Langsung ke konten utama

Kompendium Katekismus Gereja Katolik mengenai Kitab Suci




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6TxUeCasrmLL7jqDgAc_QKyl1VlwXoXHBq_VwSLfzn91aA89XcSe50q30HajF2GnHE2DXKKfGaR7yUg0aoGW9uwEql2igqDRNa14IYhuskG7DTHaaFrSlxQKA3xPO_TrybFn-wljqFu8/s400/Paul_Papyrus.jpg
Papirus Kitab Suci (clericalwhispers.blogspot.com)

18. Mengapa Kitab Suci mengajarkan kebenaran?
Karena Allah sendirilah pengarang Kitab Suci. Atas alasan inilah Kitab Suci disebut ”terinspirasikan”, dan tanpa kesalahan mengajarkan kebenaran yang perlu untuk keselamatan kita. Roh Kudus menginspirasikan para pengarang yang menuliskan apa yang Dia inginkan untuk mengajar kita. Tetapi, iman Kristen bukanlah ”agama Kitab”, tetapi agama Sabda Allah – ”bukan kata-kata yang tertulis dan bisu, melainkan Sabda yang menjadi manusia dan hidup” (Santo Bernardus dari Clairvaux).

Komentar: Sang Allah adalah sumber kebenaran malah Ia-lah Kebenaran itu. Sudah jelas bahwa Roh Kebenaran menginspirasikan para penulis Kitab Suci untuk menuliskan ajaran yang benar dari Allah. Tetapi Gereja melalui Kompendium ini tetap menegaskan bahwa iman Kristen yang sejati bukanlah “Agama Kitab”, melainkan agama dari Sabda Allah yang menjadi manusia dan hidup. Maksudnya adalah bahwa Kekristenan sejati tidak mendasarkan ajaran imannya semata-mata hanya dari Kitab Suci saja. Sumber ajaran iman dan kebenaran Kekristenan adalah Sang Sabda Allah, Kristus sendiri. Sang Kristus mewariskan ajaran-ajaran-Nya tidak hanya melalui Kitab Suci saja, tetapi juga melalui Tradisi dan Magisterium (Kuasa Mengajar) Gereja.

19. Bagaimana Kitab Suci seharusnya dibaca?
Kitab Suci harus dibaca dan ditafsirkan dengan bantuan Roh Kudus dan di bawah tuntunan Kuasa Mengajar Gereja menurut kriteria: 1) harus dibaca dengan memperhatikan isi dan kesatuan dari keseluruhan Kitab Suci, 2) harus dibaca dalam Tradisi yang hidup dalam Gereja, 3) harus dibaca dengan memperhatikan analogi iman, yaitu harmoni batin yang ada di antara kebenaran-kebenaran iman itu sendiri.

Komentar: Demikianlah seharusnya kita umat beriman membaca Kitab Suci. Berdoa dan meminta bantuan dari Roh Kudus dan patuh pada tuntunan serta mengindahkan Kuasa Mengajar (Magisterium) Gereja. Kita tidak dapat mengaku, “saya sudah membaca dan menafsirkan Kitab Suci dengan bimbingan Roh Kudus” sementara kita sama sekali menolak patuh pada tuntunan Magisterium Gereja. Ketahuilah bahwa seluruh Wahyu Ilahi dalam Kitab Suci dipercayakan hanya kepada Gereja semata, bukan kepada masing-masing pribadi manusia. Bayangkan bila ada enam miliar orang di dunia dan semua mengaku memiliki tafsiran yang benar. Tentu akan ada kekacauan yang timbul. Allah kita bukanlah Allah yang senang akan kekacauan dan perpecahan. Oleh karena itu, Ia mempercayakan seluruh Wahyu Ilahi kepada Gereja supaya terwujud satu ajaran dan satu iman yang benar. Gereja tidak melarang kita menafsirkan Kitab Suci, tetapi tetap menuntut agar setiap dari kita memenuhi tiga kriteria di atas dalam membaca dan menafsirkannya. Hal ini penting supaya jangan sampai kita memberikan penafsiran yang menyesatkan sesama. Ketika penafsiran kita ternyata bertentangan dengan ajaran Gereja, maka dengan rendah hati kita harus taat kepada ajaran Gereja dan menolak tafsiran kita yang keliru itu.

