Rabu, 21 Maret 2012

Info Post

Mulai minggu ini, setiap hari Kamis Indonesian Papist akan membagikan 12 kutipan pilihan dari Pengganti-pengganti Para Rasul (yaitu Para Paus dan Uskup) baik yang masih hidup atau sudah meninggal. Angka 12 dipilih karena jumlah Para Rasul sendiri sebanyak 12 orang, begitu juga dengan jumlah suku Israel ada 12 suku. Semoga kutipan-kutipan ini berguna dan meneguhkan. 
--------------------

“Saudara-saudari yang terkasih, setelah Paus Yohanes Paulus II yang agung, para kardinal telah memilih saya – seorang pekerja yang sederhana dan rendah hati di ladang anggur Tuhan.” - Benediktus XVI, Paus dan Uskup Roma, Pernyataan saat Memberi berkat Urbi et Orbi yang pertama setelah terpilih menjadi Paus

“Adalah penting supaya kita juga mempersiapkan dengan baik untuk menerima Komuni Kudus. Kita menjalankan puasa Ekaristis, minimal satu jam. Kita mencari pengampunan akan dosa-dosa kita, melalui doa-doa pertobatan Misa dan melalui Sakramen Tobat, terutama setiap kali kita sadar akan dosa besar [kita].” Vincent Nichols, Uskup Agung Westminster (Inggris), dalam Surat Pastoral kepada umat Katolik di Keuskupan Agung Westminster mengenai Penerimaan Komuni Kudus.


“Seperti dikatakan Konsili Vatikan II : keluarga katolik harus menampakkan hidup dan kehadiran Kristus penebus serta wajah Gereja yang sebenarnya. Dengan lain perkataan, setiap keluarga harus merupakan gereja mini, gereja domestik. Keluarga adalah wadah persekutuan iman, tempat subur bagi pertumbuhan iman anak. Bila di sana ada cinta kasih, kesatuan, dan keharmonisan (liturgia), bila keluarga itu merayakan iman dengan doa baik pribadi maupun bersama, bila keluarga itu mewujudkan pelayanan dengan penuh perhatian (diakonia), bila keluarga itu berani memberikan kesaksian tentang imannya (martyria) dan bila peduli pada pengetahuan agama anaknya dengan mengisahkan Yesus kepada mereka (kerigma). Di dalam gereja mini itulah para bapak dan ibu selaku wakil Kristus menjadi pemimpin dan pendamping anak-anak yang menjadi anggotanya. Oleh karena itu para bapak dan ibu selalu bercermin pada Kristus sendiri bagaimana Ia mencintai GerejaNya, membimbing dan mendidik murid-muridNya; para bapak dan ibu pun tahu bagaimana harus mencintai keluarga, membimbing dan mendidik anak-anak yang bersama-sama mewujudkan Gereja Mini itu di tengah keluarga mereka.” - Michael Cosmas Angkur, OFM., Uskup Bogor, dalam Surat Gembala Prapaskah 2012 kepada seluruh umat Katolik di Keuskupan Bogor.

“Persatuan dengan Gereja Katolik adalah tujuan Ekumenisme. Persatuan yang kelihatan dengan Gereja Katolik dapat dibandingkan dengan sebuah ansambel orkestra. Beberapa instrument dapat memainkan seluruh nada, seperti sebuah piano. Tidak ada satu pun nada yang piano miliki yang biola, harpa, flute atau tuba tidak miliki. Tetapi ketika seluruh instrumen ini memainkan nada-nada yang piano itu miliki, nada-nada tersebut diperkaya dan diperbesar. Hasilnya adalah simfonis, persekutuan penuh. Seseorang mungkin dapat berkata bahwa gerakan ekumenis menginginkan berpindah dari kakofoni menjadi simfoni, dengan semuanya memainkan nada-nada kejelasan doktrinal yang sama, paduan nada eufonis yang sama dari aktivitas pengudusan, menjalankan ritme perilaku Kristiani dalam tindakan kasih dan mengisi dunia dengan suara yang indah dan mengundang dari Sabda Allah. … Adalah kehendak Allah bahwa mereka yang kepadanya Sabda Allah ditujukan, yaitu dunia, seharusnya mendengar sebuah melodi menyenangkan yang dibuat indah oleh kontribusi-kontribusi dari berbagai banyak instrumen yang berbeda.” – William Cardinal Levada, Kardinal dan Kepala Kongregasi Ajaran Iman

