Senin, 01 Juli 2013

Info Post

Di zaman modern ini, tampaknya sulit sekali menemukan orang muda Katolik yang menjadi teladan kekudusan bagi sebayanya atau bagi orang-orang yang lebih tua. Kita melihat orang muda Katolik masa kini dilanda arus konsumerisme, hedonisme, relativisme, acuh tak acuh terhadap agamanya. Namun, Carlo Acutis menjadi sebuah sosok yang menarik, seorang muda Katolik yang hidup kudus di tengah kehidupan yang hingar bingar. Siapakah dia?


Carlo Acutis di Assisi
Carlo Acutis adalah seorang Milan  (Italia) yang lahir di London, Inggris, pada 3 Mei 1991. Ayah dan ibunya tinggal di London pada waktu itu karena tuntutan pekerjaan. 15 hari setelah kelahirannya, pada tanggal 18 Mei 1991, Carlo dibaptis di Gereja Santa Perawan Bunda Dukacita di kota London. Mengenang Sakramen Baptis yang ia terima, Carlo berkata: “Pembaptisan adalah penting karena pembaptisan membawa jiwa-jiwa untuk diselamatkan, untuk kembali kepada kehidupan yang ilahi. Orang-orang tidak menyadari betapa besar makna karunia ini.”

Masa kecil Carlo diisi dengan kasih sayang dan kepedulian dari orang-orang di sekitarnya. Carlo kecil adalah seorang yang ceria, begitu hidup dan lembut. Bila ada teman sekelasnya melakukan sesuatu yang salah, tidak langsung bereaksi secara berlebihan. Dia berkata: “Tuhan tidak akan senang jika saya bereaksi dengan keras.”

Carlo menerima Komuni Kudus pertama pada umur 7 tahun dan sejak saat itu, setiap hari Carlo menghadiri Misa Kudus, Adorasi Ekaristi dan berdoa Rosario. Di samping kehidupan rohani yang begitu intens seperti ini, Carlo juga menjalani kehidupan remaja pada umumnya. Ia belajar, berusaha untuk mendapatkan nilai bagus dan naik kelas, Carlo adalah seorang yang ahli dengan komputer, dia senang membaca buku tentang teknologi informasi dan banyak orang kagum padanya. Carlo adalah seorang jenius di bidang teknologi informasi. Dalam usianya yang masih muda, ia telah memiliki kemampuan untuk memahami rahasia untuk menyembunyikan informasi sehingga hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki hak untuk informasi itu. Carlo memiliki kemampuan pemrograman komputer, penyuntingan film, pembuatan situs, animasi dan sebagainya.

Carlo tidak lupa untuk melayani orang lain dan membantu teman-temannya. Ia juga begitu murah hati kepada orang asing, penyandang cacat, anak-anak dan para pengemis. Luana, nenek Carlo, pernah bercerita tentang Carlo dan seorang pengemis yang tidur di tanah di kebun kota Assisi: “Carlo mengingatkan saya setiap malam untuk menyiapkan makan untuk diberikan kepada pengemis itu, selalu menempatkan sejumlah uang di dekat saya sehingga ketika saya bangun, saya memberikan uang itu kepada pengemis tersebut.” Carlo juga dikenal sebagai seorang remaja yang peduli terhadap teman-temannya yang diabaikan. Sebuah testimoni menarik dari teman Carlo mengenai Carlo: “Carlo adalah seorang yang ingin berteman dengan siapa saja termasuk dengan teman-teman yang memiliki kesulitan untuk bersosialisasi.  Hal ini terjadi kepada sejumlah teman-teman yang lebih muda di kelas kami. Carlo selalu tertarik untuk mencoba berbaur dengan mereka dan membawa mereka menyatu dengan kelas. Carlo pergi menghadiri Misa Kudus beberapa kali seminggu dan ia memiliki iman, percaya pada relasi yang mendalam dengan Tuhan dan berdoa Rosario setiap hari. Setelah kematian Carlo dan saya kembali kepada Gereja, maka kepulangan saya kepada Gereja dapat diyakini sebagai berkat dari perantaraan Carlo.”

Pada suatu waktu, Carlo memilih untuk berziarah ke Assisi daripada ke tempat liburan biasa. Assisi bagi Carlo adalah sebuah tempat di mana ia merasa paling bahagia. Carlo sendiri sangat mengagumi Santo Fransiskus Assisi terutama kerendahan hati yang begitu besar dari Sang Santo.