20. Apa kanon Kitab Suci itu?
Kanon  Kitab Suci ialah daftar lengkap dari tulisan-tulisan suci yang diakui oleh Gereja melalui Tradisi Apostolik. Kanon ini terdiri dari 46 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru.

Komentar: Berikut ini daftar 46 Kitab Perjanjian Lama dan 27 Kitab Perjanjian Baru menurut Katekismus Gereja Katolik no. 120.
Perjanjian Lama: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Rut, dua buku Samuel, dua buku Raja-Raja, dua buku Tawarikh, Esra dan Nehemia, Tobit, Yudit, Ester, dua buku Makabe, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan, Yesus Sirakh, Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh, Yeheskiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi.
Perjanjian Baru: Injil menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, Kisah para Rasul, surat-surat Paulus: kepada umat di Roma, surat pertama dan kedua kepada umat Korintus, kepada umat di Galatia, kepada umat di Efesus, kepada umat di Filipi, kepada umat di Kolose, surat pertama dan kedua kepada umat di Tesalonika, surat pertama dan kedua kepada Timotius, surat kepada Titus, surat kepada Filemon, surat kepada orang Ibrani, surat. Yakobus, surat pertama dan kedua Petrus, surat pertama, kedua, dan ketiga Yohanes, surat Yudas, dan Wahyu kepada Yohanes.
Di mana Kitab-kitab Deuterokanonika? Sudah tercakup di dalam Perjanjian Lama. Hendaklah dipahami oleh umat Katolik bahwa Kitab-kitab Deuterokanonika bukanlah bagian yang berbeda dari Kitab Suci Perjanjian Lama, melainkan berada di dalam Perjanjian Lama itu sendiri.

21. Apa pentingnya Perjanjian Lama bagi umat Kristen?
Para pengikut Kristus menghormati Perjanjian Lama sebagai Sabda Allah yang benar. Seluruh Kitab Perjanjian Lama itu diinspirasikan secara ilahi dan mempunyai nilai tetap. Kitab-kitab itu memberikan kesaksian tentang pedagogi ilahi cinta Allah yang menyelamatkan. Kitab-kitab itu ditulis terutama untuk mempersiapkan kedatangan Kristus sang Penyelamat alam semesta.

Komentar:  "Tata keselamatan Perjanjian Lama terutama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus Penebus seluruh dunia." Meskipun kitab-kitab Perjanjian Lama "juga mencantum hal-hal yang tidak sempurna dan bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yang sejati. ... Kitab-kitab itu mencantum ajaran-ajaran yang luhur tentang Allah serta kebijaksanaan yang menyelamatkan tentang peri hidup manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yang menakjubkan, akhirnya secara terselubung [mereka] mengemban rahasia keselamatan kita" (Konsili Vatikan II dalam Dokumen Dei Verbum 15).

Pada abad ke-2, seorang bernama Marcion menolak validitas Kitab-kitab Perjanjian Lama. Ia mengajarkan bahwa Allah yang berada di Perjanjian Lama berbeda dan lebih buruk dibandingkan Kristus Sang Allah di Perjanjian Baru. Tetapi, Gereja Perdana yaitu Gereja Katolik selalu menolak ajaran sesat Marcionisme ini. Allah yang berada di dalam Perjanjian Lama adalah Allah yang sama di dalam Perjanjian Baru.

22. Apa pentingnya Perjanjian Baru bagi umat Kristen?
Perjanjian Baru, yang berpusat pada Yesus Kristus, menyatakan kebenaran terakhir wahyu ilahi kepada kita. Dalam Perjanjian Baru, keempat Injil menurut Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes merupakan inti dari seluruh Kitab Suci karena merupakan saksi utama hidup dan ajaran Yesus. Dengan demikian, keempatnya mempunyai tempat yang unik di dalam Gereja.

