Baru-baru ini seorang
rekan imam bertanya kepada saya, “Bagaimana kita bisa mengajarkan iman selama
homili pada Misa Minggu?” Dengan pertanyaan itu, ia menunjuk kepada suatu
masalah yang telah mengganggu saya selama beberapa waktu: Dalam Liturgi Novus
Ordo, bagaimana imam dapat memberikan pengajaran Katolik yang sistematis dan
koheren mengenai Aku Percaya (Syahadat), 10 Perintah Allah dan 5 Perintah
Gereja, dan Sakramen-sakramen selama perjalanan siklus 3 tahun dari pembacaan
Kitab Suci?
Anda sekalian mungkin
ingat bahwa sebelum Konsili Vatikan II, banyak uskup memberikan petunjuk rinci
tentang masalah khotbah (sermon)
untuk setiap hari Minggu. Dengan cara ini, prinsip-prinsip dasar iman dan moral
Katolik diungkapkan selama periode tahunan. Sejak Konsili Vatikan II, prosedur
ini tampaknya telah ditinggalkan. Mungkin ada beberapa uskup yang masih
memberikan petunjuk-petunjuk seperti itu, tetapi saya pribadi belum pernah
melihatnya.
Kita memiliki alasan
untuk bersukacita atas Misa Novus Ordo yang memberikan bacaan Kitab Suci yang lebih
lengkap yang sekarang kita miliki dalam Leksionari selama periode tiga tahun.
Ketika Konsili Vatikan II memberikan penekanan besar atas peran Kitab Suci
dalam Misa Kudus dan menambah serta memperpanjang bacaan dalam Misa Kudus, kita
menyaksikan perpindahan dari “khotbah” (Sermon)
tradisional menuju “homili” (Homily).
Khotbah cenderung berfokus pada iman, moral, penjelasan atas Syahadat/Credo
(Aku Percaya). Sementara itu, Homili sekarang cenderung merupakan “penjelasan”
atas bacaan Kitab Suci pada hari itu. Penjelasan itu biasanya dalam bentuk
penafsiran yang belum sempurna atau bergerak ke teologi biblis, yaitu sebuah
tema dari Kitab Suci yang dikembangkan dan disarankan oleh bacaan-bacaan pada
hari itu.
Prosedur tersebut adalah
baik. Kita perlu kembali kepada Kitab Suci dan itulah yang kita miliki selama
40-an tahun terakhir. Akan tetapi, dalam pandangan saya, pada saat yang
bersamaan telah terjadi pengabaian yang serius terhadap pengajaran iman Katolik
fundamental dalam cara sistematis kepada umat beriman di kebanyakan paroki.
Juga, hanya ada sedikit atau malah tidak ada sama sekali hubungan atau
kesinambungan antara homili-homili pada hari Minggu yang satu ke hari Minggu
yang berikutnya. Dan hasilnya adalah lebih banyak dan semakin banyak umat
Katolik tidak tahu apa yang Gereja Katolik ajarkan mengenai
pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti dosa asal, dosa berat dan dosa ringan,
Inkarnasi Firman Allah, Tritunggal Mahakudus, surga, neraka, api penyucian,
Kehadiran Nyata Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi, kebangkitan badan dan
seterusnya.
Jutaan umat Katolik
bingung dan kacau pemahamannya dan kebingungan dan kekacauan tersebut membawa
kepada perpecahan. Terlihat pada saya bahwa kita sedang menyaksikan
Protestantisasi Gereja Katolik yang stabil, dalam artian bahwa setiap orang -
berdasarkan prinsip-prinsip Sola Scriptura (Hanya Kitab Suci saja dasar ajaran
iman) dan penafsiran pribadi - menentukan dan memutuskan untuk diri mereka
sendiri apa yang Kitab Suci dan iman Katolik ajarkan. Sekarang ada sekitar
20.000 bentuk Protestantisme yang berbeda dan kita sekarang terlihat memiliki
beberapa bentuk berbeda dari Katolisisme, tidak secara resmi tapi secara de facto.
Tampaknya adalah sebuah
ide yang bagus bagi para uskup untuk mengerjakan program pengajaran sistematis yang
baru dan komprehensif mengenai Aku Percaya / Credo, 10 Perintah Allah dan 5
Perintah Gereja, Sakramen-sakramen yang akan menjadi kunci untuk Tahun A, B,
dan C dari siklus 3 tahun bacaan Kitab Suci. Kami telah menjalankan program
seperti itu dalam homili-homili HPR (Homiletic
and Pastoral Review) kami sejak tahun 1980. Program sistematis seperti itu
direkomendasikan oleh Sinode Para Uskup di Roma pada tahun 2008 tetapi sejauh
ini terlihat tidak ada yang dilakukan mengenai hal itu. Homili mengenai Kitab
Suci adalah baik, tetapi umat Katolik juga membutuhkan pengajaran yang jelas
mengenai hal-hal fundamental dari iman Katolik.
Pater
Kenneth Baker, SJ adalah editor emeritus dari HPR (Homiletic and PastoralReview) yang telah melayani sebagai editor selama lebih dari 30 tahun. Beliau
adalah pengarang buku best-selling “Fundamentals of Catholicism” (3 volume) dan
buku pengantar Kitab Suci populer, “Inside the Bible”.