Minggu, 21 April 2013

Info Post

Photo credit: George Martell/The Pilot Media Group) All photos available under a Creative Commons license, Share-Alike, Attribution-required. (CC BY-ND 2.0)


1. Katekumen adalah istilah yang berasal dari Gereja Perdana, diberikan kepada seorang dewasa yang sedang belajar untuk mengenal, memasuki dan menghidupi iman Katolik. Para Katekumen akan menjalankan serangkaian program persiapan yang disebut Katekumenat. Setelah menyelesaikan Katekumenat, Para Katekumen selanjutnya akan menerima Sakramen-sakramen Inisiasi (Baptis, Penguatan dan Ekaristi) dalam Gereja Katolik.

2. Istilah “Katekumen” (juga “Katekis”) berasal dari bahasa Yunani, dapat ditemukan di Surat Paulus kepada umat di Galatia 6:6.


"Let him that is instructed in the word, [ho katechoumenos, is qui catechizatur] communicate to him that instructeth him [to katechounti, ei qui catechizat] in all good things."
Dan baiklah dia [ho katechoumenos], yang menerima pengajaran dalam Firman [is qui catechizatur], membagi [to katechounti] segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu [ei qui catechizat].

3. "Katekumen" hendaknya dibedakan dari "Audientes". "Audientes" adalah mereka yang baru mulai tertarik kepada iman Katolik, berbeda dari "Katekumen" yang telah membuat komitmen awal untuk mendapatkan iman Katolik.

4. Penganiayaan terhadap umat Katolik serta munculnya ajaran-ajaran pagan yang menyerang pada abad-abad pertama membuat Gereja Perdana mengadakan persiapan (Katekumenat) yang lebih mendalam bagi mereka yang hendak menjadi Katolik, yaitu dalam hal intelektual dan moral. Dalam hal intelektual untuk dapat memberikan pembelaan iman terhadap kaum pagan; dalam hal moral untuk dapat meneguhkan mereka yang mengalami penganiayaan oleh karena iman Katolik.

4. Setelah paganisme menghilang dan Kristianitas diberikan kebebasan oleh Kekaisaran Romawi dalam Edict Milan 313, Katekumenat menjadi kurang mendesak. Hal ini karena telah muncul banyak keluarga-keluarga Katolik yang melahirkan anak-anak yang kemudian dibaptis bayi dan diajarkan iman Katolik. Penjelasan lebih mendalam oleh Para Bapa Gereja mengenai pembaptisan bayi dan dosa asal sendiri juga menjadi faktor mengapa lebih banyak orang-orang Katolik dibaptis saat masih bayi ketimbang mengikuti masa katekumenat pada saat dewasa.

5. Karena saat ini banyak umat non-Katolik memilih untuk menjadi Katolik dan Gereja menghadapi fakta bahwa Gereja hidup di tengah keberagaman agama, katekumenat kembali menjadi hal yang penting dan mendesak. Tidak disangkal pula bahwa banyak Para Katekumen mendapatkan tekanan dan penolakan dari keluarga atau lingkungan sekitarnya karena keinginan untuk menjadi Katolik.  Oleh karena itu, Katekumenat diadakan untuk memberikan persiapan intelektual dan moral bagi para katekumen. Konsili Vatikan 2 dalam Sacrosanctum Concillium 64 mengamanatkan: "Katekumenat bertahap untuk orang dewasa hendaklah dihidupkan lagi dan dilaksanakan menurut kebijaksanaan Uskup setempat. Dengan demikian masa katekumenat, yang dimaksudkan untuk pembinaan memadai, dapat disucikan dengan merayakan upacara-upacara suci secara berturut-turut."

6. Lamanya Katekumenat bervariasi dari waktu ke waktu. Pada umumnya, masa katekumenat berlangsung dalam waktu yang lama untuk menguji dan melihat disposisi hati para katekumen. Untuk masa sekarang, lamanya katekumenat ditentukan oleh keuskupan setempat, umumnya satu tahun. Dulu, Konsili Elvira (306) menyebutkan lamanya katekumenat adalah 2 tahun. Namun, sebagaimana kondisi yang disebutkan pada poin 5, masa katekumenat dipersingkat. Konsili Agde (506 M) menjelaskan bahwa katekumenat dapat dilakukan selama 8 bulan dan kemudian Paus St. Gregorius Agung menguranginya menjadi 40 hari saja.

