Jumat, 19 Oktober 2012

Info Post

Gereja yang Satu

I. Kesatuan dan Persatuan. Kesatuan Gereja mempunyai dua aspek yang saling berhubungan satu dengan yang lain; Gereja itu satu baik ke luar maupun ke dalam. Bahwa Gereja itu keluar hanya satu haruslah diartikan sebagai berikut: Untuk membawakan dan menyelesaikan Kerajaan Allah di tengah umat manusia, Kristus mendirikan hanya satu Gereja saja, dan bukan banyak gereja yang sangat berlainan. Tetapi Gereja itu juga hanya satu ke dalam. Ia satu di dalam ajarannya; kepada segala manusia ia mewartakan wahyu yang sama; dari semua orang ia menuntut pengakuan iman yang sama. Ia juga satu dalam pembagian rahmatnya; agar mengambil bagian pada  kehidupan ilahi, terbukalah bagi semua orang sumber-sumber yang sama dan di dalam upacara kebaktiannya ia mengumpulkan semua orang di sekeliling korban yang sama. Ia hanya satu dalam pemerintahannya; seluruh Gereja dipimpin oleh kewibawaan yang satu dan sama yang harus ditaati oleh semua orang.

II. Kesatuan dalam Keanekaragaman. Kesatuan ini bukanlah suatu uniformitas absolut; di luar bidang yang esensial, orang melihat juga bagaimana kesempurnaannya dapat berkembang dalam variasi yang besar. Di dalam Gereja terdapat perbedaan pelayanan, kemampuan dan anugerah, perbedaan dalam fungsi dan martabat, dalam liturgi dan spiritualitas, perbedaan dalam teologi, dalam devosi dan kegiatan; waktu, tempat, kebudayaan dan kebiasaan bangsa memberikan coraknya sendiri dalam kehidupan gerejani. Tetapi segala perbedaan itu tidak menghilang-lenyapkan kesatuan. Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. (1 Kor 12:4-6)

III. Kesatuan, suatu rahasia. Gereja mengambil bagian dalam kesatuan yang terdapat di dalam Allah sendiri, di mana Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah satu. Kesatuan di dalam Allah adalah lebih dalam dan lebih fundamental, lebih kuat dan lebih utama daripada kesatuan manapun. Tiap kesatuan kodrati hanya merupakan bayangan yang lemah dari kesatuan itu. Kesatuan Gereja termasuk dalam rahasia kehidupan Tuhan seperti yang terdapat dalam ketiga Pribadi Ilahi. Gereja didirikan oleh Kristus dan karena itu mengambil bagian dalam seluruh kepenuhan Kristus. Kristus, Sang Putera, berada dalam persatuan Bapa dan Roh Kudus. Ia menjadikan semua orang saudara-Nya dan menjadikan semua mereka anak-anak dari Bapa yang satu dan sama. Ia mencurahkan kepada Gereja-Nya Roh yang sama, yang menghubungkan semua anggota dengan Kristus menjadi satu tubuh.

Gereja menerima kesatuan ini dari kekuatan sengsara Kristus. Karena Yesus akan mati untuk bangsa itu (Yahudi), dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Gereja menerima kesatuan ini juga dari kekuatan doa Kristus: Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau. (Yoh 17:21).

Di dunia tidak terdapat suatu kesatuan yang jauh lebih kuat daripada kesatuan ini, justru karena ia adalah anugerah ilahi yang adikodrati dan terdapat di dalam Allah. Oleh karena itu, ia mampu mempersatukan manusia, mampu mengalahkan perbedaan dan kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan. Ia lebih kuat daripada ikatan darah dan bangsa, lebih kuat daripada cintakasih adikodrati atau kepentingan masyarakat.

Kesatuan Gereja akan tetap berlangsung terus oleh bantuan ilahi, walaupun banyak anggotanya tidak bersatu lagi dengannya. Suasana perpecahan adalah suatu kenyataan yang menyedihkan. Kita tidak boleh menjadi penonton dan bersikap acuh tak acuh terhadap kenyataan tersebut. Kita harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai kesatuan yang semula.

IV. Kesatuan sebagai tanda yang kelihatan. Kesatuan Gereja juga mempunyai suatu segi empiris. Gereja itu ada untuk memanifestasikan karya Allah. Kristus berdoa: Semoga mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku. (Yoh 17:23). Di dalam doa itu dinyatakan bahwa kesatuan adalah tanda pengenal bagi Gereja yang benar. Apabila kesatuan membuktikan kebenaran perutusan Kristus, maka jelaslah bahwa Gereja yang benar adalah Gereja di mana kesatuan itu ada; kesatuan dalam ajaran dan pengakuan iman, kesatuan dalam peribadatan, kesatuan dalam kehidupan sakramental dan dalam pimpinan. Kesatuan ini tidak ditemukan dalam (g)ereja-gereja yang telah memisahkan diri dari (G)ereja.

