Kamis, 06 Oktober 2011

Info Post

Mungkin ada yang bertanya mengapa dalam ilmu Teologi Katolik, ditemukan cabang ilmu yang disebut Mariologi (Ilmu yang mempelajari mengenai Maria – seorang ciptaan Allah). Mempelajari Maria dalam teologi mungkin menurut mereka terlihat sebagai sebuah salah satu gangguan terhadap fokus teologi, yaitu Allah sendiri.

Bagaimana kita sebagai Katolik menanggapinya?

Mariologi dimasukkan ke dalam teologi karena semua yang Gereja ajarkan mengenai Maria itu berdasarkan pada ajaran Yesus Kristus.


Ini sebuah kutipan penting dari Katekismus Gereja Katolik mengenai isu ini:
Apa yang Gereja Katolik percaya dan ajarkan tentang Maria, berakar dalam iman akan Kristus, tetapi sekaligus juga menjelaskan iman akan Kristus. (KGK 487)
Ini sebuah contoh bagaimana pernyataan ini terbukti:

Pada abad ke-5, sebuah pertanyaan mengenai Maria muncul pada episenter dari sebuah pertarungan teologis besar: Dapatkah Bunda Maria disebut Bunda Allah?

St. Sirillus, Patriark Alexandria
St. Sirillus, Patriark Alexandria, mengajarkan bahwa karena Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah, maka Maria memiliki hak untuk mendapatkan gelar Bunda Allah.

Nestorius, Patriark Konstantinopel, percaya bahwa pernyataan ini adalah penghujatan terhadap Allah. Ia berkata, “Allah tidak dapat memiliki ibu! Maria dapat disebut Bunda Kristus tetapi ia tidak dapat disebut Bunda Allah.”

Pada tahun 431 M, sebuah Konsili besar Para Uskup diadakan di Efesus untuk menyelesaikan pertarungan teologis antara dua Patriark ini. Setelah debat besar, dengan berdasarkan otoritas Paus Roma dan Konsili, Para Uskup menyatakan bahwa Pandangan Nestorius menyebabkan pemisahan heretikal (sesat) dalam kodrat Yesus Kristus. Maria memberikan kelahiran kepada seorang Pribadi Yesus Kristus secara utuh.

Jika Maria hanya memberikan kelahiran kepada pribadi manusia Yesus tetapi tidak kepada pribadi ilahi-Nya, maka ada pemisahan antara kemanusiaan Kristus dan keilahian Kristus sehingga ada Dua Pribadi dalam Yesus Kristus, yaitu Pribadi Manusia Kristus sendiri dan Pribadi Sang Sabda Allah. Dan bila ada pemisahan demikian, maka Yesus Kristus bukan lagi sungguh Allah sungguh Manusia dan dengan demikian Injil keliru. Tentu pandangan seperti ini ditolak.

Council of Ephesus
Apa yang ditegaskan oleh Konsili Efesus adalah bahwa Tuhan Yesus Kristus itu adalah Satu Pribadi yang memiliki dua kodrat, kodrat Ilahi dan kodrat manusia. Maka ditegaskan bahwa Yesus Kristus itu sungguh Allah sungguh manusia. Di dalam diri Yesus Kristus tidaklah Dua Pribadi yang berbeda seperti yang diajarkan Nestorius.

Dan karena Satu Pribadi Yesus Kristus itu sungguh Allah sungguh manusia, maka sangatlah tepat untuk menyebut Bunda Maria Sang Bunda Allah. Bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Nestorius, justru mengatakan Bunda Maria bukan Bunda Allah merupakan penghujatan terhadap Allah sendiri. Di samping itu, pernyataan ini juga memuliakan Allah dengan memberikan terang mengenai misteri besar penyelamatan manusia, yaitu Misteri Inkarnasi.

Dengan demikian, terselesaikanlah salah satu kontroversi kristologis dan teologis yang terpenting dalam sejarah Gereja. Sebuah pertanyaan mengenai identitas Maria adalah sungguh sebuah pertanyaan kristologis sekaligus teologis dengan implikasi pada jantung dari Injil itu sendiri.

Mariologi adalah sungguh bagian dari Teologi. 
Pax et Bonum