Langsung ke konten utama

Awam Katolik dan Dogma EENS



Belakangan ini saya sering terlibat lagi dalam diskusi-diskusi mengenai dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS), sebuah dogma yang seringkali di-judge hanya berdasarkan titelnya oleh umat Katolik sendiri tanpa melihat bagaimana pemahaman Gereja Katolik terhadap dogma ini. Diskusi yang ada seringkali terasa useless sebab orang-orang Katolik yang “alergi” dengan dogma EENS tidak berusaha untuk memahami penjelasan-penjelasan yang ada, melainkan justru kukuh berpegang pada pandangan yang keliru mengenai dogma EENS (sementara pandangan keliru itu sama sekali tak berdasar) dan bahkan tidak jarang men-cap orang Katolik yang mengimani EENS sebagai orang yang “fanatik” (dalam arti negatif). Sekarang saya akan memberi sedikit pemaparan bagaimana kita melihat dogma EENS.


Bagaimanakah kita sebagai awam seharusnya melihat DOGMA EENS?

“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” pasti sering didengar dan dilaksanakan banyak orang, namun seringkali orang melihatnya sebatas kehidupan duniawi, tanpa melihat lebih jauh lagi kepada usaha mendapatkan keselamatan.  Sebagai seorang Katolik, kita telah berada dalam perahu keselamatan, yaitu Gereja Katolik. Meskipun kita umat Katolik telah berada dalam perahu keselamatan itu, kita harus tetap menjaga diri kita agar tetap layak beroleh keselamatan. Dengan kata lain, kita umat Katolik harus bertahan sampai pada kesudahannya (Baca Matius 10:22, 24:13; Markus 13:13) agar dapat selamat. Bertahan pada kesudahannya di sini dapat bermakna kita tetap berada dalam Gereja Katolik, tidak berbuat dosa berat dan sebagainya sehingga kita umat Katolik tidak meninggal dalam keadaan berada di luar Gereja Katolik (sekalipun KTP masih Katolik) atau dalam keadaan berdosa berat.

Namun, sembari kita mengusahakan keselamatan kita, kita umat Katolik juga diberi perintah oleh Kristus untuk mewartakan Injil dan menjadi semua bangsa murid Kristus (Mat 28:19-20). Dari semua kutipan oleh Para Paus, KGK, dan dokumen Gereja lainnya, kita bisa mengetahui bahwa DOGMA EENS adalah Iman Para Rasul dan Bapa Gereja. DOGMA EENS adalah KEBENARAN. Nah setelah mengetahui bahwa seseorang tidak dapat selamat tanpa bersatu dengan Gereja Katolik, kita umat Katolik sudah seharusnya mewartakan Injil kepada mereka yang berada di luar Gereja Katolik dan membawa pulang mereka yang dulu memisahkan diri dari Gereja Katolik sehingga mereka dapat beroleh keselamatan. Saya melihat inilah bentuk sempurna dari “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Ingatlah juga, kita umat Katolik adalah kawan sekerja Allah dalam karya Keselamatan Allah sama seperti St. Paulus yang juga adalah kawan sekerja Allah(1 Kor 3:9). Kita umat Katolik telah diberikan talenta-talenta untuk berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah.  Bisa melalui apologetik/pertanggung -jawaban  Iman, karya sosial, hidup membiara dan berdoa, dan sebagainya. Tidak perlu berteriak-teriak di jalan “kamu di luar Gereja Katolik, kamu tidak akan selamat”. Metode pewartaan ini merupakan metode yang sangat buruk dan juga tidak tepat. Tidak perlu juga memaksakan agama kita kepada orang lain, wartakan Injil dan biarkan Rahmat Allah bekerja.

Sekarang tinggal kembali kepada umat Katoliknya sendiri. Apakah kita sungguh-sungguh bersedia menggunakan talenta kita untuk membawa sesama kita kepada keselamatan? Apakah kita masih menganggap di luar Gereja ada keselamatan sehingga pewartaan Injil/evangelisasi mati dan banyak jiwa tidak dapat selamat? Semoga jawabannya adalah “Saya bersedia dan Saya mengimani bahwa Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan”. Amin.

Pax et Bonum

Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Perisai Lambang Kepausan (Coat of Arms) Paus Leo XIV

  Lambang Paus Leo XIV terdiri dari perisai yang dibagi menjadi dua sektor, yang masing-masing membawa pesan yang mendalam. Di sisi kiri, dengan latar belakang biru, terdapat bunga lili putih bergaya, simbol tradisional kemurnian dan kepolosan. Bunga ini, yang sering dikaitkan dengan Perawan Maria, langsung membangkitkan dimensi Maria dalam spiritualitas Paus. Ini bukan sekadar seruan pengabdian, tetapi indikasi yang tepat tentang sentralitas yang ditempati Perawan Maria yang Terberkati dalam cara Gereja: model mendengarkan, kerendahan hati, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Di sisi kanan perisai, dengan latar belakang putih, digambarkan Hati Kudus Yesus, tertusuk anak panah dan terletak di atas buku yang tertutup. Gambar ini, yang intens dan penuh makna, merujuk pada misteri pengorbanan penebusan Kristus, hati yang terluka karena cinta kepada manusia, tetapi juga pada Sabda Tuhan, yang diwakili oleh buku yang tertutup. Buku yang tertutup ini menunjukkan bahwa kebenaran ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...