Jumat, 18 Oktober 2013

Info Post
Oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, banyak hal yang semakin dimudahkan dan jarak tempuh seolah semakin diperpendek. Namun, ada hal negatif yang muncul dalam kehidupan umat yaitu kecenderungan untuk merasa cukup mengikuti Misa Kudus dari TV atau dari menonton rekaman Misa Kudus. Anggapannya adalah dengan mengikuti Misa Kudus dari TV, kita sudah hadir dan berpartisipasi dalam Misa Kudus. Selain itu, muncullah juga keinginan untuk mengakukan dosa dalam Sakramen Tobat melalui telepon, e-mail, video-chatting, dan sebagainya. Keinginan ini muncul karena keseganan dan ketakutan untuk mengakukan dosa secara langsung sehingga berpikir untuk mencari jalan pintas yang lebih mudah.

 
Sedikit intermezzo, coba bayangkan kalau penerimaan sakramen-sakramen dapat dilakukan melalui perantara media komunikasi. Bayangkan seorang imam menikahkan sepasang pria wanita melalui perantara media video-call di mana si imam sendirian berada di suatu Gereja di Jakarta dan sepasang pria wanita ini sedang berada di Medan. Bayangkan saat kita sedang sakit keras dan imam juga menggunakan video-call untuk memberikan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, mengolesi layar laptopnya sendiri dengan minyak urapan orang sakit. Bukankah hal-hal tersebut adalah hal yang tidak wajar dan aneh?

Tentu saja bila ditinjau dari aturan Gereja mengenai Perayaan Sakramen, Gereja sama sekali tidak memberi ruang untuk penggunaan media-media komunikasi sebagai perantara dalam pemberian Sakramen. Gereja tidak mengizinkan Sakramen diberikan melalui media-media komunikasi. Hal ini sudah sangat jelas. Namun, hendaknya kita tidak hanya ikut-ikutan taat pada aturan ini tapi kita taat karena aturan ini memiliki pesan penting yang hendak diungkapkan.

Tampaknya keinginan-keinginan di atas timbul karena umat mulai kehilangan pemahaman yang benar mengenai Sakramen-sakramen secara keseluruhan, dan secara khusus Sakramen Ekaristi dan Sakramen Pengakuan Dosa. Menghadiri Misa Kudus mulai dianggap sekadar rutinitas belaka dan mengakukan dosa dianggap tidak diperlukan lagi. Mari kita mengingat kembali ajaran Gereja Katolik mengenai Sakramen. Berikut ini adalah tanya jawab mengenai Sakramen yang terdapat di Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KKGK), sebuah buku yang memuat ringkasan ajaran Gereja Katolik dalam bentuk tanya jawab yang lebih mudah dipahami. Perhatikan pada bagian yang ditebalkan.

Apa itu Sakramen dan ada berapa macam?
Sakramen-sakramen yang ditetapkan oleh Kristus dan dipercayakan kepada Gereja merupakan tanda yang mendatangkan rahmat yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Ada tujuh Sakramen, yaitu Pembaptisan, Penguatan, Ekaristi Kudus, Tobat, Pengurapan Orang Sakit, Imamat dan Perkawinan. (KKGK 224)

Apa hubungan antara Sakramen-sakramen dengan Gereja?
Kristus sudah mempercayakan Sakramen-sakramen kepada Gereja-Nya. Sakramen-sakramen itu adalah Sakramen-sakramen Gereja dalam arti ganda: Sakramen-sakramen itu “dari Gereja” sejauh merupakan tindakan Gereja, yang pada gilirannya merupakan Sakramen tindakan Kristus, dan “untuk Gereja” sejauh Sakramen-sakramen itu membangun Gereja. (KKGK 226)

Apa hubungan antara Sakramen-sakramen dengan iman?
Sakramen-sakramen tidak hanya mengandaikan iman; unsur kata-kata dan ritual juga mengembangkan, memperkuat, dan mengungkapkannya. Dengan merayakan Sakramen, Gereja mengakui iman yang datang dari Para Rasul. Hal ini menjelaskan asal dari rumusan kuno, “lex orandi, lex credenti”, artinya Gereja meyakini apa yang didoakannya. (KKGK 228)

Mengapa Sakramen itu berdaya guna?
Sakramen itu berdaya guna ex opere operato (melalui kenyataan bahwa tindakan Sakramen itu dilaksanakan) karena Kristuslah yang bertindak dalam Sakramen itu dan mencurahkan rahmat yang ditandakan. Daya dari Sakramen tidak tergantung dari kesucian pribadi pelayannya. Namun, buah dari Sakramen itu tergantung dari disposisi orang yang menerimanya. (KKGK 229)

Apa sebabnya Sakramen-sakramen itu perlu bagi keselamatan?
Bagi orang beriman kepada Kristus, walaupun Sakramen-sakramen itu tidak semuanya diberikan kepada setiap orang beriman, Sakramen perlu untuk keselamatan karena memberikan rahmat Sakramental, pengampunan dosa, pengangkatan sebagai anak-anak Allah, menyelaraskan diri kepada Kristus Tuhan dan keanggotaan di dalam Gereja. Roh Kudus menyembuhkan dan mengubah mereka yang menerima Sakramen-sakramen. (KKGK 230)

