Kamis, 29 Maret 2012

Info Post
His Holiness Benedict XVI, Vicar of Christ and Roman Pontiff
Berikut ini kembali Indonesian Papist hadirkan 12 kutipan Katolik dari Para Suksesor St. Petrus dan Para Rasul Kristus, yaitu Para Paus dan Uskup. Kutipan-kutipan ini berasal dari Suksesor Para Rasul baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup, baik yang sudah menjadi Orang Kudus maupun yang masih berjuang mengusahakan kekudusannya. Angka 12 dipilih karena jumlah Para Rasul sendiri sebanyak 12 orang, begitu juga dengan jumlah suku Israel ada 12 suku. Semoga kutipan-kutipan ini berguna dan meneguhkan.

--------------

Demikian juga dengan jiwa; bagi saya sendiri: jika saya tidak pernah mengaku dosa, maka jiwa saya terabaikan dan pada akhirnya saya selalu puas dengan diri saya sendiri dan tidak lagi mengerti bahwa saya harus senantiasa bekerja keras agar lebih baik, bahwa saya harus lebih maju. Dan pembersihan jiwa yang Yesus berikan kepada kita melalui Sakramen Pengakuan Dosa membantu kita agar suara hati kita lebih siaga, lebih terbuka dan dengan demikian, juga membantu kita untuk menjadi dewasa secara rohani dan juga sebagai manusia. Sebab itu, dua hal: pengakuan dosa hanya perlu jika kita melakukan suatu dosa berat, tetapi adalah sungguh bermanfaat mengakukan dosa secara teratur guna memelihara kebersihan dan keindahan jiwa dan agar dari hari ke hari kita menjadi dewasa dalam hidup. – Benediktus XVI, Paus dan Uskup Roma, Katekese Bapa Suci Benediktus XVI Mengenai Komuni Kudus kepada Anak-Anak Komuni Pertama St Peter's Square, 15 Oktober 2005

Ketika kita berpikir mengenai naratif dari [peristiwa] Transfigurasi, kata-kata seperti “Kemuliaan”, “kecerahan”, dan “keindahan” muncul dalam pikiran. Kata-kata ini adalah istilah yang dapat diterapkan secara langsung kepada liturgi. Seperti [yang] Paus Benediktus ingatkan [kepada] kita, terdapat hubungan intrinsik antara liturgi dan keindahan. Memang, "Keindahan yang paling benar adalah kasih Allah, yang secara definitif menyatakan diri kepada kita dalam misteri Paskah."  Ekspresi “Misteri Paskah” mensintesis inti esensial dari seluruh proses Penebusan; yang adalah puncak dari karya Kristus. Liturgi pada gilirannya mengandung,”karya” Kristus ini, karena melalui liturgi karya Sang Penebus kita diaktualisasikan. Inilah mengapa liturgi, sebagai bagian dari Misteri Paskah, adalah “ungkapan yang luhur dari Kemuliaan Allah dan, dalam arti tertentu, sekilas surga di bumi. Pengenangan akan kurban penebusan Kristus  mengandung sesuatu keindahan yang Petrus, Yakobus, dan Yohanes lihat ketika Sang Guru, dalam perjalanannya ke Yerusalem, berubah rupa (transfigurasi) di hadapan mata mereka (bdk. Mrk 9:2). Keindahan, oleh karena itu, bukanlah dekorasi semata melainkan merupakan elemen penting dari tindakan liturgis, karena keindahan merupakan sebuah atribut Allah sendiri dan wahyu-Nya. Pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya membuat kita menyadari kepedulian diperlukan bila tindakan liturgi adalah untuk merefleksikan (mencerminkan) kemegahan yang dibawanya.  Itulah yang dikatakan: Liturgi  ... akan menjadi indah ketika liturgi itu benar dan otentik, ketika kemegahan yang dibawanya benar-benar tercerminkan. – Antonio Cardinal Cañizares Llovera, Kardinal, Uskup Agung Toledo (Spanyol) dan Kepala Kongregasi Penyembahan Ilahi dan Disiplin Sakramen, dalam Paper for the presentation of the book by Msgr. Guillaume Derville.

Proses inkarnasi (Sabda yang menjadi manusia) perlu diwartakan dan diwujudkan terus-menerus. Terjun ke tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan terang dan sahabat menuju kepada suatu kehidupan yangdamai dan sejahtera merupakan sebuah langkah yang perlu diambil. Siapa pun yang hendak melayani masyarakat, perlu mengambil langkah terjun langsung (masuk dan terlibat serta bekerja ) dalam suka duka kehidupan mereka yang hendak dibantu.  Mereka yang hendak menolong siap menjadi “roti” yang dipecah-pecah dan dibagi-bagikan untuk menjadi “makanan” demi kehidupan mereka. Artinya, pengorbanan, kerja berat, mencari jalan keluar dan mengambil langkah awal dan mengolah semuanya itu, merupakan sebuah keharusan yang muncul dari kedalaman diri, bukan karena paksaan dari pihak lain. Peristiwa inkarnasi dan pemecahan roti merupakan kebutuhan nyata masyarakat pada jaman ini, dan hal ini dapat menjadi kekuatan dan sumber kemajuan di banyak bidang kehidupan. - Nicholaus Adi Seputra, MSC., Uskup Agung Merauke, dalam artikel Membumikan Sabda Tuhan

