Minggu, 25 Desember 2011

Info Post

Kardinal Levada, Prefek Kongregrasi Doktrin Iman Gereja Katolik
Kardinal Levada, Prefek Kongregrasi Doktrin Iman, salah satu badan dari Kuria Roma yang mengurusi berbagai hal terkait ajaran-ajaran Iman Gereja Katolik, pada 9 Maret 2010 yang lalu menjelaskan bahwa tujuan dari Ekumenisme adalah Persatuan dengan Gereja Katolik. Beliau menggambarkan persatuan penuh dengan Gereja Katolik itu sebagai sebuah ansambel orkestra.
  
“Persatuan yang kelihatan dengan Gereja Katolik dapat dibandingkan dengan sebuah ansambel orkestra. Beberapa instrument dapat memainkan seluruh nada, seperti sebuah piano. Tidak ada satu pun nada yang piano miliki yang biola, harpa, flute atau tuba tidak miliki. Tetapi ketika seluruh instrumen ini memainkan nada-nada yang piano itu miliki, nada-nada tersebut diperkaya dan diperbesar. Hasilnya adalah simfonis, persekutuan penuh. Seseorang mungkin dapat berkata bahwa gerakan ekumenis menginginkan berpindah dari kakofoni menjadi simfoni, dengan semuanya memainkan nada-nada kejelasan doktrinal yang sama, paduan nada eufonis yang sama dari aktivitas pengudusan, menjalankan ritme perilaku Kristiani dalam tindakan kasih dan mengisi dunia dengan suara yang indah dan mengundang dari Sabda Allah.

Sementara itu instrumen-instrumen lain dapat menyetel diri mereka sendiri berdasarkan piano, sehingga ketika bermain di konser  tidak ada kesalahan [yang dibuat] mereka untuk [mengiringi] piano. Adalah kehendak Allah bahwa mereka yang kepadanya Sabda Allah ditujukan, yaitu dunia, seharusnya mendengar sebuah melodi menyenangkan yang dibuat indah oleh kontribusi-kontribusi dari berbagai banyak instrumen yang berbeda.”
Uskup Agung John Hepworth dari Australia, Primat Traditional Anglican Communion (TAC)
Dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, Gereja Katolik mengadakan berbagai dialog ekumenis dengan sejumlah Gereja dan persekutuan gerejawi . Dan sekarang kita sedang melihat Gereja Katolik memanen hasil dialog-dialog ekumenis ini. Traditional Anglican Communion, sebuah persekutuan Anglikan Tradisional dengan primat/keutamaannya berada pada Uskup Agung John Hepworth di Australia mengajukan permohonan bersatu dengan Gereja Katolik. Sebelumnya anda jangan heran bila terminologi "Uskup", "Paroki" dan sebagainya yang digunakan dalam Gereja Katolik juga digunakan di Anglikan. Hal ini karena sekalipun berpisah dari Katolik, Anglikan tetap memelihara struktur hierarki dan sejumlah tradisi Katolik lainnya. 

Traditional Anglican Communion (TAC) ini berbeda dengan Gereja Anglikan Primat Canterbury yang dipimpin oleh Uskup Agung Rowan Williams. TAC ini secara ajaran iman dan tradisi, lebih dekat dengan Gereja Katolik dari pada Gereja Anglikan Canterbury. TAC ini menolak menahbiskan imam dan uskup perempuan maupun homoseksual yang dilakukan Gereja Anglikan Primat Canterbury di Inggris tersebut. Pada tahun 1991, TAC ini memisahkan diri dari Gereja Anglikan Primat Canterbury dan sejak tahun 2007 menyatakan keinginan untuk bersatu dengan Gereja Katolik. TAC ini memiliki umat sekitar 400.000-500.000 orang yang akan menjadi Katolik kelak. Anda bisa melihat sejumlah pernyataan dari Uskup Agung John Hepworth di situs berita Katolik ZENIT, di berita INI, INI dan INI.