Komentar: Gereja Katolik tanpa mengabaikan kitab-kitab lain, memberikan penghargaan yang begitu tinggi kepada keempat Kitab Injil. Bagi Gereja Katolik, keempat Kitab Injil merupakan jantung dari semua tulisan sebagai "kesaksian utama tentang hidup dan ajaran Sabda Yang Menjadi Daging, Penyelamat kita" (bdk Dei Verbum 18).
Katekismus Gereja Katolik 126 menjelaskan mengenai tahap-tahap penyusunan Injil-injil:
1. Kehidupan dan kegiatan mengajar Yesus. Bunda Gereja kudus tetap mempertahankan dengan teguh dan sangat kokoh, bahwa keempat Injil "yang sifat historisnya diakui tanpa ragu-ragu, dengan setia meneruskan apa yang oleh Yesus Putera Allah selama hidup-Nya di antara manusia sungguh telah dikerjakan dan diajarkan demi keselamatan kekal mereka, sampai hari Ia diangkat (lih. Kis 1:1-2)" (Dei Verbum 19).
2. Tradisi lisan. "Sesudah kenaikan Tuhan para Rasul meneruskan kepada para pendengar mereka apa yang dikatakan dan dijalankan oleh Yesus sendiri, dengan pengertian yang lebih penuh, yang mereka peroleh karena dididik oleh peristiwa-peristiwa mulia Kristus dan oleh terang Roh kebenaran" (Dei Verbum 19).
3. Penulisan Injil-Injil. "Adapun penulis suci mengarang keempat Injil dengan memilih berbagai dari sekian banyak hal yang telah diturunkan secara lisan atau tertulis; beberapa hal mereka susun secara agak sintetis, atau mereka uraikan dengan memperhatikan keadaan Gereja-Gereja; akhirnya dengan tetap mempertahankan bentuk pewartaan, namun sedemikian rupa, sehingga mereka selalu menyampaikan kepada kita kebenaran yang murni tentang Yesus" (Dei Verbum 19).

23. Bagaimana kesatuan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru?
Kitab Suci adalah satu sejauh Sabda Allah itu satu. Rencana penyelamatan Allah itu satu, dan inspirasi ilahi dari kedua Perjanjian itu juga satu. Perjanjian Lama mempersiapkan yang Baru dan Perjanjian Baru menyempurnakan yang Lama, keduanya saling menerangkan satu sama lain.

Komentar: Hal ini sesuai dengan sebuah semboyan “Perjanjian Baru terselubung dalam Perjanjian Lama, sedangkan Perjanjian Lama tersingkap dalam Perjanjian Baru” - "Novum in Vetere latet et in Novo Vetus patet" (Agustinus, Hept. 2,73). Katekismus Gereja Katolik 128 mengajarkan bahwa kesatuan rencana ilahi dalam kedua Perjanjian itu dijelaskan oleh Gereja melalui tipologi (pra-bentuk). Tipologi menunjukkan perkembangan rencana ilahi ke arah pemenuhannya, sampai akhirnya "Allah menjadi semua di dalam semua" (1 Kor 15:28). Contohnya: Musa adalah prabentuk (tipologi) dari Yesus Kristus. Kristus sama seperti Musa pada zamannya juga mengalami ancaman pembunuhan bayi dari penguasa duniawi, dan sekali lagi sama seperti Musa pula, Kristus dibawa pergi ke Mesir untuk menghindari ancaman tersebut. Dalam hal ini, Musa menjadi prabentuk (tipologi) dari Yesus Kristus. Contoh lain: Tabut Perjanjian Lama merupakan prabentuk (tipologi) dari Tabut Perjanjian Baru yaitu Bunda Maria.

