Rabu, 15 Juni 2011

Info Post
Santo Ignasius dari Antiokia
Banyak dari denominasi-denominasi di luar Gereja Katolik menginterpretasikan pernyataan-pernyataan Yesus mengenai Ekaristi dalam Yoh 6:25-59 sebagai pernyataan yang simbolik bukan literal. Perlu dicatat bahwa tidak hanya pendengar Yesus saat itu memahami bahwa Yesus berbicara secara literal, tetapi juga peristiwa itu adalah satu-satunya peristiwa yang terekam dalam Kitab Suci dimana banyak murid-murid meninggalkan Yesus terkait sebuah ajaran iman (Yoh 6:66). Tragisnya, ketidakpercayaan Yudas akan Ekaristi adalah akar dari pengkhianatannya kepada Kristus (Yoh 6:64, 70-71). Teks dalam Injil Yohanes begitu eksplisit menunjukkan bahwa Yesus berbicara secara literal. Sulit bagi umat Katolik memahami bagaimana orang-orang non-Katolik bisa mendistorsi makna pernyataan Yesus tersebut menjadi pernyataan metaforis dan simbolis belaka. Sayangnya, kita tidak memiliki tulisan St. Yohanes lainnya untuk menekankan kembali makna dari perikop tersebut.

Tapi kita sungguh beruntung. Gereja Katolik memiliki satu hal terbaik berikutnya, yaitu tulisan-tulisan dari seseorang yang menjadi murid dari St. Yohanes Penulis Injil. Nama murid tersebut adalah St. Ignasius dari Antiokia. St. Ignasius adalah Uskup Antiokia yang ketiga. Dia menggantikan St. Evodius yang merupakan pengganti dari St. Petrus di tahta Antiokia. Sebelum St. Petrus meninggalkan Antiokia dan mendirikan Gereja di Roma serta menjadi Paus Roma, St. Petrus menunjukkan St. Evodius sebagai penggantinya.

Sedikit keluar dari topik ini. Berdasarkan fakta sejarah, St. Petrus memiliki dua tahta Apostolik, yaitu Antiokia dan Roma. Tahta Apostolik Alexandria sendiri dapat juga kita katakan sebagai tahta St. Petrus karena Uskup Alexandria pertama yaitu St. Markus Penulis Injil ditahbiskan oleh St. Petrus sendiri, akan tetapi pernyataan yang diterima secara umum adalah St. Markus mendirikan tahta Alexandria dan menjadi Uskup pertama di sana. Dari dua Tahta Apostolik milik St. Petrus ini, hanya Roma yang berhak mewarisi keutamaan St. Petrus serta otoritas-otoritasnya. 
Alasannya antara lain:
1. St. Petrus wafat sebagai martir di Roma. Sebelum wafat, ia telah terlebih dahulu meninggalkan tahta Antiokia dan menyerahkannya kepada St. Evodius.
2. Pernyataan-pernyataan para Bapa Gereja Perdana mengenai keutamaan St. Petrus dan Paus Roma. Klik link ini, link ini, link ini dan link ini.
3. St. Petrus menuliskan surat pertamanya kepada gereja-gereja di berbagai daerah dari Roma (yang saat itu disebut Babilon) sewaktu ia menjadi uskup di sana. (1 Petrus 1:1-2, 5:13). Surat tersebut merupakan surat yang tidak dapat salah dan berisi pengajaran Iman. Dengan kata lain, St. Petrus mengajar gereja-gereja di luar wilayah Roma dari tahtanya, Roma. Klik link ini untuk mengetahui penjelasan keberadaan St. Petrus di Roma.

Kembali ke topik. Pada tahun 110 M, Ignasius divonis hukuman mati dengan dimasukkan ke dalam arena di Roma yang penuh dengan singa-singa lapar. Selama perjalanan dari Antiokia ke Roma untuk mendapatkan mahkota kemartirannya, Ignasius menulis 7 surat kepada Gereja di Efesus, Magnesia, Tralles, Roma, Filadelfia, Smirna dan sebuah surat pribadi kepada sahabatnya, St. Polikarpus Uskup Smirna, seorang murid St. Yohanes Penulis Injil yang lain.

Kutipan-kutipan berikut dari tulisan St. Ignasius ini secara jelas menunjukkan instruksi yang dia terima dari St. Yohanes Penulis Injil dan kepercayaan Gereja Perdana akan Ekaristi.

Surat kepada Gereja di Roma: “Saya tidak mengambil kesenangan akan makanan yang dapat rusak atau kesenangan hidup. Saya ingin roti dari Allah yaitu Daging Kristus (Flesh of Christ)  yang adalah keturunan Daud dan untuk minuman, saya ingin Darah-Nya yang adalah cinta yang tak dapat rusak.” [1]

Surat kepada Gereja di Filadelfia: “Berhati-hatilah, oleh karena itu, untuk berpartisipasi dalam satu Ekaristi sebab ada satu daging (one flesh) dari Tuhan kita Yesus Kristus dan satu cawan yang membawa kepada persatuan melalui Darah-Nya; ada satu altar sama seperti ada satu uskup bersama-sama dengan para imam dan diakon, para pelayan-pelayan pengikutku; dalam aturan yang apapun kalian lakukan, kalian lakukan dalam persetujuan dengan Allah.” [2]

Surat kepada Gereja di Smirna: “Sekarang perhatikan dengan baik mereka yang memegang opini-opini sesat mengenai rahmat Yesus Kristus yang datang untuk kita; perhatikan betapa bertentangannya mereka dengan pikiran Allah .... Mereka absen dari Ekaristi dan doa karena mereka menolak untuk mengakui bahwa Ekaristi adalah Daging (flesh) Juruselamat kita Yesus Kristus yang menderita bagi dosa-dosa kita dan yang telah Bapa bangkitkan oleh kebajikan-Nya.” [3]

[1] The Apostolic Fathers, diterjemahkan oleh J.B. Lightfoot dan J.R. Harmer, disunting dan direvisi oleh Michael W. Holmes. Grand Rapids: Baker Book House, c. 1989, hlm. 105
[2] Ibid., hlm. 107
[3] Ibid., hlm. 112

Tulisan-tulisan lain dari St. Ignasius dari Antiokia dapat ditemukan di sini http://www.earlychristianwritings.com/ignatius.html .
Dikembangkan dan diterjemahkan dari Saint Charles Borromeo Catholic Church, Picayune, MS

Pax et Bonum