Di sana (di gereja-gereja yang memisahkan diri) tidak ada kesatuan pengakuan iman; malahan sebaliknya terdapat banyak perbedaan dan pertentangan; bukan hanya dalam hal-hal kecil dan kurang berarti, melainkan juga dalam dasar-dasar Kristianitas mereka seringkali tidak sependapat.

Di sana tidak ada kesatuan pelayanan sakramen; tidak semua menerima sakramen yang sama dan tidak semua mempunyai pengertian yang sama tentang arti dan kekuatan sakramen tersebut.

Di sana tidak ada kesatuan pimpinan. Dalam beberapa gereja telah dimasukkan prinsip nasionalitas yang seringkali harus dibayar mahal sekali, yaitu bahwa gereja itu hampir sepenuhnya dikuasai oleh negara.

V. Kesatuan, suatu tanda heran. Kesatuan ini juga merupakan suatu tanda heran. Makin besar perbedaan di antara manusia, makin susah pula mereka dipertemukan dalam suatu kesatuan. Dan hal ini akan menjadi lebih sukar lagi apabila masalahnya bersifat rohani dan adikodrati.

Manusia di dunia ini sangat berbeda yang satu dari yang lain baik di bidang kebudayaan, bangsa dan bahasa, maupun di dalam kepentingan dan kebiasaan. Yang mempersatukan mereka hanyalah sesuatu yang adikodrati dan yang bukan dari dunia ini., yaitu Allah sendiri, kebahagiaan, pewartaan Kristen. Mereka semua dipersatukan di dalam satu kesatuan yang mencakup seluruh dunia dan segala zaman. Kesatuan yang demikian tidak dapat timbul dan dipertahankan oleh faktor-faktor manusiawi. Di sini dapat dilihat kenyataan bahwa sekian banyak manusia yang berbeda-beda dapat tinggal satu dalam keyakinannya tentang kehidupan, satu dalam pengertian dan satu dalam perasaan; mengambil bagian dalam kehidupan gerejani yang satu dan sama dan takluk kepada kewibawaan yang satu dan sama pula. Mereka semua satu, bukan dalam kebencian tetapi dalam cintakasih. Kesatuan yang semacam itu tidak datang dari manusia, melainkan dari Allah. Karena kebencian dan egoisme dapat muncul dengan mudah; kepentingan yang berbeda-beda dan sifat yang beraneka ragam dapat bertabrakan satu dengan yang lain; pendirian yang berbeda-beda dapat mencerai-beraikan. Dan apabila kesatuan dapat bertahan tanpa paksaan, maka itu adalah bukti nyata bahwa Allah sendirilah yang bekerja di dalamnya atas cara yang luar biasa. Dengan adanya kesatuan yang termaksud di dalam Gereja Katolik, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ia (Gereja Katolik) berhak menamakan diri Gereja yang benar.

VI. Kesuraman Kesatuan. Selama di dunia ini, Gereja mengalami keadaan yang menghinakan; keagungannya belum dipancarkan ke luar dengan sepenuhnya. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi duniawi di mana ia hidup; dan terutama sekali dosa manusia. Perpisahan umat Kristen di dalam berbagai macam pengakuan iman merupakan sebab mengapa kesatuan Gereja digelapkan dan mengapa ia tidak begitu cerah bersinar keluar. Juga kekurangan perasaan kesatuan di antara umat Katolik dapat membuat suram sifat ilahi daripada kesatuan Gereja. Sifat ilahi dapat dihalang-halangi oleh perselisihan di antara anggota, oleh penolakan untuk bekerja sama, oleh sifat kurang sabar dan kurang cintakasih, oleh ketidaktaatan kepada kewibawaan, oleh menempatkan kepentingan pribadi dan perasaan nasional di atas yang pokok. Karena itu sangat besarlah tanggungjawab umat beriman. Apabila mereka tidak pandai memelihara kesatuan yang benar ini di dalam cintakasih, maka mereka akan mempersulit orang lain untuk menemukan Gereja yang benar dan untuk mewujudkan kesatuan di antara umat Kristen.

Oleh Pater Herman Embuiru, SVD dalam buku “Aku Percaya” hlm. 142-145
Pax et Bonum