Langsung ke konten utama

Apa saja cara terbaik untuk menanggapi anti-Katolik di Internet?



Santo Petrus berpesan demikian kepada kita dalam 1 Petrus 3:15-16:
Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. 


Untuk itu, di sini ada beberapa tips/cara bagi kita untuk menanggapi serangan-serangan iman dari mereka yang anti-Katolik. Semoga bermanfaat.

Be Informed: Kita harus membekali diri kita sendiri. Bacalah Katekismus Gereja Katolik. Bacalah Kitab Suci. Temukanlah beberapa situs Katolik yang bagus untuk membela iman Katolik. Kita tidak perlu menjadi seorang yang jenius, tetapi kita setidaknya memiliki beberapa sumber-sumber artikel iman di tangan kita. Kita tidak dapat menjawab argumen-argumen anti-Katolik jika kita sendiri tidak mengetahui apa yang Gereja Katolik ajarkan dan mengapa Gereja Katolik mengajarkan demikian. Dalam artikel "Situs dan Link Katolik" saya mengarsipkan beberapa situs dan link yang kerap saya akses.

Be Prudent: Satu hal yang perlu kita pahami adalah bahwa pada saat berdiskusi, kita tidak bisa serta merta membantah seluruh argumen anti-Katolik yang muncul dengan cara kita sendiri. Kita pun jangan terjebak dalam pandangan "Gereja bergantung pada saya sehingga saya harus membantah semua serangan yang ada." Terkadang kita harus membiarkan atau mengabaikan serangan tersebut dan memilih untuk melakukan hal-hal lain yang lebih berguna bagi sesama Katolik. Jangan mereduksi waktu berdoa anda untuk terus-menerus menanggapi mereka. Jangan khawatir mereka mencap kita kalah. Ingatlah, sesuatu adalah benar bukan karena kita mampu mempertahankannya tetapi karena pada hakikatnya sesuatu tersebut adalah benar. Dan sebenarnya "tidak ada serangan yang baru". Gereja sudah menerima serangan tersebut jauh sebelum kita lahir dan syukur kita memiliki tiga pilar iman yang kuat; Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium. 

Stay Calm: Banyak orang cenderung menjadi emosional ketika menghadapi anti-Katolik. Hal ini sama sekali tidak menguntungkan kita. Ketika kita mulai memanggil orang anti-Katolik tersebut “fanatik” dan “pembenci” dan berkata sesuatu seperti “beraninya kamu...” dan “kamu pikir kamu siapa...?”, maka sebenarnya kita sudah menggunakan emosi ketimbang logika atau akal budi. Dengan menanggapi secara emosional, kita telah menunjukkan ke lawan diskusi kita bahwa ia berhasil menyulitkan kita. Banyak juga orang yang anti-Katolik hanya ingin membuat kita marah dan kehilangan kontrol. Jangan membuat diri kita menjadi target yang mudah. Plus, jika kita berdiskusi dengan tenang, cool, elegan, dan terarah, orang yang melihat diskusi tersebut akan menilai siapa yang berdiskusi dengan baik dan mana yang tidak.

Stay on topic: Hal ini adalah kesalahan nomor satu yang sering dibuat ketika mereka terlibat dalam diskusi dengan mereka yang anti-Katolik. Kita harus tetap fokus pada topik. Keras kepalalah untuk tetap fokus pada topik. Kita harus menolak untuk mendiskusikan apapun yang tidak sesuai dengan topik. Banyak anti-Katolik ketika menyadari ia salah dan kalah, ia kerap berusaha mengalihkan topik sehingga ia tidak terkesan kalah. Jika kita tetap fokus, diskusi biasanya akan berakhir dengan baik.

Pray Hard: Yang terakhir, kita harus membuat doa sebagai bagian sentral dari usaha kita untuk menanggapi orang-orang yang berusaha mendiskreditkan dan menolak ajaran Gereja. Kita terlibat dalam pertempuran rohani dan oleh karena itu kita perlu meminta Roh Kudus untuk membimbing kita. Berdoa kepada-Nya akan memberikan kita kesabaran, kebijaksanaan dan terutama kasih yang berguna untuk kita dalam menanggapi orang-orang ini.

Pax et Bonum

Diadaptasi dari tulisan Nicholas Hardesty, pemilik blog phatcatholic.blogspot.com

Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Perisai Lambang Kepausan (Coat of Arms) Paus Leo XIV

  Lambang Paus Leo XIV terdiri dari perisai yang dibagi menjadi dua sektor, yang masing-masing membawa pesan yang mendalam. Di sisi kiri, dengan latar belakang biru, terdapat bunga lili putih bergaya, simbol tradisional kemurnian dan kepolosan. Bunga ini, yang sering dikaitkan dengan Perawan Maria, langsung membangkitkan dimensi Maria dalam spiritualitas Paus. Ini bukan sekadar seruan pengabdian, tetapi indikasi yang tepat tentang sentralitas yang ditempati Perawan Maria yang Terberkati dalam cara Gereja: model mendengarkan, kerendahan hati, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Di sisi kanan perisai, dengan latar belakang putih, digambarkan Hati Kudus Yesus, tertusuk anak panah dan terletak di atas buku yang tertutup. Gambar ini, yang intens dan penuh makna, merujuk pada misteri pengorbanan penebusan Kristus, hati yang terluka karena cinta kepada manusia, tetapi juga pada Sabda Tuhan, yang diwakili oleh buku yang tertutup. Buku yang tertutup ini menunjukkan bahwa kebenaran ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...