Langsung ke konten utama

Misa Latin Tradisional / Missa Tridentinum yang Ketiga di Bandung

Bandung, 29 Agustus 2010

Misa Latin Tradisional atau yang dikenal sebagai Misa Tridentinum atau juga disebut Misa Forma Ekstraordinaria yang memenuhi harapan Sri Paus Benediktus XVI dalam Motu Proprionya Summorum Pontificum 2007 kembali diselenggarakan di Keuskupan Bandung. Misa ini diselenggarakan pada hari Minggu, 29 Agustus 2010, di Kapel Gereja Mahasiswa (GEMA) Jalan Sultan Agung no. 2, Bandung.

Misa Latin Tradisional kali ini adalah yang ketiga kalinya diselenggarakan di Keuskupan Bandung. Misa Tridentinum yang pertama di Keuskupan Bandung pasca-Konsili Vatikan 2 diselenggarakan pada Hari Raya Pentakosta, 23 Mei 2010, di Kapel Susteran Ursulin St. Angela di Jalan Merdeka 24, Bandung. Sedangkan, Misa Tridentinum yang kedua diselenggarakan pada hari Minggu 13 Juni 2010 di Kapel Susteran Ursulin Jalan WR. Supratman No.1, Bandung. Misa Tridentinum yang pertama dan kedua ini dipimpin oleh Reverendus Pater (artinya Bapa Yang Terhormat) Fransiskus Xaverius Soekarno, OSC dari Keuskupan Bandung.

Misa Latin Tradisional kali ini dipimpin oleh seorang Reverendus Pater dan dihadiri oleh sekitar 40 orang yang sebagian besar adalah umat dari Keuskupan Bandung dan Keuskupan Agung Jakarta. Misa Kudus dimulai sekitar pukul 17.10 WIB atau terlambat 10 menit dari waktu yang ditentukan. Hal ini terjadi karena perjalanan rombongan yang membawa Pater terhambat oleh kemacetan yang terjadi di jalan-jalan utama sekitar kapel. Dalam homilinya, Pater menyampaikan bahwa saat ini umat Katolik seringkali mengutamakan sesuatu yang bernama kesenangan sehingga mengabaikan kebenaran. Beliau mengajak umat untuk merenungkan bagaimana St. Yohanes Pembabtis rela mengabaikan kesenangan dan berkorban nyawa untuk kebenaran.

Umat yang hadir begitu khusuk mengikuti Misa Latin Tradisional ini dan Paduan Suara Gregorian dan Gita Bahana sangat membantu umat masuk ke dalam penghayatan mendalam akan Perayaan Ekaristi. Setelah Misa Latin Tradisional selesai, beberapa umat yang hadir menyampaikan kesannya mengenai Misa ini. Vina dan Bayu Maria, misdinar dari Kapel Hati Kudus Yesus RS St. Borromeus, berkata bahwa mereka senang bisa menghadiri Misa Tridentinum ini walaupun mengalami kesulitan karena penggunaan bahasa Latin. Mereka juga menyampaikan bahwa Misa Latin Tradisional kali ini adalah pengalaman pertama mereka menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut. Cara ini adalah suatu penyembahan dan penghormatan yang paling baik dalam menerima Komuni Kudus tapi semakin dilupakan oleh banyak umat Katolik sekarang ini. Saudara Tommy dari Paroki Pandu, Keuskupan Bandung, juga menyampaikan bahwa dia mengalami kesulitan dengan bahasa Latin. Namun, beliau memberi apresiasi yang positif terhadap Misa Latin Tradisional ini dengan berkata bahwa beliau senang dengan hadirnya Misa Latin Tradisional ini sehingga umat yang telah berumur dapat merasakan kembali Misa ini dan umat yang masih muda dapat merasakan sebuah Misa Kudus yang dulu hanya bisa didengar atau dibaca saja tanpa dapat menghadiri dan merasakan langsung. Dengan demikian, beliau menambahkan, Misa Kudus ini dapat dilestarikan dan tidak hilang ditelan zaman.

Pak Mahendra, “EO” semua Misa Tridentinum di Keuskupan Bandung, menyampaikan bahwa Misa Tridentinum keempat di Keuskupan Bandung akan diselenggarakan lagi pada hari Minggu tanggal 26 September 2010 dengan waktu yang belum ditentukan di Kapel Gereja Mahasiswa (GEMA) Keuskupan Bandung. Beliau tentunya mengharapkan kehadiran umat Katolik yang lebih banyak lagi sehingga dapat membantu melestarikan Misa Kudus yang sempat menjadi “barang museum” di Indonesia.

Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...

“Kelompok Kategorial” Menurut Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik

Sulit untuk menemukan istilah “Kelompok Kategorial” atau “Kelompok Kategorial Katolik” dalam dokumen-dokumen resmi Gereja Universal. Tampaknya istilah ini (dan juga istilah kelompok kategorial) hanya umum berlaku di Indonesia, diperkenalkan dalam rangka melaksanakan reksa pastoral Gereja Indonesia.     Di samping itu, terdapat pula perbedaan definisi mengenai “Kelompok Kategorial Katolik” ini dalam berbagai paroki. Dalam artikel ini akan diangkat beberapa contoh.