Langsung ke konten utama

St. Valentinus dan Hari Valentine



Tentang St. Valentinus

Dalam berbagai martirologi kuno, ada dua orang Santo bernama Valentinus yang pestanya sama-sama dirayakan pada tanggal 14 Februari. St. Valentinus yang pertama adalah St. Valentinus dari Roma, imam dan dokter. St. Valentinus yang kedua adalah St. Valentinus, Uskup Terni. 

St. Valentinus dari Roma
St. Valentinus yang pertama adalah seorang Imam Katolik dan dokter di Roma. Ia bersama seorang awam berkeluarga bernama St. Marius menolak dekrit Kaisar Klaudius II yang melarang pernikahan di Romawi selama peperangan. Mereka pun diam-diam menikahkan banyak pasangan. Mereka kemudian ditangkap dan dipenjarakan. Selama di penjara, mereka menguatkan para tahanan lain. Mereka selanjutnya dijatuhi hukuman mati dengan disiksa, dipentungi hingga akhirnya dipenggal pada tanggal 24 Februari 269 di Via Flaminia. Paus St. Julius I dilaporkan membangun sebuah gereja dekat Ponte Mole untuk mengenang St. Valentinus dari Roma. Relikui terbesar St. Valentinus dari Roma saat ini berada di Gereja Santo Praxedes di dekat Basilika St. Maria Mayor di Roma. Relikui lainnya berada di Shrine of St. Valentine di Irlandia. 
http://saints.sqpn.com/wp-content/gallery/saint-valentine-of-terni/saint-valentine-of-terni-01.jpg
St. Valentinus dari Terni
St. Valentinus yang kedua adalah Uskup kota Terni yang terletak sekitar 60 mil dari Roma. Ia ditahbiskan menjadi Uskup Terni oleh Paus St. Viktor I sekitar tahun 197 M. Atas perintah Prefek Plasidus, ia juga ditangkap, didera, dan dipenggal kepalanya, dalam masa penganiayaan Kaisar Claudius II. Di Terni sendiri, terdapat sebuah Basilika bernama Basilika St. Valentinus untuk mengenang St. Valentinus, Uskup Terni.

Paus Gelasius I (496 M) adalah orang pertama yang menetapkan Pesta St. Valentinus pada tanggal 14 Februari walau tidak terlalu jelas siapa St. Valentinus yang dimaksudkan oleh Paus Gelasius I. Pandangan umum menyatakan bahwa St. Valentinus dari Roma dan St. Valentinus dari Terni adalah orang yang sama. Hal ini karena keduanya hidup pada era yang bersamaan, pada masa pemerintahan Kaisar Klaudius II dan mengalami kemartiran di tempat yang sama, Via Flaminia. Cara mereka dimartir juga sama yaitu dipenjara dan disiksa lalu dipenggal. Kemudian, St. Valentinus dari Roma tampaknya bukan hanya sekadar Imam, melainkan sudah ditahbiskan menjadi Uskup. Hal ini karena adanya sejumlah penggambaran tradisional St. Valentinus dari Roma sebagai seorang Uskup yang sedang menikahkan sebuah pasangan pria-wanita. Jarak Terni dan Roma yang dekat juga menunjukkan bahwa sangat mungkin St. Valentinus dari Roma ditahbiskan menjadi Uskup Terni. Tampaknya satu martir bernama St. Valentinus, dikisahkan dalam dua versi baik versi Roma maupun versi Terni.

http://saints.sqpn.com/saintv06.jpg
St. Valentinus dari Roma sedang menikahkan sebuah pasangan muda-mudi
Pesta St. Valentinus menjadi populer dan berbagai gereja dibangun untuk didedikasikan kepadanya. Tetapi pada tahun 1969, Gereja Katolik mengeluarkan tanggal pestanya dari Kalender Gereja Universal sebagai usaha untuk mengeluarkan pesta-pesta Santo-santa yang riwayatnya kurang jelas atau hanya memiliki sedikit informasi yang diketahui. Hal ini tidak berarti St. Valentinus bukan lagi seorang Santo. Santo Valentinus adalah seorang Santo yang benar-benar ada hanya saja kisahnya kurang jelas dan cenderung terpengaruh oleh legenda-legenda. Video ini berisi penjelasan mengenai Katakombe St. Valentinus yang menegaskan bahwa St. Valentinus adalah tokoh yang historis bukan fiktif. Tetapi, sejumlah Keuskupan atau Paroki Katolik masih merayakan Pesta St. Valentinus secara liturgis pada tanggal 14 Februari seperti yang dilakukan di Balzan, Malta, Katedral St. Yosef Pontianak, Basilika St. Valentinus dan lain-lain. Di samping St. Valentinus, sejumlah santo-santa terkenal juga dirayakan pada tanggal 14 Februari seperti St. Sirillus dan St. Metodius (Keduanya Rasul Bangsa Slavia) serta St. Dionisius dari Alexandria.

St. Valentinus dan Hari Valentine

Sejumlah orang mengatakan bahwa tidak ada hubungannya antara St. Valentinus dengan Hari Valentine kecuali fakta bahwa St. Valentinus yang hidup pada abad ke-3 menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Bagaimana pun juga, tampaknya ada sesuatu yang lebih dari sekadar tanggal kemartiran St. Valentinus. Kita dapat mengatakan bahwa kemartiran St. Valentinus adalah suatu bentuk cinta. Dalam cinta manusia memberikan dirinya seutuhnya. Sama seperti dalam kemartiran, manusia juga memberikan dirinya seutuhnya.