7. Meskipun begitu, beberapa orang kudus menjalankan masa katekumenat yang sangat lama. St. Ambrosius dari Milan, St. Agustinus dari Hippo, St. Basilius Agung dari Caesarea, St. Gregorius dari Nazianzus, dan St. Yohanes Krisostomos dari Konstantinopel bahkan baru dibaptis pada saat usia mereka telah melebihi 30 tahun meski telah didaftarkan untuk katekumenat sejak kecil. Sementara itu, Kaisar Konstantinus Agung, meski telah lama mengikuti masa katekumenat, baru dibaptis saat menjelang kematiannya. Konsili Neocaesarea dan Konsili Ekumenis Nicea juga pernah menyatakan bahwa katekumen yang melakukan perbuatan kriminal berat akan mendapatkan perpanjangan masa katekumenat dan mungkin pula statusnya diturunkan dari katekumen menjadi audientes (tampaknya sekarang sudah tidak berlaku lagi dan keputusan atas katekumen yang berbuat kriminal berat diserahkan kepada kebijakan keuskupan setempat).

8. Muncul pertanyaan mengenai baptisan para katekumen yang meninggal sebelum mendapatkan sakramen pembaptisan. Mengenai hal ini, Gereja telah menyatakan bahwa para katekumen dengan disposisi hati yang baik yang meninggal sebelum dibaptis karena penyakit atau kecelakaan dapat menerima Baptisan Rindu (Baptism of desire). Sedangkan yang meninggal sebelum dibaptis karena menjadi menumpahkan darah demi imannya (menjadi martir) menerima Baptisan Darah (Baptism of blood). Kedua bentuk baptisan ini memberikan rahmat yang sama dengan sakramen pembaptisan kepada para katekumen. Rahmat-rahmat tersebut adalah:
a. Pengampunan seluruh dosa termasuk dosa asal yang diterima dari Adam dan Hawa (bdk. Katekismus Gereja Katolik 1263 dan 1279)
b. Pemberikan meterai tak terhapuskan yang menggabungkan diri yang dibaptis dengan Kristus (bdk. KGK 1272-1274 dan 1279)
c. Persatuan dengan Gereja-Nya (bdk. KGK 1267 dan 1279)
d. Pengangkatan sebagai anak-anak Allah (bdk. KGK 1265 dan 1279)
e. Kesatuan Sakramental dari Kesatuan Kristen (bdk. KGK 1271)

9. Sebelum Katekumenat, diadakan periode pertama yaitu Pre-Katekumenat di mana calon Katekumen menunjukkan ketertarikannya atas iman Katolik dan menyatakan komitmen untuk siap menerima pewartaan dan pengajaran terlebih dahulu kepada Pastor Paroki dan/atau Para Katekis. Periode ini diakhiri dengan Upacara Pelantikan Katekumen. Di upacara ini, Calon Katekumen menyatakan secara publik niat mereka untuk masuk ke dalam Gereja Katolik.

10. Upacara Pelantikan Katekumen menjadi awal dari Periode Katekumenat. Pada masa ini, Para Katekumen menerima katekese ajaran iman, praktik dasar Kristiani dan liturgi. "Katekese ini menghantar para katekumen bukan hanya kepada suatu pengenalan yang pantas akan dogma-dogma dan ajaran-ajaran Gereja, melainkan juga kepada kepekaan mendalam akan misteri keselamatan di mana mereka rindu untuk ikut ambil bagian di dalamnya." (RCIA 75).

11. Upacara Pemilihan mengakhiri Periode Katekumenat. Ritus ini biasanya dilaksanakan pada Hari Minggu Prapaskah Pertama. Dalam ritus ini, atas dasar kesaksian para penjamin dan katekis, serta penegasan kembali dari Para Katekumen akan niat mereka untuk masuk ke dalam Gereja Katolik. Gereja mengadakan "pemilihan" atas Para Katekumen untuk dapat menerima Sakramen-sakramen Inisiasi. Sekarang Para Katekumen disebut "Para Pilihan" atau "Illuminandi" (mereka yang akan diterangi). Selanjutnya, mereka akan menjalankan persiapan akhir yang intensif seperti pengenalan diri dan pertobatan, upacara penyerahan Credo dan Doa Bapa Kami. Periode ini diakhiri dengan perayaan Sakramen-sakramen Inisiasi pada Malam Paskah. 

12. Setelah Malam Paskah, para baptisan baru (disebut Neofites) memasuki Periode Pembekalan Sesudah Baptis atau Mistagogi. Di sini Para Neofites hendaknya semakin masuk lebih dalam kepada kehidupan menggereja dan tumbuh dalam iman bersama dengan umat Katolik lainnya. Periode ini biasanya berakhir sekitar Hari Raya Pentakosta

Di sini kita melihat bahwa Gereja Katolik tidak terlalu mementingkan jumlah melainkan kualitas, juga perlu ditekankan bahwa mereka yang hendak menjadi Katolik haruslah berdasarkan atas keputusan mereka sendiri yang bebas dari pemaksaan orang lain.

Sumber: Ensiklopedia Katolik, Katekismus Gereja Katolik, dan Yesaya.
ditulis oleh Indonesian Papist
Pax et Bonum