Senin, 18 Juli 2011

Info Post

1. Kekuasaan Gereja

I. Kerinduan akan Penebusan. Di dalam tiap manusia, hidup suatu hasrat untuk menemukan kebahagiaan. Hasrat ini tidak dapat diberantas. Tetapi ada banyak halangan yang melintang di jalan. Dan halangan yang sangat dirasakan ialah dosa. Memiliki Tuhan adalah kebaikan yang paling tinggi dan dosa adalah kejahatan yang satu-satunya. Dosa memisahkan kita dari Tuhan dan selama kita berada dalam dosa kita tidak dapat mencapai kebahagiaan. Banyak yang mengerti masalah ini dengan jelas, tetapi ada juga yang hanya samar-samar. Bagaimana pun juga, di dalam sebagian besar umat manusia, hidup suatu hasrat untuk penghapusan kesalahan, pengampunan dosa, dan pengangkatan dari lembah kecemaran. Demikianlah suara dari kodrat yang telah jatuh, yang tidak dapat melupakan Tuhan. Suara itu ditujukan kepada Tuhan. Umat manusia merindukan penghapusan kesalahan; ia mau agar hubungan dengan Tuhan diperbaiki lagi; agar Tuhan berbelaskasih dan mengampuninya lagi, karena hanya dengan jalan ini manusia dapat menemukan Tuhan lagi; hanya dengan jalan ini kebahagiaan dapat mengalir lagi di dalam kehidupannya.


II. Penebusan oleh Kristus. Manusia sendiri tidak dapat membebaskan diri dari kesalahan yang membebaninya. Tetapi dari iman dan kepercayaan kita tahu bahwa Tuhan  berkuasa dan bahwa Tuhan selalu siap untuk mengampuni melalui Putera yang telah diutus-Nya ke dunia. Allah telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri oleh Kristus (2 Kor 5:19). Kedatangan Penebus diberitakan sebagai waktu pengampunan. Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa (Mat 1:21). Karena itu Santo Yohanes Pembabtis memperkenalkan-Nya kepada umat sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Yoh 1:29. Dan Kristus sendiri menjelaskan: Aku datang bukan untuk memanggil orang saleh, melainkan orang berdosa. (Mat 9:13). Pada permulaan pengkhotbahan Yesus, terdengarlah panggilan untuk bertobat; Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil (Mrk 1:15). Kita memperoleh pengampunan melalui salib Kristus, karena darah Kristus, Putera Allah. Membersihkan kita dari segala dosa. Ada juga tertulis bahwa Kristus harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga dan bahwa dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa (Luk 24:46-47).

