiani biasa. Dari Serikat Yesus, yang satu adalah frater dan yang lain adalah katekis dan yang lagi adalah awam. Kami dikeluarkan dari penjara dan kami ditaruh di atas gerobak; semua dikerat sebagian telinganya dan demikianlah kami diangkut di jalan-jalan Kyoto diiringi banyak rakyat dan serdadu. Kemudian kami dijebloskan lagi ke dalam penjara. Keesokan harinya tangan kami diikat di belakang punggung dan sambil berjalan kaki, kami diantar ke Osaka, dikawal oleh orang berkuda. Pada hari berikutnya, kami dikeluarkan dari penjara, dinaikkan ke atas kuda, diarak di jalan-jalan kota. Kemudian kami dibawa ke kota Sakai, dan di sana pun kami mendapat perlakukan yang sama. Di ketiga kota itu selalu ada bentara resmi. Kami sudah tahu bahwa kami akan dijatuhi hukuman mati. Tetapi setelah kami berada di Osaka, barulah diberitahukan kepada kami suatu keputusan bahwa untuk itulah kami harus berjalan terus ke Nagasaki.

Saudara-saudara terkasih, demi kasih Allah, hendaknya kamu sungguh-sungguh mendoakan kami kepada Allah agar persembahan hidup kami berkenan kepada-Nya. Sejauh yang saya dengar di sini, saya menduga kami akan disalibkan pada hari Jumat yang akan datang. Sebab pada hari Jumat kami juga telah dikerat sebagian telinga kami di Kyoto. Hal ini kami terima sebagai anugerah Allah. Oleh karena itu, kami semua mohon dengan hangat kepada kalian, demi kasih Allah, untuk mendoakan kami.

Saudara-saudara terkasih, bantulah kami dengan doa kalian, agar kematian kami berkenan kepada hadirat Ilahi. Di surga, yang kami harapkan akan kami masuki, kami akan mengingat kalian. Tetapi di sini pun saya tidak akan lupa kalian semua yang terkasih; sebab dengan segenap hati saya telah dan masih mencintai kalian. Selamat berbahagia saudara-saudara yang terkasih, sebab tidak ada waktu lagi untuk berbicara. Sampai jumpa lagi di surga. Ingatlah akan saya!

St. Petrus Baptista, OFM adalah salah seorang dari 26 Martir Nagasaki
Artikel ini ditulis ulang dari Proprium Fransiskan
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter