I. Fakta. Apabila kita
mempelajari sejarah Gereja, maka ada satu masalah yang patut dicatat, yaitu
perkembangan Gereja yang begitu pesat. Gereja mengirim pengkhotbahnya ke
seluruh daerah. Terutama Santo Paulus menunjukkan kegiatan yang tidak kenal
menyerah; ia disemangati oleh suatu dorongan batin. Setelah beberapa puluh
tahun Gereja sudah tersebar ke seluruh dunia di masa itu. Nama “Katolik” mulai
digunakan; nama itu berarti umum, universal. Sifat itu tetap dipertahankannya;
daerah pengkhotbahanya terus diperluas; utusan baru terus dikirim ke daerah
yang baru terbuka. Gereja adalah satu dan kudus; ini tidak berarti bahwa ia
membentuk satu kelompok kecil yang mempertahankan kemurniannya secara kaku
dengan jalan mengisolasi diri; Gereja tidak sempit dan picik; sikapnya bukan
menolak, tetapi mengundang; kesatuannya mencakup seluruh dunia dan kekudusannya
diperuntukkan bagi semua orang.
II. Dasar
Pembuktian.
Perintah Kristus kepada para rasul berlaku untuk seluruh dunia: Kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi. (Kis 1:8). Ia memanggil semua orang untuk masuk ke dalam
Gereja-Nya, atau lebih lagi Ia menyatakan suatu kewajiban bagi semua orang
untuk dibaptis dan untuk percaya kepada perkataan Kristus: “Pergilah ke seluruh
dunia dan wartakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan
dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Mrk
16:16. Setiap orang wajib taat kepada perkataan penuh kewibawaan dari para
rasul karena siapa yang mendengarkan kamu ia mendengarkan Aku, dan siapa
menolak kamu ia menolak Aku. (Luk 10:16)
III. Faktor
Intern.
Pengertian katolik mempunyai beberapa aspek. Gereja tidak terbatas pada tempat
tertentu, bangsa tertentu atau kebudayaan tertentu; Gereja itu universal.
Gereja tidak dimaksudkan untuk waktu tertentu saja; betapa pun lanjut usianya,
ia tetap muda. Ia tidak diperuntukkan bagi manusia dan tingkat kemasyarakatan
tertentu ataupun dari kemajuan tertentu, tetapi ia berpaling kepada yang miskin
dan kaya, kepada yang pandai dan yang bodoh. Gereja juga universal dalam
artikata bahwa ia mencakup seluruh manusia, bukan hanya pikirannya tetapi juga
hatinya; bukan hanya kehendaknya tetapi juga perasaannya; bukan hanya jiwanya
tetapi juga badannya. Iman Katolik bukan agama pikiran, bukan latihan kehendak,
bukan juga agama perasaan. Iman katolik mau melayani Allah dalam roh dan
kebenaran, (Yoh 4:23), dengan tidak melupakan kelemahan manusiawi.
Sifat Gereja yang
katolik bukanlah suatu pengertian kosong. Ia menuntut kesatuan dan stabilitas.
Gereja itu katolik dalam artikata bahwa ia diorganisir di seluruh dunia dan
melalui segala zaman sebagai satu kesatuan dan bahwa di segala tempat dan pada
segala waktu seluruh wahyu Kristen hidup di dalamnya, serta bahwa seluruh
pewartaan Injil sudah menjadi nyata di dalamnya. Apa yang ia wartakan bukanlah
suatu pilihan atau suatu aspek dari ajaran Kristen, tetapi semuanya, bukan
hanya hal-hal pokok tetapi seluruhnya.
IV. Kenyataan. Sifat katolik
tidak berarti bahwa ia dapat mencakup semua orang atau sebagian besar dari umat
manusia. Statistik dapat menjelaskan bahwa belum sampai seperlima penduduk
dunia menjadi anggota Gereja. Sifat Katolik harus diartikan bahwa ia dapat
diketemukan di seluruh dunia dan bahwa segala bangsa dan negara, segala
kelompok dan martabat memberi sumbangan untuk membentuk suatu badan yang baik
dan terurus baik. Di dalam perjalanan sejarah, sifat katolik itu mendapat
bentuk yang makin nyata walaupun ada kekuatan-kekuatan yang menghambat,
umpamanya; perlawanan oleh musuh-musuhnya dan kekurangan semangat dari
anggotanya sendiri.
V. Tanda dan
Mujizat.
Sifat katolik mempunyai segi yang mengherankan karena kesatuan yang benar dalam
hal-hal rohani, tanpa paksaan dari luar, tidak mungkin terpelihara secara murni
di suatu wilayah seluas dunia ini, selama dua puluh abad, kalau tidak ada
bimbingan ilahi yang khusus. Kekuatan manusiawi saja tidak mungkin
mempertahankannya. Karena itu Gereja memiliki materai kebenaran ilahi dalam
kekatolikannya.
Oleh Pater Herman Embuiru, SVD dalam
buku “Aku Percaya” hlm. 149-151
Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter