Selasa, 10 Januari 2012

Info Post

Nama yang akan diberikan kepada seorang anak mempunyai arti khusus. Sepanjang masa orang berusaha memilih nama yang tepat bagi anaknya. Di dalam nama itu orang melihat sesuatu yang penuh arti bagi anaknya. Orang hendak menyatakan relasi tertentu, pikiran tertentu, ataupun perasaan tertentu.

Sekali diberi, nama itu akan menggantikan orangnya; nama adalah cara untuk berkontak dengan orangnya; dengan nama itu orang dapat memanggilnya, memerintahkannya atau meminta sesuatu daripadanya. Kalau orang simpatik, maka namanya pun akan sangat disayangi.  Bagi seseorang yang dilanda cinta, nama kekasihnya mempunyai daya tarik yang luar biasa, sekalipun bunyinya sangat biasa bagi orang lain. Nama adalah pengganti orang; di dalam nama terletak kekhususan orangnya. Apa yang dibuat orang terhadap nama, yang baik atau pun yang buruk, selalu menyangkut orang yang bernama demikian. Makin jelaslah bagi kita, bahwa Tuhan menentukan suatu nama bagi Sang Penebus, nama yang menegaskan perutusan-Nya.

Nama Yesus

Nama Yesus adalah nama Yahudi. Yesus tidak merasa hina untuk menjadi manusia; Ia bersedia menanggung segala akibatnya. Ia termasuk suku bangsa Yahudi dan nama yang Ia terima menunjukan-Nya sebagai warga Yahudi.

Marialah orang pertama yang mendengar nama itu. Malaikat berkata kepadanya: Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. (Luk 1:31). Di dalam ramalan nabi Yesaya tercantum: Seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Dia Immanuel (Allah beserta kita). (Yes 7:14). Dari kedua peristiwa itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pertama-tama Sang Bunda Maria yang harus memberi nama kepada Anaknya. Ini merupakan sesuatu yang tidak biasa. Pada umumnya terutama dalam tradisi Yahudi, ayahlah yang bertugas memberi nama itu. Tetapi dalam terang peristiwa kelahiran itu, dapat kita lihat hubungan khusus antara ibu dan anak disebabkan perkandungan yang tetap perawan. Nama Immanuel menunjukkan sifat anak itu sendiri; sebagai Allah dan manusia Ia benar-benar dapat dinamakan Allah beserta kita.

Nama itu kemudian diwahyukan juga kepada Yosef. Ia adalah ayah-Nya menurut undang-undang. Malaikat berkata kepada Yosef: “Janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab Anak yang didalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat 1:20-21)

Dari pemberitaan ini nyatalah bahwa anak ini adalah penebus yang dijanjikan dan bahwa tugasnya terletak di bidang agama dan kesusilaan. Yang diharapkan bukanlah pembebasan politik, bukan pula kebesaran nasional yang sifatnya sementara, tetapi perdamaian dengan Allah melalui kemurnian hati.

Penghormatan terhadap nama Yesus sudah seusia kristianitas. Sang Penebus sendiri mengajar kita agar berdoa dalam nama-Nya; para rasul mengusir setan dan membuat mujizat atas nama Yesus; mereka dihina dan dihambat demi nama Yesus. Santo Paulus menghendaki agar seluruh semesta bersatu dalam penghormatan terhadap nama itu; agar dalam nama Yesus bertekuk lutut segala makhluk yang di surga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi. (Fil 2:10)

Nama seseorang mempunyai arti yang khusus bagi orang yang mencintainya. Nama Yesus harus membangkitkan di dalam kita cintakasih Yesus, belaskasihan Yesus, dan kelemahlembutan Yesus yang tidak terhingga. Apabila di sekitar kita terasa gelap dan gersang, maka pikiran kepada nama Yesus dapat membangkitkan kita, menguatkan kita dan menyemangatkan kita. Kepercayaan kita kepada-Nya akan memberikan dorongan baru untuk berjalan melewati kegelapan kehidupan ini menuju Dia, Yang menantikan kita di sebelah sana.
 
Nama Kristus

Sang Penebus juga dinamakan Kristus. Ini adalah nama yang menunjukkan fungsi dan martabatNya. Di dalam bahasa Yunani, Ia bergelar Kristus dan di dalam bahasa Yahudi Mesias. Yohanes memberikan kepada-Nya nama Mesias. (Yoh 1:19-34). Nama Mesias dikenakan kepada Penebus yang terjanji. Istilah “yang diurapi bagi Allah” dikenakan pada tempat yang pertama sekali kepada raja yang sedang memerintah. Memang, raja biasanya diurapi. Pengurapan adalah suatu ritus di mana seseorang atau sesuatu dipersembahkan kepada Allah. Dengan memberi nama “yang diurapi bagi Allah” kepada Sang Penebus, nyatalah martabat kerajaan-Nya dalam artikat teokratis-sakral.


Disadur  dari “Aku Percaya” hal. 46 karya Pater Herman Embruiru, SVD