Langsung ke konten utama

Dari Komisi Kerasulan Keluarga KAJ: Surat kepada Keluarga-keluarga Kristiani (Oktober 2010)

 




Dari Komisi Kerasulan Keluarga KAJ: Surat kepada Keluarga-keluarga Kristiani (Oktober 2010)

Kepada keluarga-keluarga kristiani se-Keuskupan Agung Jakarta


Salam damai dalam kasih Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yosep.
Banyaknya tantangan dalam perkawinan dan hidup berkeluarga memanggil banyak orang untuk membuka mata lebar-lebar kepada semua usaha dan kemungkinan yang dapat memberikan pertolongan kepada pasangan yang sedang berada dalam kesukaran membangun relasi sebagai pasangan. Ada banyak orang maupun kelompok berdasarkan kesanggupannya masing-masing bisa ikut menolong banyak pasangan yang berjuang untuk mempertahkan perkawinan. Dalam banyak kesempatan saya selalu menegaskan, bahwa perkawinan yang bahagia merupakan buah dari usaha bahkan membutuhkan pengorbanan. Perkawinan yang bahagia bukan pertama-tama terletak pada perayaan perkawinan melainkan dalam perjalanan perkawinan itu sendiri. Di dalam perjalanan perkawinan, pasangan menempuh dinamika yang tak selalu berjalan mulus.


Saat-saat tertentu kebersamaan dengan pasangan merupakan hal yang amat dirindukan. Tetapi dapat terjadi pada saat tertentu kehadiran pasangan bisa dirasakan menganggu. Seorang pekerja kantoran yang begitu konsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaannya – yang barangkali karena tuntutan target akan merasa terganggu oleh keinginan pasangan untuk berlibur atau makan bersama. Kenyataan-kenyataan tersebut menggambarkan jatuh-bangunnya usaha dalam membangun perkawinan yang bahagia. Relasi suami-isteri bisa menjadi rusak karena prasangka dan hilangnya harapan terhadap pasangan. Dalam situasi seperti dibutuhkan kehadiran orang lain, pihak ketiga yang bisa menemani pasangan untuk bersama berusaha memulihkan kembali relasi yang terganggu oleh karena prasangka. Kehadiran pihak ketiga tentu tak bermaksud mencari siapa salah dan siapa benar, melainkan untuk menolong dan mendampingi pasangan berusaha bersama-sama menjaga, memelihara, dan akhirnya memberikan makna terhadap perkawinan mereka.

Oleh karena perkawinan yang membutuhkan pendampingan sangat banyak, maka dalam karya mendampingi keluarga-keluarga diibutuhkan keterlibatan banyak orang. Satu di antaranya yang bisa saya sebutkan ialah pentingnya peran saksi perkawinan. Barangkali ada pasangan yang melihat peran saksi perkawinan hanya demi formalitas. Memang, keabsahan sebuah perkawinan menurut ketentuan Gereja, juga ditentukan oleh adanya dua orang saksi (bdk. Kan 1108 KHK 1983). Tetapi secara pastoral keberadaan saksi perkawinan diharapkan ikut mendampingi pasangan yang melangsungkan perkawinan. Dengan demikian saksi perkawinan tidak hanya sekadar memenuhi tuntutan demi formalnya perkawinan, tetapi juga ikut bertanggungjawab dalam menemani pasangan menempuh perjalanan perkawinan. Maka sangat diharapkan, bahwa yang menjadi saksi perkawinan ialah orang yang memang secara pribadi dekat atau kenal dengan pasangan. Peran dan tanggungjawab saksi perkawinan meluas, tidak hanya pada pemenuhan permintaan karena Gereja mewajibkan, melainkan pada keikutsertaan dalam mendampingi dan menemani mereka yang menikah dalam hidup perkawinan. Itu berarti, ada dua peran saksi perkawinan. Pertama, pada saat perayaan perkawinan dilangsungkan. Peran ini bisa saya sebut sebagai peran formal atau peran hukum. Kedua, peran moral. Peran ini saya sebut juga sebagai peran pendampingan.

Terkait dengan peran yang pertama, sekali lagi, keberadaan saksi perkawinan memang sangat diperlukan demi keabsahan perkawinan yang dilangsungkan. Sebab perkawinan yang sah menurut Gereja ialah perkawinan yang dilangsungkan di hadapan pelayan resmi Gereja dengan dua orang saksi. Sedangkan terkait dengan peran yang kedua, keberadaan saksi perkawinan ikut serta dalam mendukung pasangan yang melangsungkan perkawinan. Saksi perkawinan membesarkan hati pada saat pasangan mengalami kesulitan. Dalam hal ini saksi perkawinan ikut membantu pasangan dalam perjalanan perkawinan untuk memaknai perkawinan mereka dalam terang iman.

Sampai jumpa pada edisi mendatang. Salam dalam nama Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yosep


Rm. Ignas Tari, MSF
Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta 

Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Perisai Lambang Kepausan (Coat of Arms) Paus Leo XIV

  Lambang Paus Leo XIV terdiri dari perisai yang dibagi menjadi dua sektor, yang masing-masing membawa pesan yang mendalam. Di sisi kiri, dengan latar belakang biru, terdapat bunga lili putih bergaya, simbol tradisional kemurnian dan kepolosan. Bunga ini, yang sering dikaitkan dengan Perawan Maria, langsung membangkitkan dimensi Maria dalam spiritualitas Paus. Ini bukan sekadar seruan pengabdian, tetapi indikasi yang tepat tentang sentralitas yang ditempati Perawan Maria yang Terberkati dalam cara Gereja: model mendengarkan, kerendahan hati, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Di sisi kanan perisai, dengan latar belakang putih, digambarkan Hati Kudus Yesus, tertusuk anak panah dan terletak di atas buku yang tertutup. Gambar ini, yang intens dan penuh makna, merujuk pada misteri pengorbanan penebusan Kristus, hati yang terluka karena cinta kepada manusia, tetapi juga pada Sabda Tuhan, yang diwakili oleh buku yang tertutup. Buku yang tertutup ini menunjukkan bahwa kebenaran ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...