Uskup Agung Rowan Williams, Primat Gereja Anglikan dan Uskup Canterbury (Inggris)
Merespon permohonan kelompok-kelompok Anglikan ini, terutama TAC, Gereja Katolik mengeluarkan sebuah dokumen bernama Anglicanorum Coetibus pada tanggal 4 November 2009 yang secara umum berisi pendirian Ordinariat Personal (Personal Ordinariate) bagi kelompok Anglikan yang hendak bersatu dengan Gereja Katolik. Ordinariat Personal ini merupakan suatu yurisdiksi gerejawi yang berbeda dengan yurisdiksi gerejawi berupa Keuskupan pada umumnya. Umat-umat yang berada di bawah Ordinariat Personal ini akan berada di bawah otoritas Ordinaris Personal bukan berada di bawah otoritas Uskup dari Keuskupan tempat mereka berdomisili. Misalnya anda umat Personal Ordinariate of Indonesia dan anda berada di wilayah Keuskupan Bandung. Nama anda akan terdaftar sebagai umat Personal Ordinariate of Indonesia tersebut dan sakramen-sakramen anda akan dilayani oleh kaum tertahbis dari Personal Ordinariate of Indonesia tersebut, bukan oleh kaum tertahbis dari Keuskupan Bandung.

Ritus Misa yang diadakan juga seturut tradisi Anglikan mereka, tidak seturut ritus Roma. Hal ini mirip dengan yang berada di Keuskupan Agung Milan di mana Ritus yang digunakan adalah Ritus Ambrosian, bukan Ritus Roma. Tetapi sekalipun menggunakan ritus yang berbeda, Anglicanorum Coetibus  mensyaratkan juga bahwa Katekismus Gereja Katolik  menjadi ekspresi Iman Katolik yang otoritatif bagi Ordinariat Personal ini. Dengan demikian, persatuan penuh secara kelihatan dan juga dalam ajaran iman terpenuhi. Hal ini juga menjamin setiap umat Katolik dari Gereja dengan Misa ritus Roma dapat menerima Komuni Kudus di Misa ritus Anglikan ini begitu juga sebaliknya.

Sejak keluarnya Anglicanorum Coetibus ini, pada tahun 2010, sejumlah Gereja Anglikan yang berada dalam persekutuan dengan TAC di Australia , Amerika Serikat dan Kanada (klik nama negara untuk mengetahui berita lebih lanjut) mengajukan permohonan resmi supaya Gereja Katolik mendirikan Ordinariat Personal ini bagi mereka.
Mgr. Keith Newton, Ordinaris Our Lady of Walsingham, Eks Uskup Anglikan
Di Inggris, tempat asal lahirnya Gereja Anglikan, menjelang dan sesudah kunjungan bersejarah Paus Benediktus XVI ke Inggris (16-19 September 2010), sejumlah Uskup, Uskup Emeritus (Uskup yang pensiun), Imam, Biarawan-biarawati dan umat awam meninggalkan Gereja Anglikan Primat Canterbury  dan masuk ke dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik. Akhirnya pada tanggal 15 Januari 2011, Gereja Katolik mendirikan Ordinariat Personal Our Lady of Walsingham dengan Mgr. Keith Newton, mantan Uskup Anglikan, sebagai Ordinaris-nya. Our Lady of Walsingham ini adalah Ordinariat Personal pertama yang didirikan oleh Gereja Katolik bagi umat Anglikan yang menjadi Katolik. Paskah tahun 2011 yang lalu adalah salah satu Masa Panen Gereja Katolik yang sangat bersejarah dan indah, hampir 1000 umat eks Anglikan di Inggris menjadi Katolik dan bergabung dalam Ordinariat Personal di bawah penggembalaan Bapa Keith Newton ini. Anda bisa melihat beritanya di situs Catholic Herald. Hingga sekarang, perpindahan umat Anglikan menjadi Katolik masih berlanjut di Inggris.

