Langsung ke konten utama

Bidaah Helvidianisme (Penolakan terhadap dogma Maria selamanya tetap Perawan)

Pada abad keempat muncul bidaah (ajaran sesat) Helvidianisme yang dicetuskan oleh Helvidius. Helvidius keliru memahami kalimat dari Matius 1:25 yang menyatakan bahwa Yosef "tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki". Ia menyatakan bahwa penggunaan kata "sampai" oleh Matius menyiratkan bahwa sesudah Maria melahirkan, dia dan Yosef melakukan hubungan perkawinan biasa. 


St. Hieronimus dengan mudah menggugurkan argumen itu dengan menunjukkan penggunaan lain dari kata "sampai" itu di dalam Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama Septuaginta. Beberapa di antaranya aneh hasilnya jika cara Helvidius membaca Matius 1:25 diterapkan: "Dan Mikhal binti Daud tidak mendapat anak sampai hari matinya" (2 Sam 6:23). "Dan sampai hari matinya Samuel tidak melihat Saul lagi" (1 Sam 15:35). "Sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya sampai ia menjadikan hukum itu menang" (Mat 12:20). Tak satu pun dari ayat-ayat ini menunjukkan keadaan yang berubah sesudah istilah "sampai".

St. Hieronimus menuliskan pembelaannya akan dogma ini dalam bukunya berjudul Against Helvidius: The Perpetual Virginity of Mary 19 [A.D. 383]

Pembelaan lain akan dogma ini dapat anda temukan di link ini: 


sumber tulisan di atas: Reason to Believe by Scott Hahn
Pax et Bonum 

Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...

“Kelompok Kategorial” Menurut Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik

Sulit untuk menemukan istilah “Kelompok Kategorial” atau “Kelompok Kategorial Katolik” dalam dokumen-dokumen resmi Gereja Universal. Tampaknya istilah ini (dan juga istilah kelompok kategorial) hanya umum berlaku di Indonesia, diperkenalkan dalam rangka melaksanakan reksa pastoral Gereja Indonesia.     Di samping itu, terdapat pula perbedaan definisi mengenai “Kelompok Kategorial Katolik” ini dalam berbagai paroki. Dalam artikel ini akan diangkat beberapa contoh.