Pada tanggal 14 Februari di Romawi kuno, ada sebuah kebiasaan di mana para laki-laki menarik undian dari sebuah wadah besar yang berisi nama para perempuan yang akan menjadi partner mereka dalam berbagai bentuk perayaan pada tanggal tersebut. Misalnya, laki-laki bernama Aries menarik undi nama perempuan Gemini, maka Aries dan Gemini akan menjadi partner dalam seluruh festival untuk menghormati dewi cinta Romawi yang bernama Februata Juno. Kebiasaan ini merupakan kencan buta skala besar dan menunjukkan tidak bermoralnya kebanyakan orang-orang Romawi pada masa itu. Imam-imam Katolik pada masa itu mengutuk dan menolak kebiasaan itu sebagai kebiasaan yang membawa manusia pada dosa besar. Mereka mencoba mengkristenkan kebiasaan tersebut. Para imam mencoba untuk mengajarkan pandangan Kristen mengenai kencan dan pernikahan yang bersih dan sehat. Salah satu Imam Katolik yang terlibat dalam hal ini adalah St. Valentinus.

Pada masa itu pula, Romawi sedang terlibat dalam banyak peperangan, yang menarik begitu banyak pria-pria Romawi ke dalam medan pertempuran. Banyak dari pria-pria ini tidak mau meninggalkan keluarga mereka. Pria-pria yang bertunangan banyak yang menolak meninggalkan tunangan mereka. Hal ini membuat Kekaisaran Romawi sulit untuk merekrut tentara.

Mendengar hal ini, Kaisar Klaudius mendekritkan keputusan bahwa tidak boleh ada lagi upacara pernikahan selama peperangan. Tidak hanya itu, mereka yang bertunangan juga harus memutuskan ikatan pertunangan mereka. St. Valentinus merasa kasihan dengan orang-orang muda itu. Dia secara khusus merasa sedih bahwa dekrit kaisar ini akan membawa kemerosotan moral di antara banyak orang muda ini. Bila mereka tidak dapat menikah secara resmi, mereka akan hidup layaknya suami istri dengan pasangan mereka tanpa adanya pernikahan, tanpa adanya janji suci bahwa mereka akan menjadi satu sama lainnya. Suatu hari, St. Valentinus dengan diam-diam menyatukan sebuah pasangan dalam pernikahan kudus karena pasangan tersebut menginginkannya. Pasangan-pasangan yang lain mendengar dan meminta St. Valentinus menikahkan mereka. Orang-orang muda hendak melakukan sesuatu yang benar; mereka hendak memiliki berkat dari Allah yang Mahakuasa untuk persatuan mereka dalam pernikahan. Mereka menghendaki masuk dalam sebuah ikatan yang agung yang menyatukan mereka dengan pasangan mereka. Segera terjadi banyak pernikahan di Roma seolah-olah dekrit kaisar di atas tidak pernah dikeluarkan.

Hal ini diketahui otoritas romawi. St. Valentinus lalu dijatuhi hukuman mati. Ia dipenjara, dipukul beramai-ramai, kemudian dilempari batu lalu dipenggal di Via Flaminian. Dia menjadi martir pada tanggal 14 Februari tahun 269.

Hari Valentine sekarang ini memang menjadi hari yang dirayakan secara universal. Tetapi, Hari Valentine yang awal mulanya merupakan perayaan religius Katolik, kini telah dinodai dengan berbagai tindakan cemar seperti free-sex, pesta-sex, dan lain-lain. Bukan Hari Valentine ini yang harus kita salahkan. Akan tetapi, nafsu kedagingan yang harus kita hilangkan. Nafsu kedagingan mencederai kasih yang merupakan anugerah dari Allah. Hendaknya kita meneladani St. Valentinus yang mendorong para orang muda di Roma untuk saling memberi cinta kasih secara murni tanpa tercemar nafsu kedagingan. Hendaknya kita pula meneladani St. Valentinus yang memberikan cintanya yang besar kepada Allah sebab Allah telah lebih dahulu mencintai kita.

Sebuah hal yang perlu diperhatikan juga adalah mengasihi dan memberikan cinta jangan hanya di momen Hari Valentine, tetapi lakukanlah setiap hari kepada Allah dan sesama.

Referensi:
4. Newsletter of Pope John Paul II Society of Evangelists, February 2007

pax et bonum

Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Perisai Lambang Kepausan (Coat of Arms) Paus Leo XIV

  Lambang Paus Leo XIV terdiri dari perisai yang dibagi menjadi dua sektor, yang masing-masing membawa pesan yang mendalam. Di sisi kiri, dengan latar belakang biru, terdapat bunga lili putih bergaya, simbol tradisional kemurnian dan kepolosan. Bunga ini, yang sering dikaitkan dengan Perawan Maria, langsung membangkitkan dimensi Maria dalam spiritualitas Paus. Ini bukan sekadar seruan pengabdian, tetapi indikasi yang tepat tentang sentralitas yang ditempati Perawan Maria yang Terberkati dalam cara Gereja: model mendengarkan, kerendahan hati, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Di sisi kanan perisai, dengan latar belakang putih, digambarkan Hati Kudus Yesus, tertusuk anak panah dan terletak di atas buku yang tertutup. Gambar ini, yang intens dan penuh makna, merujuk pada misteri pengorbanan penebusan Kristus, hati yang terluka karena cinta kepada manusia, tetapi juga pada Sabda Tuhan, yang diwakili oleh buku yang tertutup. Buku yang tertutup ini menunjukkan bahwa kebenaran ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...