Carlo Acutis sangat tertarik pada konsep Beato Yohanes Paulus II tentang pentingnya penggunaan komputer dan internet untuk evangelisasi. Hal yang sama juga ditekankan oleh Paus Benediktus XVI pada masa sekarang. Carlo Acutis membuat sebuah situs carloacutis.com tempat dia berbagi tentang iman Katolik. Situs itu dalam bahasa Italia, masih dapat diakses hingga sekarang dan dikelola oleh mereka yang ingin tetap menyampaikan pesan-pesan dari Carlo. Satu tema penting yang Carlo bagikan dalam situsnya adalah tentang Ekaristi. Carlo menggambarkan perjumpaannya dengan Allah dalam Ekaristi: “Ekaristi adalah sungguh-sungguh kehadiran Yesus di dunia sama seperti pada zaman Para Rasul di mana mereka dapat melihat Yesus berjalan di Yerusalem.” Dalam situsnya, Carlo memberikan sebuah pernyataan inti yang jelas tentang Ekaristi: “Eucaristia, La mia autostrada per il Cielo.” (Ekaristi adalah jalan tol saya ke surga). Hal ini seperti menggemakan kembali pernyataan Paus Santo Pius X: “Komuni Kudus adalah jalan tercepat ke surga.” Pada situsnya tersebut, Carlo juga membagikan informasi-informasi tentang mujizat Ekaristi, mujizat untuk meneguhkan keyakinan kita akan kehadiran Yesus secara nyata dalam Sakramen Ekaristi. Dalam situsnya juga, Carlo membagikan poin-poin penting untuk menuju kepada kekudusan:
1. Engkau harus mengingini kekudusan dengan sepenuh hatimu dan  bila keinginan tersebut tidak muncul dari hatimu, engkau harus memintanya dengan teguh kepada Tuhan.
2. Hadirilah Misa Kudus dan terimalah Komuni Kudus setiap hari.
3. Ingatlah untuk berdoa Rosario setiap hari.
4. Bacalah setiap hari satu perikop dari Kitab Suci.
5. Bila engkau dapat meluangkan waktu untuk Adorasi Ekaristi di depan altar di mana Yesus sungguh hadir, engkau akan melihat betapa mengagumnya kekudusanmu tumbuh.
6. Pergilah untuk mengaku dosa setiap minggu, bahkan untuk dosa-dosa yang remeh.
7. Mintalah malaikat pelindungmu untuk membantumu terus-menerus, dan malaikat pelindung menjadi teman terbaikmu,

Carlo juga memiliki ketertarikan akan kehidupan Para Orang Kudus. Ia membuat sebuah tulisan panjang di situsnya dengan judul “Teman-teman saya dari surga”, yang berisi panduan-panduan hidup dari Para Santo-Santa, Beato-Beata, Para Venerabilis dan Hamba Allah. Carlo sendiri memiliki devosi yang mendalam kepada Bunda Maria, terutama Bunda Maria dari Pompeii. Carlo seringkali pergi bersama orangtuanya untuk berdoa meminta intersesi kepada Bunda Maria dari Pompeii dan sekaligus memperbaharui hidup baktinya kepada Maria. Dan sebagaimana sudah disebutkan di atas, Carlo berdoa Rosario setiap hari.

Tidak ada yang menduga bahwa Carlo yang bersemangat dan penuh energi dipanggil Tuhan begitu cepat. Suatu hari Carlo jatuh sakit. Ia dibawa ke rumah sakit dan dideteksi mengidap penyakit  Leukemia tipe M3 (Leukemi Akut). Menjelang kematiannya, orang tua Carlo mendengar Carlo berkata: “Saya mempersembahkan seluruh penderitaan saya untuk Tuhan, Paus dan Gereja.” Ketika dokter yang menanganinya bertanya apakah ia begitu menderita, Carlo menjawab: “Ada orang yang menderita lebih banyak daripada saya.” Carlo meninggal pada tanggal 12 Oktober 2006, pada saat berusia 15 tahun.

Carlo Acutis terlihat seperti St. Dominikus Savio di era modern. St. Dominikus Savio adalah seorang remaja yang berusaha menjaga kekudusannya sejak menerima Sakramen Baptis. Ia lahir pada 2 April 1842 dan meninggal pada tanggal 9 Maret 1857 pada usia menjelang 14 tahun. St. Dominikus Savio pernah membuat janji-janji:
1. Saya akan menerima Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi sesering mungkin.
2. Saya akan berusaha memberikan hari Minggu serta hari-hari libur sepenuhnya untuk Tuhan.
3. Sahabat terbaikku ialah Yesus dan Maria.
4. Lebih baik mati daripada berbuat dosa.
Janji keempat akan menjadi moto Dominikus sepanjang hidupnya. Beberapa kali ia memohon pada Tuhan untuk mengijinkannya meninggal sebelum ia sempat menyakiti Tuhan dengan melakukan dosa berat. Kisah Santo Dominikus Savio dapat dibaca di Situs Yesaya.

Carlo Acutis belum dikanonisasi hingga saat ini, tetapi Keuskupan Agung Milan sekarang sedang menjalankan proses untuk mengumpulkan testimoni dan informasi lebih banyak tentang Carlo Acutis serta menunggu pernyataan dari orang-orang yang pernah mendapatkan mujizat melalui perantaraan doa Carlo Acutis. Nicola Gori, seorang editor L’Osservatore Romano  (Surat kabar resmi Vatikan), telah menerbitkan biografi Carlo Acutis berjudul Eucaristia, La mia autostrada per il Cielo” sebagai salah satu bentuk usaha untuk mendukung proses kanonisasi Carlo Acutis. Melihat kisahnya, saya pribadi berharap Carlo Acutis segera dikanonisasi dan kita dapat memanggilnya Santo Carlo Acutis, santo remaja di abad modern.


Referensi:
pax et bonum