Minggu, 25 Agustus 2013

Info Post
Engkau Tidak Harus Pergi ke Neraka
 
Sekali waktu seseorang bertanya kepada pengkhotbah evangelikal apakah dia boleh tetap mengunyah tembakau dan masuk ke surga. Pengkhotbah tersebut berpikir sejenak dan berkata, “Ya, tetapi untuk meludah kunyahan tembakau tersebut, anda harus pergi ke tempat yang lain.”
 
 
Cerita humor di atas menggambarkan sebuah poin penting: Beberapa hal tidak sesuai dengan surga. Mengunyah tembakau tentu adalah contoh yang agak konyol. Tetapi, bagian pentingnya adalah bahwa ada hal-hal yang harus kita tolak untuk dapat masuk ke dalam surga. Tujuh dosa pokok meringkas apa saja yang harus kita tinggalkan: hawa nafsu, kemarahan, kerakusan, kemalasan, kecemburuan, ketamakan dan di atas semuanya, kesombongan. Dosa-dosa tersebut tidak memiliki tempat di surga. Jika mereka masuk, pastilah mereka merusak. Persekutuan Para Kudus adalah seperti simfoni dengan setiap anggotanya memainkan bagian spesifik masing-masing. Bila seseorang membawa kemarahan ke dalam Persekutuan Para Kudus, kerusakan yang ditimbulkan dapat dibandingkan dengan seseorang yang menggaruk atau mencakar jari-jari mereka ke papan tulis sembari sebuah grup para ahli musik sedang memainkan lagu-lagu Mozart.

Yesus menyatakannya secara langsung: Allah akan berkata kepada sejumlah orang, “enyahlah dari hadapan-Ku.” Hal itu sungguh mengerikan, kata-kata menakutkan yang harus kita pandang serius. Kata-kata itu tidak datang dari seorang teolog abad pertengahan. Kata-kata ini datang dari mulut Yesus sendiri: “Enyahlah dari hadapan-Ku.  Aku tidak tahu dari mana kamu datang.”

Neraka itu sungguh nyata. Engkau atau aku dapat berakhir di sana. Ini adalah kabar buruk. Sekarang, saya juga memiliki beberapa kabar gembira: Tidak seorang pun dari kita harus pergi ke sana. Cerita ini berisi tentang Calvin Coolidge ketika ia adalah wakil presiden. Suatu hari ketika ia sedang memimpin senat, sebuah argumentasi sengit pecah di antara dua senator. Salah satu dari kedua senator itu sangat marah dan memberitahu lawannya bahwa lawannya itu dapat langsung masuk ke neraka. Senator yang diserang seperti itu mendekat kepada Wakil Presiden Coolidge. “Tidakkah kau mendengar apa yang ia katakan kepadaku?” Tanyanya. Coolidge membuka bukunya dan berkata dengan tenang: “Kau tahu, aku telah membaca seluruh buku aturan ini. Kau tidak harus pergi.”

Tidak seorang pun dari kita harus masuk ke neraka. Hal itu tergantung pada pilihan kita masing-masing. Katekismus Gereja Katolik menyatakan:
Mati dalam dosa berat, tanpa menyesalkannya dan tanpa menerima cinta Allah yang berbelas-kasihan, berarti tinggal terpisah dari-Nya untuk selama-lamanya oleh keputusan sendiri secara bebas. Keadaan pengucilan diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus ini dinamakan "neraka". (KGK 1033) Tidak ada seorang pun ditentukan lebih dahulu oleh Tuhan supaya masuk ke dalam neraka; hanya pengingkaran secara sukarela terhadap Tuhan (dosa berat), di mana orang bertahan sampai akhir, mengantarnya ke sana. (KGK 1037)

Sekarang, seseorang mungkin berpikir, “Tak masalah. Bila neraka sekadar sebuah keadaan memisahkan diri dari Allah, aku tidak akan pernah memisahkan diriku.” Jangan terlalu yakin. Ambillah contoh yang umum seperti hawa nafsu. Hawa nafsu adalah sebuah bentuk berhala. Hawa nafsu dapat dengan mudah menggantikan Allah dari kehidupan seseorang. Lebih lanjut, hawa nafsu mendistorsi sesama manusia lainnya, menjadikan mereka sebuah objek pelampiasan hawa nafsu. Hawa nafsu mengambil sesuatu yang sangat baik – keinginan untuk bersatu dan mendukung kehidupan dalam pernikahan – dan membuangnya lalu menggantikannya menjadi sesuatu yang menghancurkan (destruktif). Seseorang tidak dapat terikat pada hawa nafsu dan masuk ke surga. Ketika Santa Perawan Maria muncul pada 3 anak di Fatima, ia memberitahu mereka, “Lebih banyak jiwa masuk ke neraka karena dosa kedagingan daripada alasan yang lain.”

Setelah Santa Perawan Maria memperingatkan anak-anak tersebut betapa mudahnya untuk jatuh ke dalam neraka, ia juga mengajarkan mereka sebuah doa yang penting. Doa tersebut adalah: “Oh Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari apa neraka dan antarlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terutama mereka yang paling membutuhkan kerahiman-Mu.” Mereka yang berdoa Rosario umumnya akan mendoakan doa ini juga. Kita harus sungguh-sungguh berdoa bagi keselamatan semua orang supaya tidak ada yang menderita keterpisahan abadi dari Allah. Bahkan, jika seseorang telah membuat hidupmu menderita, engkau harus berdoa bagi keselamatannya. Keselamatan kita sendiri berkaitan dengan keinginan kita akan keselamatan orang lain. Pada Injil hari ini, orang-orang ditolak justru karena keinginan mereka untuk mengecualikan orang lain.

Yesus sekali lagi menghadapkan kita dengan isu fundamental: bahwa engkau dan aku harus membuat sebuah pilihan. Kita sedang membuat pilihan setiap saat: apakah kita selalu berelasi dengan Allah atau melarikan diri dari Dia; apakah kita tumbuh terbiasa dalam dosa atau bertobat dari dosa itu. Yesus berkata, “sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.” Dan untuk mendorong kita ke jalan yang sempit, Ia berkata: “orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.” Semoga engkau dan aku menjadi bagian dari bilangan orang yang duduk makan di dalam Kerajaan Allah.

Pater Phil Bloom adalah Pastor Paroki St. Mary of the Valley, Monroe
Homili di atas diterjemahkan dari situs resmi paroki tersebut.
pax et bonum