Ketika kita berdoa, suara hati harus lebih didengarkan daripada [suara] yang berasal dari mulut.St. Bonaventura (1221-1274), Uskup Albano, Kardinal dan Doktor Gereja

”Betapa besar dan sungguh agunglah Engkau, ya Allah. … Engkau telah menciptakan kami untuk Diri-Mu, dan tidak tenanglah hati kami sampai kami beristirahat dalam Engkau” – St. Agustinus (354-430), Uskup Hippo dan Doktor Gereja

“Segala sesuatu dalam pelayanan sosial Katolik berawal dan berakhir bersama Yesus Kristus. Jika tidak, maka [pelayanan social] itu bukan Katolik. Dan bila karya sosial kita tidak Katolik secara mendalam, penuh keyakinan dan jelas dalam identitasnya, maka kita sebaiknya berhenti menggunakan kata ‘Katolik’.” – Charles J. Chaput, OFM. Cap., Uskup Agung Philadelphia

“Didasari oleh pengalaman itu, pada kesempatan Sinode Timur Tengah ini kami berani menyampaikan suatu permohonan kepada saudara-saudara kami dalam Gereja-gereja yang belum berada dalam persekutuan penuh dengan Paus Roma, untuk memantapkan diri dalam dialog teologis pada berbagai tingkatan. Kami meminta mereka, agar sambil menunggu persatuan yang penuh dan sempurna dengan Roma, untuk mengakui Paus Roma sebagai primus inter pares, sebagai simbol persatuan Kristen sesuai dengan identitas dari setiap Gereja dan tradisinya secara khusus dalam cara pemerintahan gerejani masing-masing.” - Gregorios III Laham, Patriark Antiokia untuk Gereja Katolik Yunani-Melkite, dalam Pertemuan Para Waligereja Katolik Timur di Roma.

“Kehidupan dari para martir iman menemukan pusat dan sumbernya dalam kurban Ekaristi, dalam adorasi Ekaristi, dan dalam segala bentuk devosi Ekaristi, terutama kunjungan kepada Sakramen Mahakudus dan komuni spiritual sepanjang hari.” – Raymond Cardinal Burke, Kardinal dan Kepala Supreme Tribunal of the Apostolic Signatura (Semacam Mahkamah Agung di dalam Gereja Katolik)

“Marilah kita dengan setia meneruskan ke cucu kita teladan kebajikan yang telah kita terima dari nenek moyang kita.” – St. Petrus Damianus, Uskup Ostia, Kardinal dan Doktor Gereja

“Kedekatan dan persatuan para imam dengan Kristus, agar mereka dapat membawa Kristus kepada umat. Maka amat penting bahwa para imam menjadi manusia rohani dan memiliki caritas pastoralis (kasih kegembalaan, red) yang dalam, yang mengasihi umatnya. Maka para imam juga mesti dekat dengan umat, dapat merasakan kebutuhan umat, dan (dapat, red) bekerjasama dengan DPPI, bukan single fighter.” – Ludovicus Simanullang, OFM. Cap., Uskup Sibolga, dalam  wawancara dengan Warta Keuskupan Sibolga

“Liturgi merupakan doa yang didoakan sepanjang sejarah gereja, maka liturgi tidak dapat diubah-ubah sesuka hati. Selain itu, liturgi merupakan doa seluruh Gereja yang tersebar di segala penjuru dunia: setiap orang Kristiani, terlepas dari tempat tinggalnya, setiap kali memasuki sebuah gereja untuk merayakan liturgi seharusnya merasa berada di rumah sendiri. Kita mesti merayakan liturgi yang tidak boleh kita ubah sesuai dengan selera kita, melainkan sebagai sebuah realitas yang lebih besar dari diri kita, sebagaimana sering dikatakan oleh Bapa Suci Benediktus XVI.” – Antonio Guido Filipazzi, Nuncio untuk Indonesia, dalam Homili Misa Pemberkatan Katedral Keuskupan Tanjung Selor (sumber tradisikatolik.blogspot.com)

Pax et Bonum