Apa itu rahmat Sakramental?
Rahmat Sakramental adalah rahmat Roh Kudus yang diberikan oleh Kristus yang terdapat dalam setiap Sakramen. Rahmat ini membantu orang beriman dalam perjalanannya menuju kesucian dan dengan demikian juga membantu Gereja untuk berkembang di dalam cinta kasih dan memberikan kesaksian kepada dunia. (KKGK 231)

Apa hubungan antara Sakramen dengan kehidupan kekal?
Dalam Sakramen, Gereja sudah “mencicipi” kehidupan kekal, sambil “menantikan penggenapan pengharapan yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang mahabesar dan Juru Selamat kita Yesus Kristus” (Tit 2:13). (KKGK 232)

Dari banyak tanya jawab di atas bisa kita lihat inti pengajaran Gereja mengenai Sakramen yaitu bahwa Sakramen adalah tanda yang mendatangkan rahmat dan dapat ditangkap pancaindra. Sakramen bukan sekadar ritual tapi adalah sekaligus tindakan Kristus dan tindakan Gereja. Kristus, melalui para imam, adalah yang bertindak dalam Sakramen itu dan mencurahkan rahmat yang ditandakan. Dengan merayakan Sakramen-sakramen, Gereja mengakui iman yang diterima dari Para Rasul (Iman yang apostolik) dan dalam Sakramen-sakramen ini, kita sebagai anggota Gereja “mencicipi” kehidupan kekal.

Dengan melihat pengajaran Gereja di atas, tentu adalah sesuatu yang aneh bila kita sebagai umat Katolik yang memiliki kekayaan sakramen-sakramen untuk keselamatan justru malah menolak untuk berpartisipasi langsung di dalamnya, dan memilih menggunakan media-media perantara. Kita seperti menolak untuk menerima rahmat dari Kristus yang hendak Ia berikan secara langsung dalam sakramen-sakramen. Mari kita analogikan diri kita sebagai seorang yang sedang sakit dan Yesus Kristus sebagai dokter. Bagaimana kita bisa diperiksa, disembuhkan, dioperasi, diobati bila kita sendiri tidak hadir langsung di ruang di mana dokter itu berada?

Gereja juga memandang bahwa dalam pemberian Sakramen, perlu ada perjumpaan antar pribadi, yaitu antara manusia dengan Kristus yang hadir. Dalam Sakramen Ekaristi, Kristus hadir secara nyata dalam rupa Roti dan Anggur yang sudah dikonsekrasi. Dalam Sakramen Ekaristi, kita bisa mengecap betapa sedapnya Tuhan. Dalam Sakramen Pengakuan Dosa, kita merasakan secara nyata besarnya kerahiman Allah dalam absolusi (pengampunan) yang diberikan Allah melalui Imam. Menolak hadir secara langsung dalam Misa Kudus dan Pengakuan Dosa itu sama saja dengan menolak perjumpaan langsung dengan Allah. Perjumpaan dengan Allah dalam Sakramen tidak bisa diwakili oleh alat teknologi informasi dan komunikasi apapun. Paus Benediktus XVI mengatakan: “Sangat penting selalu diingat, bahwa kontak virtual tidak bisa dan tidak seharusnya menjadi pengganti dari kontak manusiawi langsung dengan orang-orang pada semua tingkatan masyarakat kita.” Pesan dari Paus Benediktus XVI juga berlaku dalam kontak kita dengan Allah yang transenden sekaligus imanen yang hadir dalam Sakramen-sakramen.

Sebagai manusia yang utuh, kita tidak bisa berpikir secara parsial, berprinsip “yang penting hati dan pikiran” sementara kita juga memiliki tubuh. Tentu saja tubuh hadir di Perayaan Sakramen tapi hati dan pikiran melayang ke mana-mana bukanlah sesuatu yang tepat. Tapi mengambil posisi ekstrim lainnya “yang penting hati dan pikiran” sehingga mengabaikan partisipasi langsung tubuh dalam Perayaan Sakramen juga tidaklah tepat. Partisipasi kita dalam Perayaan Sakramen baru menjadi penuh bila tubuh dan jiwa kita bersama-sama ikut hadir, berpartisipasi dan mengarah kepada Allah.

Teknologi informasi dan komunikasi  tentu dapat berguna untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan kita akan Sakramen-sakramen. Ada sebuah aplikasi di handphone yang berisi tata cara Pengakuan Dosa yang benar disertai pertanyaan-pertanyaan renungan yang membantu kita memeriksa batin dan mengingat dosa-dosa yang hendak kita akukan dalam Sakramen Tobat. Ada juga aplikasi yang berisi Kalender Liturgi yang berguna bagi kita untuk mengetahui apa saja bacaan Kitab Suci pada hari ini sekaligus mengenang Para Santo-Santa yang pestanya dirayakan pada hari ini. Semoga kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membantu kita semakin menghayati, mendalami, dan menghidupi Sakramen-sakramen Gereja dan bukan malah menjauhkan kita dari Sakramen-sakramen Gereja. Mari menimba rahmat Allah dalam Sakramen-sakramen Gereja.