Langsung ke konten utama

Gregor Johann Mendel, O.S.A

Gregor Johann Mendel, O.S.A.


Minggu lalu kita di situs Indonesian Papist membaca riwayat hidup Beato Nikolaus Steno, Bapak Ilmu Geologi dan Stratigrafi, sekarang kita beralih ke saintis Katolik berikutnya. Tokoh kedua yang akan diceritakan adalah Gregor Johann Mendel yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Genetika.

Gregor Johann Mendel lahir di Hyncice, Moravia pada 22 Juli 1822, sebuah daerah yang sekarang menjadi Republik Ceska. Dia adalah anak tunggal dari orang tua petani. Mendel mengikuti sekolah lokal dan Institut Filosofi Olomouc. Pada tahun 1843, Mendel memutuskan untuk menjadi biarawan dan bergabung dengan Ordo St. Agustinus di Biara St. Thomas di Brno dan kemudian memulai studi teologinya di Brno Theological College. Mendel kemudian ditahbiskan menjadi imam Katolik pada tanggal 6 Agustus 1847.


Ordo St. Agustinus telah berdiri lama di Moravia sejak 1350 dan Biara St. Thomas adalah pusat dari perkembangan sains dan kebudayaan di wilayah itu. Anggota Biara St. Thomas adalah para filosofer, musikologis, matematikawan, mineralogis dan botanis terkenal yang terlibat dalam riset dan pengajaran saintifik. Perpustakaan di biara ini mengandung manuskrip-manuskrip berharga dan juga buku-buku yang berkaitan dengan sains alam. Biara ini juga memiliki koleksi mineralogikal, sebuah kebun botani untuk kegiatan eksperimen dan sebuah herbarium. Dalam atmosfer seperti ini, Mendel kemudian menulis, bahwa ketertarikannya terhadap sains alam terbangun.

Setelah penahbisannya, Mendel diberikan tugas-tugas pastoral tetapi segera ia menjadi jelas bahwa ia lebih cocok untuk mengajar. Pada tahun 1849, dia ditempatkan sebagai pengajar di sekolah menengah di kota Znaim di mana ia diterima baik oleh para muridnya. Menyadari bahwa Mendel mempunyai potensi, kepala biaranya mengirim Mendel ke Universitas Vienna. Mendel menghabiskan waktu dua tahun di Vienna (1851-1853, di mana dia mengikuti kuliah dan seminar mengenai sains alam dan matematika. Di sanalah ia mendapatkan keterampilan riset empirikal, metodologikal dan saintifik yang kelak ia terapkan dalam riset-risetnya. Mendel kembali ke Brno untuk mengajar pada tahun 1854 dan ia mencoba untuk mengikuti proses sertifikasi guru negara, tetapi ia jatuh sakit dan terpaksa mengundurkan diri. Mendel tidak lagi mengejar sertifikasi ini dan melanjutkan untuk mengajar paruh waktu.

Mendel memulai eksperimen-eksperimennya setelah kembali dari Vienna. Menggunakan 34 jenis kacang-kacangan dari genus Pisum yang telah dites kemurnian genetisnya, Mendel mencoba menentukan apakah mungkin untuk mendapatkan varietas baru dengan melakukan perkawinan silang. Risetnya melibatkan perencanaan yang teliti dan penggunaan ribuan tanaman experimental serta dikembangkan selama 8 tahun. Sebelum Mendel, hereditas dipandang sebagai proses “pencampuran” dan “dilusi” dari karakter-karakter parental yang berbeda.

Mendel menunjukkan bahwa kemunculan karakter-karakter berbeda dalam hereditas mengikuti hukum-hukum spesifik yang dapat ditentukan dengan menghitung jenis-jenis berbeda yang dihasilkan dari berbagai perkawinan silang. Mendel menetapkan dua prinsip hereditas yang sekarang dikenal secara luas sebagai Hukum Pemisahan (Segregation) dan Hukum Berpasangan Secara bebas (Independent Assortment) yang dengan demikian membuktikan keberadaan unit elementer berpasangan dan menetapkan hukum statistik yang menentukan jumlah karakter keturunan yang dihasilkan.

Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut GEN yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gen. Suatu tumbuhan mewariskan satu gen tiap pasang dari tiap "induk"-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gen untuk benih hijau dan lain gen untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gen yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel kelamin atau gamet (serupa dengan sperma atau sel telur pada manusia) berisi cuma satu gen untuk satu pasang. Mendel juga menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka sepasang sifat diturunkan atau diwariskan secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain.

Mendel menjadi seorang pertama yang memahami pentingnya investigasi statistik dan menerapkan pengetahuan matematika untuk masalah biologikal. Penemuan Mendel mengenal hibridisasi tanaman dipresentasikan dalam dua kuliah di hadapan Society for the Study of the Natural Sciences in Brno pada tahun 1865. Karyanya, Versuche über Pflanzen-Hybriden ("Experiments in Plant Hybridization,"), diterbitikan pada tahun 1866 dan dikirimkan kepada 133 asosiasi saintis-saintis alam lainnya dan kepada perpustakaan-perpustakaan penting di sejumlah negara. Mendel juga meminta 40 salinan artikelnya yang ia kirimkan kepada cendikiawan-cendikiawan di luar Brno. Meskipun demikian, karyanya ini pada mulanya diabaikan secara luas dan tidak dianggap penting. Tetapi, pada tahun 1900, tiga botanis, Hugo de Vries (Belanda), Karl Correns (Jerman) dan E. von Tschermak (Austria) melaporkan verifikasi independen mengenai karya Mendel yang menemukan kembali prinsip pertama Mendel. Karya Mendel yang awalnya diabaikan akhirnya menjadi hukum-hukum genetika yang berlaku secara luas sampai sekarang. Mendel pun dimaklumkan sebagai Bapak Ilmu Genetika.

Pada tanggal 30 Maret 1868, Mendel dipilih sebagai Kepala Biara St. Thomas. 16 tahun kemudian, pada tanggal 6 Januari 1884, Mendel meninggal di Brno. Mendel tetaplah menjadi seorang ahli biologi yang hebat dan menjadi inspirasi bagi salah satu ilmu pengetahuan yang paling menantang pada masa ini, Genetika.


Pax et Bonum
follow Indonesian Papist's Twitter


Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...

“Kelompok Kategorial” Menurut Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik

Sulit untuk menemukan istilah “Kelompok Kategorial” atau “Kelompok Kategorial Katolik” dalam dokumen-dokumen resmi Gereja Universal. Tampaknya istilah ini (dan juga istilah kelompok kategorial) hanya umum berlaku di Indonesia, diperkenalkan dalam rangka melaksanakan reksa pastoral Gereja Indonesia.     Di samping itu, terdapat pula perbedaan definisi mengenai “Kelompok Kategorial Katolik” ini dalam berbagai paroki. Dalam artikel ini akan diangkat beberapa contoh.