III. Pengampunan dosa di dalam Gereja. Allah mau mendamaikan diri dengan kita melalui darah Putera-Nya yang telah menjadi manusia. Tetapi Allah juga mau bahwa hal itu terjadi melalui Yesus Kristus yang hidup di dalam Gereja-Nya (Gereja Katolik). Pengampunan dosa diberikan dalam dan melalui Gereja sebagai alat pembagian rahmat sakramental. Tetapi rahasia pengampunan dosa merupakan juga satu segi dari rahasia Roh Kudus. Dalam hubungan ini Kristus telah berkata dengan jelas sekali: Terimalah Roh Kudus, jikalau kamu mengampuni dosa orang maka dosanya diampuni (Yoh 20:23). Untuk itulah Yesus menganugerahkan Roh Kudus kepada Para Rasul dan kepada Gereja-Nya. Bertobatlah dan hendaklah kamu memberikan dirimu dibabtis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus (Kis 2:38).
Di dalam Gereja terdapat sumber kekudusan dan pengampunan, oleh karena itu Roh Kudus yang diberikan oleh Kristus kepada Gereja, tidak pernah meninggalkan Gereja-Nya. Memang, bukan semua anggota Gereja itu orang suci. Banyak juga yang penuh cemar dan dosa; semua mereka adalah manusia lemah yang sering jatuh. Tetapi kita dihibur oleh kenyataan bahwa di dalam Gereja ada tempat pembersihan.
IV. Tidak ada batas. Tidak ada dosa yang tidak dapat diampuni oleh kewibawaan Gereja kecuali ketidakinginan bertobat. Tanpa pembatasan apapun, dapat kita ketahui bahwa apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga (Mat 18:18). Di seluruh dunia terdapat suatu banjir kekotoran yang mencemari manusia dan yang mengancam kekudusan Gereja. Tetapi sumber pengampunan dan kekudusan yang terdapat di dalam Gereja, mampu mengatasinya. Mereka yang membuat jubah mereka menjadi putih di dalam darah Anak Domba, menerima kembali kemurnian asal, karena darah Yesus Putera Allah membersihkan kita dari segala dosa (Why 7:14).
Kekuatan ilahi Roh Kudus tidak habis-habisnya. Manusia tidak berdaya untuk membuat rusak sumber-sumber pengampunan. Dosa manusia tidak boleh dinyatakan terlampau besar atau terlampau banyak oleh karena belaskasihan Tuhan begitu besar dan begitu luas, sehingga tidak ada sebab bagi kita untuk berputus asa. Sadarlah dan bertobatlah supaya dosamu dihapuskan (Kis 3:19). Juga bagian terakhir ini termasuk dalam rahasia pengampunan dosa. Dosa dihapus, dihilangkan; dosa tidak ada lagi. Hubungan antara Tuhan dan manusia menjadi baik lagi. Tuhan tidak menaruh dendam; Tuhan tidak mengutik-ngutik yang telah lewat. Nama baiknya telah dipulihkan kembali di mata Allah; rasanya seakan-akan manusia tidak pernah berdosa. Tuhan seakan-akan melupakan dosa itu. Inilah suatu hal yang tidak kita lihat dalam hubungan manusiawi. Di dunia ini seorang dapat kehilangan nama baiknya dan tidak dapat diperbaiki lagi walaupun kejahatan itu sudah lama ditebus. Seorang yang pernah mencuri, tetap bernama pencuri dalam mata manusia; seorang gadis yang telah jatuh harus menahan malu seluruh hidupnya. Hal yang demikian tidak ditemukan di dalam Allah. Apabila Allah mengampuni, maka pengampunan itu sifatnya radikal dan total.
Tetapi ada satu persyaratan, ialah penyesalan. Pengampunan sakramentil tidak terjadi secara otomatis. Rahmat Tuhan harus diterima oleh hati yang sudah melepaskan diri dari kejahatan dan berpaling kepada Tuhan; hati itu sudah diubah secara menyeluruh dan harus siap menerima kehidupan baru.

2. Jalan Pengampunan Dosa

Pengampunan dosa seperti kita saksikan di dalam dan oleh Gereja merupakan bagian dari pencurahan rahmat dan sifatnya sakramental. Ini berarti bahwa Gereja sendiri serta sekalian jalan yang diberikan kepadanya adalah alat di dalam tangan Tuhan. Kita dapat berkata bahwa Gerejalah yang mengampuni. Pejabat pembabtisan berkata, “Aku membabtis engkau...”. Imam yang memberi pengakuan dosa berkata, “Aku mengampuni engkau dari semua dosamu.” Memang mereka mempunyai kuasa untuk itu. Tetapi kekuasaan itu tidak datang dari dirinya sendiri. Pejabat tidak memintanya dari kesucian pribadi untuk memberikan pengampunan kepada subyek yang menerimanya. Apa yang ia lakukan, ia lakukan dalam nama Kristus, bukan sebagai wakil dalam susunan yuridis, tetapi sebagai instrumen. Jika imam membabtis, Kristuslah yang membabtis; jika imam mengampuni, Kristuslah yang mengampuni. Manusia-imam adalah alat semata-mata, sehingga ketidaklayakan yang mungkin melekat pada dirinya sendiri, tidak dapat mengurangi suatu apapun dari kekudusan yang berasal dari Kristus. Sakramen pembabtisan menghapus segala dosa dan siksa dosa; sakramen pengakuan menghapus segala dosa yang dilakukan setelah pembabtisan. Juga Sakramen yang lain dapat menghapus dosa, apabila kita menerimanya dengan hati yang penuh sesal. Rahasia pengampunan dosa sangat penting bagi kita. Rahasia ini adalah suatu anugerah Allah bagi kita masing-masing. Semua kita membutuhkan pengampunan secara terus-menerus; pertama sekali pengampunan dari dosa asal, lalu pengampunan dari dosa pribadi.

Sumber: RP H. Embruiru, SVD. Aku Percaya hlm 160-163.

Pax et Bonum

Artikel Lain: Mengapa Mengaku dosa di hadapan manusia?