Pater Jeffrey Steenson, eks Uskup Episkopalian di Rio Grande, Calon Ordinaris Personal Ordinariate di Amerika Serikat
Di Amerika, sebelum Anglicanorum Coetibus ini dikeluarkan, Gereja Katolik telah menerima banyak perpindahan umat Episkopalian (American Anglican) dan Anglikan yang menjadi Katolik hingga kemudian didirikanlah Paroki Our Lady of Atonement pada tahun 1983 yang berada di Texas untuk umat Episkopalian yang menjadi Katolik. Paroki ini adalah sebuah Paroki Katolik yang tetap mempertahankan Misa seturut tradisi Anglikan mereka. Paroki lain yang setipe dengan Paroki Our Lady of Atonement ini juga telah didirikan seperti Paroki St. Mary the Virgin dan Paroki Our Lady of Walsingham. Paska keluarnya Anglicanorum Coetibus, sama seperti yang terjadi di Inggris, sejumlah Uskup, Imam, Biarawan-biarawati dan umat awam Episkopalian dan Anglikan berpindah menjadi Katolik. Pada tanggal 1 Januari 2012 nanti, Gereja Katolik secara resmi akan mendirikan Ordinariat Personal bagi umat Katolik eks-Anglikan di Amerika Serikat . Rumor yang beredar, eks Uskup Episkopalian, Jeffrey Steenson, akan diangkat sebagai Ordinaris pertamanya. Jeffrey Steenson adalah mantan Uskup Rio Grande yang meninggalkan Gereja Episkopalian kala ia menjadi Uskup selama dua tahun pada tahun 2007 lalu dan sekarang menjadi Imam Gereja Katolik.

Berdasarkan info dari situs berita Virtue Online, sejumlah Paroki Episkopalian seperti Paroki St. Timotius di Texas dan Paroki St. Lukas di Bladensburg, Maryland telah berpindah menjadi Katolik sebagai antisipasi berdirinya Ordinariat Personal Anglikan bagi Amerika Serikat. Sebuah Kongregrasi Biarawati Episkopalian, All Saints Sisters of the Poor di Maryland, juga telah berpindah menjadi Katolik sebelum berdirinya Ordinariat Personal Anglikan bagi Amerika Serikat. Situs ini juga melaporkan bahwa di Rio Grande kemungkinan besar akan ada 67 Imam dan seorang atau dua orang Uskup Episkopalian yang akan menjadi Katolik dan bergabung sebagai barisan pertama dari Ordinariat ini. Sedangkan di seluruh Amerika, sejumlah kongregrasi biarawan/ti TAC juga bersiap untuk convert en masse (berpindah secara massal) menjadi Katolik dan bergabung dalam Ordinariat Personal ini.

Sekarang kita menunggu konversi besar-besaran yang sama di Kanada dan Australia dan mungkin juga di negara-negara lain yang memiliki umat Anglikan. Di Kanada sendiri,  Dua orang Imam Anglikan, Pater Lee Kenyon dan Pater John Wright, beserta 50 umat  yang mereka gembalakan dari Paroki  Anglikan St. Yohanes Penginjil di Calgary, Kanada, pindah secara massal menjadi Katolik pada tanggal 18 Desember 2011. Pater Lee Kenyon di situs The Anglo-Catholic menyatakan bahwa 90% umat parokinya setuju menjadi Katolik.  Informasi pers yang dirilis bersama oleh Keuskupan Katolik Calgary dan Keuskupan Anglikan Calgary menyatakan bahwa kelompok Anglikan yang menjadi Katolik ini akan menjadi sebuah Paroki Katolik ritus Anglikan (setipe dengan Paroki Our Lady of Atonement di atas) yang pertama di Kanada. 

Doa Yesus supaya “mereka menjadi satu” semakin terlihat nyata dengan usaha Bapa Suci Benediktus XVI membawa pulang umat Anglikan ke pangkuan Bunda Gereja Katolik. Inilah ekumenisme yang sejati, membawa umat Kristen non-Katolik kembali bersatu dengan Gereja Katolik dalam satu ajaran iman dan dalam satu persatuan yang kelihatan. Gereja Katolik sedang memanen buah hasil gerakan ekumenis yang benar. Setiap satu domba tersesat yang diselamatkan saja membawa kesukaan yang begitu besar di Surga dan di Bumi, apa lagi sampai ribuan seperti ini. Sekadar pertanyaan reflektif, apakah di Indonesia,  Gerakan Ekumenis yang dilakukan oleh banyak umat Katolik sudah sesuai dengan tujuan Gereja Katolik atau malah mengkompromikan iman Katolik kita sendiri?

Lihat juga Artikel :

Pax et Bonum