Dalam kerangka perintah cintakasih sesama inilah kita telah berikrar bahwa tahun 2012 adalah Tahun Persaudaraan Sejati dan Kerukun­an ­U­mat Beragama. Pantaslah kita memeriksa apakah kita, dalam hal i­ni, mem­­­punyai le­bih banyak ke­kurangan atau keutamaan. Perbuatan-perbuatan cintakasih adalah tujuan dari puasa dan ulah-ta­pa. Kita pantas lebih memperhatikan saudara-saudari kita yang lebih ber­kebutuhan. Masih banyak dari sesama kita yang menderita kurang ma­kan, kurang pakaian, kurang biaya kesehatan. Inilah masanya ki­ta meng­a­mal­kan sabda Tuhan: Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku ma­­kan; ke­tika A­­ku haus, kamu memberi aku minum ...; ketika Aku te­lan­­­jang, kamu mem­beri Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat A­­ku (Mt 25:35-36). Untuk menunaikan perintah Tuhan ini, terutama pada masa puasa-prapaska, pantaslah kita melakukan perbuatan-perbu­atan amal seperti i­tu. Hal itu kita lakukan secara perorangan dan langsung bagi mereka yang ­kurang beruntung. - Anicetus B. Sinaga, OFM. Cap., Uskup Agung Medan, dalam Surat Gembala Prapaska Keuskupan Agung Medan 2012

Saya tidak mengambil kesenangan akan makanan yang dapat rusak atau kesenangan hidup. Saya ingin roti dari Allah yaitu Daging Kristus (Flesh of Christ)  yang adalah keturunan Daud dan untuk minuman, saya ingin Darah-Nya yang adalah cinta yang tak dapat rusak. – St. Ignasius dari Antiokia, Uskup Antiokia dan Murid St. Yohanes Rasul Penulis Injil, dalam Suratnya kepada Gereja di Roma.

Keakraban atau ikatan cintakasih dengan Tuhan memberi dampak besar dalam iman. Hal ini hanya akan terjadi apabila Yesus diutamakan di dalam hidup. Apabila Dia berada di tempat utama, segala godaan dapat ditangkis. Biarpun godaan itu hanya kecil tetapi tanpa kesatuan erat dengan Dia, ia (godaan itu, red) pasti menjatuhkan kita dengan mudah. - Cornelius Piong, Uskup Keningau (Malaysia)

Selama delapan puluh enam tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah mengkhianatiku. Bagaimana mungkin aku akan mengutuki Raja dan Juruselamatku? - St. Polikarpus dari Smirna, Uskup Smirna dan Murid St. Yohanes Rasul Penulis Injil, Pernyataannya pada saat akan dimartir.

Kita sering mendekati Maria di dalam doa karena kedekatannya dengan Tuhan kita dan kita tahu bahwa Maria berada di samping kita saat kita membuka hati kita kepada Allah. Maria menjawab permintaan-permintaan doa kita kepadanya sebagai seorang ibu dan kita mengakui ia sebagai Bunda Gereja. Sebagai Bunda Kristus, Maria juga adalah guru pertama dan adalah dari ia, Dia (Yesus Kristus) dalam kodrat manusia-Nya belajar apa artinya dicintai tanpa syarat. Maria mengajarkan anak-Nya, Sabda yang telah menjadi daging, bagaimana berdoa dan seperti guru-guru terbaik, Maria mulai belajar pula dari Putera-Nya. Dalam cara ini kita melihat bagaimana Maria menjadi murid pertama Tuhan yang dekat dengan-Nya selama tahun-tahun hidupnya yang tersembunyi namun berbuah, mencatat dan merenungkan sebagai ibu bagaimana cara Dia bersikap dengan orang lain dan hal-hal yang Dia lakukan dan katakan. – Bernard Longley, Uskup Agung Birmingham (Inggris), Homili pada Malam Vigili Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, 7 Desember 2009

Kemuliaan Allah adalah manusia yang sungguh-sungguh hidup, terlebih lagi kehidupan manusia menjadi penampakan Allah. – St. Ireneus dari Lyon, Uskup Lyon dan Murid St. Ignatius dari Antiokia dan St. Polikarpus dari Smirna.

Kehidupan yang benar dan sejati ialah: Bapa, melalui Putra, dan dalam Roh Kudus, mencurahkan anugerah-anugerah surgawi-Nya kepada segala sesuatu tanpa kecuali. Melalui kerahiman-Nya, kita manusia juga menerima janji hidup ilahi yang tak dapat diragukan lagi. – St. Sirillus dari Yerusalem, Uskup Yerusalem dan Doktor Gereja Universal.

Kehidupan batin seorang imam Katolik ditentukan oleh janji-janjinya, yang dimotivasi oleh iman dan cinta kasih, untuk hidup murni sebagai seorang selibat dan menaati uskup. Melanggar janji-janji tersebut menghancurkan panggilannya dan melukai Gereja. – Francis Cardinal George, OMI., Kardinal dan Uskup Agung Chicago, dalam suratnya yang berisi informasi penonaktifan terhadap seorang imam Katolik yang mengajarkan ajaran yang menyimpang.

Sangat mungkinlah berdoa bahkan di tengah-tengah pasar atau sementara berjalan sendirian. Mungkin pula di tengah-tengah transaksi bisnis, sementara membeli atau menjual, atau bahkan sewaktu memasak. – St. Yohanes Krisostomus, Uskup Konstantinopel dan Doktor Gereja Universal.

Pax et Bonum