Langsung ke konten utama

Paus Benediktus XVI Mengenai St. Hieronimus: Cinta pada Kitab Suci dan Taat pada Gereja


Pada tanggal 14 November 2007, Paus Benediktus XVI memberikan audiensi umum yang kedua mengenai St. Hieronimus. Dalam artikel ini, saya mengangkat bagian dari audiensi Bapa Suci yang berbicara mengenai Kecintaan St. Hieronimus terhadap Kitab Suci dan Ketaatannya kepada Gereja.

Cinta penuh gairah akan Kitab Suci oleh karena itu meresap ke seluruh hidup Hieronimus, sebuah cinta yang selalu ia cari untuk diperdalam pada orang beriman. Kepada salah seorang puteri rohaninya, ia menganjurkan, “Cintailah Kitab Suci, dan kebijaksanaan akan mencintai Engkau; cintailah dia dengan mesra, dan ia akan menjaga engkau; hormatilah dia, dan engkau akan dibelai olehnya. Semoga bagimu ia menjadi seperti kalung dan anting-anting”1 Dan lagi, “Cintailah ilmu tentang Kitab Suci dan engkau tidak akan mencintai sifat-sifat daging yang buruk.”2


Bagi Hieronimus, kriteria fundamental dalam menafsirkan Kitab Suci adalah keharmonisan dengan Magisterium (Kuasa Mengajar) Gereja. Kita tidak pernah dapat membaca Kitab Suci seorang diri karena kita akan menemukan terlalu banyak pintu tertutup dan akan terlalu mudah tergelincir ke dalam kesesatan.


Kitab Suci telah ditulis oleh umat Allah, untuk umat Allah, di bawah ilham Roh Kudus. Hanya dalam persatuan dengan umat Allah, kita dapat benar-benar masuk ke dalam “kita” itu, sampai ke dalam nukleus kebenaran yang mau diungkapkan Allah sendiri kepada kita.


Bagi Hieronimus, penafsiran Kitab Suci yang otentik selalu harus dalam keserasian yang harmonis dengan iman Gereja Katolik. Di situ tak ada sesuatu eksegese dari luar yang dipaksakan pada Kitab Suci. Kitab Suci itu benar-benar merupakan suara Umat Allah yang berziarah, dan hanya dalam iman Umat Allah ini dapat dikatakan bahwa kita telah menemukan gelombang yang tepat untuk memahami Kitab Suci.


Dengan tujuan ini, Hieronimus memperingatkan, “Tetaplah berpegang kuat pada ajaran tradisional yang telah diajarkan kepadamu agar kamu dapat mengajar sesuai dengan ajaran yang benar dan menolak mereka yang membantahnya.”3


Khususnya, karena Yesus telah mendirikan Gereja-Nya atas diri Petrus, setiap orang Kristiani, demikian kesimpulannya, harus tetap berada dalam persekutuan dengan Tahta St. Petrus. "Aku tahu bahwa  di atas batu karang ini Gereja telah didirikan.”4 Maka secara konsekuen ia menyatakan tanpa kompromi, “Aku bersama dengan siapa saja yang bersatu dengan ajaran Tahta St. Petrus.”5

[1] Epistle of St. Jerome 130,20
[2] Epistle of St. Jerome 125,11
[3] Epistle of St. Jerome 52,7
[4] Epistle of St. Jerome 15,2
[5] Epistle of St. Jerome 16

Pax et Bonum.

Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Perisai Lambang Kepausan (Coat of Arms) Paus Leo XIV

  Lambang Paus Leo XIV terdiri dari perisai yang dibagi menjadi dua sektor, yang masing-masing membawa pesan yang mendalam. Di sisi kiri, dengan latar belakang biru, terdapat bunga lili putih bergaya, simbol tradisional kemurnian dan kepolosan. Bunga ini, yang sering dikaitkan dengan Perawan Maria, langsung membangkitkan dimensi Maria dalam spiritualitas Paus. Ini bukan sekadar seruan pengabdian, tetapi indikasi yang tepat tentang sentralitas yang ditempati Perawan Maria yang Terberkati dalam cara Gereja: model mendengarkan, kerendahan hati, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Di sisi kanan perisai, dengan latar belakang putih, digambarkan Hati Kudus Yesus, tertusuk anak panah dan terletak di atas buku yang tertutup. Gambar ini, yang intens dan penuh makna, merujuk pada misteri pengorbanan penebusan Kristus, hati yang terluka karena cinta kepada manusia, tetapi juga pada Sabda Tuhan, yang diwakili oleh buku yang tertutup. Buku yang tertutup ini menunjukkan bahwa kebenaran ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...