24. Apa peranan Kitab Suci di dalam kehidupan Gereja?
Kitab Suci memberikan dukungan dan kekuatan bagi kehidupan Gereja. Bagi Putra-Putri Gereja, Kitab Suci merupakan suatu peneguhan iman, makanan jiwa, dan sumber hidup spiritual. Kitab Suci adalah jiwa teologi dan khotbah pastoral. Para pemazmur berkata bahwa Kitab Suci ”pelita bagi kakiku dan cahaya bagi langkahku” (Mzm 119:105). Karena itu, Gereja menganjurkan semua umat beriman untuk sering membaca Kitab Suci karena ”tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.” (Santo Hieronimus).

Komentar: Gereja menyadari peran Kitab Suci dalam kehidupan Gereja. Salah satu contoh konkretnya adalah Gereja memberikan tempat bagi pembacaan Kitab Suci dalam Perayaan Ekaristi. Tahukah anda bahwa Penanggalan Liturgi Gereja Katolik selama 3 tahun akan membawa anda selesai membaca seluruh isi Kitab Suci? Membiasakan diri menghadiri Misa Harian akan membawa kita semua mendengar dan mengenali Kitab Suci sembari mengenangkan pengorbanan Kristus yang dihadirkan dalam Ekaristi.

Demikian pemaparan dari Kompendium Katekismus Gereja Katolik beserta tambahan komentar dari Indonesian Papist. Semoga katekese tentang Kitab Suci ini bermanfaat bagi pertumbuhan iman kita semua di dalam Gereja-Nya, Gereja Katolik. Pax et bonum

Renungan Hari Ini

Postingan Populer

Doa-doa Dasar dalam Bahasa Latin

Bahasa Latin telah lama menjadi bahasa resmi Gereja Katolik. Berbagai dokumen resmi Gereja ditulis dalam bahasa Latin lalu diterjemahkan ke bahasa lainnya. Bahasa Latin berfungsi sebagai ikatan untuk ibadah/ penyembahan Katolik, menyatukan orang-orang dari setiap bangsa dalam perayaan Liturgi Suci, yang memungkinkan mereka untuk menyanyi dan merespon dalam ibadah umum.[1] Pada zaman kuno, Latin adalah bahasa umum hukum dan bisnis, seperti bahasa Inggris yang digunakan masa kini. Pada abad ke-5, karena Kekaisaran Romawi runtuh, Gereja muncul sebagai kekuatan budaya penyeimbang, mempertahankan penggunaan bahasa Latin sebagai sarana untuk persatuan. Bahasa Latin, sebagai bahasa mati di masa kini, bukanlah milik suatu negara. Karena Gereja adalah untuk “semua bangsa, suku dan bangsa,” (Wahyu 11:09) maka sangatlah tepat bahwa Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resminya. [2] Signum Crucis / Tanda Salib In nómine Pátris et Fílii et Spíritus Sáncti. ...

Perisai Lambang Kepausan (Coat of Arms) Paus Leo XIV

  Lambang Paus Leo XIV terdiri dari perisai yang dibagi menjadi dua sektor, yang masing-masing membawa pesan yang mendalam. Di sisi kiri, dengan latar belakang biru, terdapat bunga lili putih bergaya, simbol tradisional kemurnian dan kepolosan. Bunga ini, yang sering dikaitkan dengan Perawan Maria, langsung membangkitkan dimensi Maria dalam spiritualitas Paus. Ini bukan sekadar seruan pengabdian, tetapi indikasi yang tepat tentang sentralitas yang ditempati Perawan Maria yang Terberkati dalam cara Gereja: model mendengarkan, kerendahan hati, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Di sisi kanan perisai, dengan latar belakang putih, digambarkan Hati Kudus Yesus, tertusuk anak panah dan terletak di atas buku yang tertutup. Gambar ini, yang intens dan penuh makna, merujuk pada misteri pengorbanan penebusan Kristus, hati yang terluka karena cinta kepada manusia, tetapi juga pada Sabda Tuhan, yang diwakili oleh buku yang tertutup. Buku yang tertutup ini menunjukkan bahwa kebenaran ...

Kata "KATOLIK" Ada Dalam Kitab Suci

Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesus dalam Markus 9:36. Santo Ignasius dari Antiokia Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna: Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church " (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110]). "Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius , istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut. Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA -Ku da...