Langsung ke konten utama

Homili Santo Yohanes Paulus II pada Pesta Pembaptisan Tuhan

Homili lama ini diterjemahkan oleh Indonesian Papist untuk dimuat pada Buletin Lentera Iman edisi Februari 2014 dengan tema Baptis.

Homili Paus Yohanes Paulus II pada Pesta Pembaptisan Tuhan

Minggu, 12 Januari 1997
 
St. Yohanes Paulus II Membaptis Seorang Bayi


“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19)

Hari ini Gereja sedang merayakan Pesta Pembaptisan Kristus dan tahun ini juga saya mengalami sukacita memberikan Sakramen Baptis kepada beberapa bayi yang baru lahir; 10 perempuan dan 9 laki-laki, 14 di antaranya adalah orang Italia, 2 Polandia, 1 Spanyol, 1 Meksiko dan 1 India. Selamat datang para orang tua terkasih yang telah datang ke sini bersama dengan anak-anak anda sekalian. Saya juga menyapa para wali baptis serta kalian semua yang hadir di sini.

Saudara-saudari terkasih, sebelum memberikan Sakramen Baptis kepada anak-anak baru lahir ini, saya ingin merenungkan bersama anda mengenai sabda Allah yang baru saja kita dengar. Injil menurut Markus, seperti Injil-injil Sinoptik lainnya, bercerita tentang Pembaptisan Yesus di Sungai Yordan. Liturgi Epifani mengenang peristiwa ini dalam sebuah kesatuan tiga peristiwa (triptych) yang mencakup juga Penyembahan Para Majus dari Timur dan Pernikahan di Kana. Masing-masing dari 3 peristiwa ini dalam kehidupan Yesus dari Nazaret adalah sebuah pewahyuan khusus mengenai keputraan ilahi-Nya. Gereja-gereja Timur memberikan penekanan khusus terhadap pesta hari ini, menyebutnya dengan singkat, “Yordan”. Mereka memandang peristiwa ini sebuah momen dalam manifestasi Kristus yang terhubung dekat dengan Natal. Memang, lebih daripada kelahiran-Nya di Betlehem, Liturgi Timur menyoroti pewahyuan mengenai Kristus sebagai Putera Allah, yang terjadi dengan intensitas yang luar biasa persis selama Pembaptisan-Nya di Sungai Yordan.

Apa yang Yohanes Pembaptis sampaikan di tepi Sungai Yordan adalah pembaptisan penyesalan untuk pertobatan dan pengampunan dosa. Tetapi Yohanes Pembaptis mengatakan: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” (Mrk 1:7-8). Yohanes Pembaptis menyatakan ini kepada begitu banyak pentobat yang berbondong-bondong mengikuti dia untuk mengakukan dosa mereka, bertobat dan bersiap untuk memperbaiki hidup mereka.

Pembaptisan yang diperintahkan oleh Yesus sebagaimana yang Gereja dengan setia dan tidak hentinya lakukan hingga saat ini adalah sungguh berbeda dari pembaptisan oleh Yohanes Pembaptis. Pembaptisan yang dilakukan oleh Gereja membebaskan manusia dari dosa asal dan mengampuni dosa-dosanya, menyelamatkan ia dari perbudakan yang jahat dan merupakan tanda kelahiran kembali dalam Roh Kudus; Pembaptisan yang dilakukan oleh Gereja memberikan kepada manusia kehidupan yang baru yaitu partisipasi dalam kehidupan Allah Bapa yang diberikan oleh Putra Tunggal-Nya yang menjadi manusia, wafat dan bangkit kembali.

Setelah Yesus keluar dari air, Roh Kudus turun atas-Nya dalam rupa seekor merpati, surga terbuka dan suara Bapa didengar dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Dengan demikian, peristiwa Pembaptisan Kristus bukan hanya pewahyuan akan keputraan ilahi-Nya, tetapi pada saat yang sama merupakan pewahyuan akan seluruh Tritunggal Mahakudus. Bapa – suara dari langit – mengungkapkan Yesus Putra Tunggal-Nya  sehakikat dengan Bapa dan semua ini terjadi oleh keutamaan Roh Kudus yang dalam bentuk burung merpati turun atas Kristus, Tuhan yang diurapi.

Pada Kisah Para Rasul, kita membaca mengenai Pembaptisan yang diberikan oleh Rasul Petrus kepada Kornelius dan keluarganya. Dengan demikian, Petrus melaksanakan perintah Kristus yang bangkit kepada para murid-Nya: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Pembaptisan adalah sakramen dasar dan pertama dalam Gereja, sakramen kehidupan baru dalam Kristus.

Saudara-saudari terkasih, sesaat lagi anak-anak ini juga akan menerima Pembaptisan dan menjadi anggota hidup Gereja. Mereka pertama akan diurapi dengan Oleum Catechumenorum (Minyak Katekumen) sebagai simbol kekuatan lembut Yesus yang diberikan kepada mereka untuk berjuang melawan kejahatan. Lalu air suci akan dituangkan ke atas mereka sebagai simbol pemurnian batin mereka melalui karunia Roh Kudus, sebagaimana air yang dituangkan oleh Yesus saat Ia wafat di kayu salib. Mereka kemudian langsung diberikan pengurapan yang kedua dan sangat penting dengan “Krisma” untuk menunjukkan bahwa mereka dikonsekrasikan dalam citra Yesus, yang diurapi oleh Bapa. Lalu setiap ayah dari anak-anak tersebut menerima sebuah lilin yang dinyalakan dari lilin Paskah, simbol terang iman yang harus terus dijaga dan dibesarkan bersama rahmat pemberi hidup Roh Kudus oleh para orang tua dan wali baptis.

Para orang tua dan wali baptis yang terkasih, marilah kita mempercayakan anak-anak kecil ini kepada perantaraan kebundaan Perawan Maria. Marilah kita memohon kepada Bunda Maria untuk menyertai anak-anak kecil yang berpakaian putih ini menerima martabat baru mereka sebagai anak-anak Allah, umat Kristen sejati dan saksi-saksi yang berani akan Injil sepanjang hidup mereka.
Amin!

Sumber: Vatican.va

Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Perisai Lambang Kepausan (Coat of Arms) Paus Leo XIV

  Lambang Paus Leo XIV terdiri dari perisai yang dibagi menjadi dua sektor, yang masing-masing membawa pesan yang mendalam. Di sisi kiri, dengan latar belakang biru, terdapat bunga lili putih bergaya, simbol tradisional kemurnian dan kepolosan. Bunga ini, yang sering dikaitkan dengan Perawan Maria, langsung membangkitkan dimensi Maria dalam spiritualitas Paus. Ini bukan sekadar seruan pengabdian, tetapi indikasi yang tepat tentang sentralitas yang ditempati Perawan Maria yang Terberkati dalam cara Gereja: model mendengarkan, kerendahan hati, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Di sisi kanan perisai, dengan latar belakang putih, digambarkan Hati Kudus Yesus, tertusuk anak panah dan terletak di atas buku yang tertutup. Gambar ini, yang intens dan penuh makna, merujuk pada misteri pengorbanan penebusan Kristus, hati yang terluka karena cinta kepada manusia, tetapi juga pada Sabda Tuhan, yang diwakili oleh buku yang tertutup. Buku yang tertutup ini menunjukkan bahwa kebenaran ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...