Langsung ke konten utama

Pater, Pergilah Menerima Sakramen Tobat!


Ada empat alasan utama mengapa banyak imam meninggalkan imamatnya:

1. Karena mereka menolak berdoa setiap hari.

2. Karena mereka tidak berusaha menghindari dosa dan melupakan bahwa kebijaksanaan adalah sains dari Para Orang Kudus.


3. Karena mereka tidak memiliki kerendahan hati dan keberanian untuk menerima Sakramen Tobat yang kudus secara benar dan teratur.

4. Karena mereka hidup dalam keadaan berdosa berat tetapi tetap merayakan Ekaristi. Bila imam dalam keadaan berdosa berat tetap merayakan Misa Kudus, maka ia telah melakukan dosa sakrilegi (melecehkan hal-hal yang suci) sekalipun Misa yang dirayakannya tetap sah. Kemudian, bila imam berada dalam keadaan berdosa berat, bagaimana bisa ia memberi homili dalam inspirasi, terang dan kekuatan Roh Kudus? Bagaimana bisa ia memberi homili sementara ia terikat pada dosa berat?

Pesan dari dombamu: Romo/Pater, pergilah untuk menerima Sakramen Pengakuan yang kudus, dan kemudian jadilah pengkhotbah yang mengagumkan. Roh Kudus akan berbicara kepadamu dan melaluimu, dan engkau akan menyelamatkan ribuan jiwa yang sedang berjalan menuju neraka.

Suatu hari di sebuah paroki, St. Yohanes Maria Vianney, Imam Kudus dari kota kecil Ars, menerima kunjungan dari seorang imam muda. Imam muda ini memiliki ketertarikan yang besar untuk mengenal Imam Kudus dari Ars ini secara pribadi. Setelah makan siang, Imam Kudus ini berkata kepada imam muda tersebut: “Apakah dirimu bersedia untuk mendengarkan pengakuan dosa saya?” Imam muda ini seketika tersungkur dari kursinya mendengar permintaan dari Imam Kudus yang mengagumkan dan terkenal akan kekudusannya. Santo-Santa mengaku dosa, menerima Sakramen Tobat! Dan mereka yang menerima Sakramen Tobat menjadi Santo-Santa.

Remember...

If the priest is a saint, his people will be holy.
If the priest is holy, his people will be good.
If the priest is good, his people will be fair.
If the priest is fair, his people will be mediocre.
If the priest is mediocre, his people will be bad.

Silahkan sebarkan artikel ini kepada para imam kita sebab sebagai umat pun, kita mempunyai hak dan kewajiban untuk mengingatkan para imam kita agar mengusahakan kekudusan hidup mereka sendiri. Pax et Bonum

Artikel ini dimuat juga di Buletin Lentera Iman milik Komsos Keuskupan Agung Makassar edisi 41 Juni 2012

Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...

Perisai Lambang Kepausan (Coat of Arms) Paus Leo XIV

  Lambang Paus Leo XIV terdiri dari perisai yang dibagi menjadi dua sektor, yang masing-masing membawa pesan yang mendalam. Di sisi kiri, dengan latar belakang biru, terdapat bunga lili putih bergaya, simbol tradisional kemurnian dan kepolosan. Bunga ini, yang sering dikaitkan dengan Perawan Maria, langsung membangkitkan dimensi Maria dalam spiritualitas Paus. Ini bukan sekadar seruan pengabdian, tetapi indikasi yang tepat tentang sentralitas yang ditempati Perawan Maria yang Terberkati dalam cara Gereja: model mendengarkan, kerendahan hati, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Di sisi kanan perisai, dengan latar belakang putih, digambarkan Hati Kudus Yesus, tertusuk anak panah dan terletak di atas buku yang tertutup. Gambar ini, yang intens dan penuh makna, merujuk pada misteri pengorbanan penebusan Kristus, hati yang terluka karena cinta kepada manusia, tetapi juga pada Sabda Tuhan, yang diwakili oleh buku yang tertutup. Buku yang tertutup ini menunjukkan bahwa kebenaran ...